Artikel

Medicastore

Informasi Penyakit

Konjungtivitis Alergika

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024
Konjungtivitis Alergika

Konjungtivitis Alergika

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Konjungtivitis Alergika adalah suatu peradangan alergi pada konjungtiva (selaput yang menutupi kelopak mata bagian dalam dan permukaan luar mata).


Penyebab Konjungtivitis alergika

Penyebab Konjungtivitis Alergika

Pada sebagian besar penderita, konjungtivitis alergika merupakan bagian dari sindroma alergi yang lebih luas, misalnya rinitis alergika musiman. Tetapi konjungtivitis alergika bisa juga terjadi pada seseorang yang mengalami kontak langsung dengan zat-zat di dalam udara, seperti serbuk sari, spora jamur, debu dan bulu binatang.

Pada alergi, sistem kekebalan tubuh melepaskan antibodi dan zat-zat sebagai respon terhadap paparan alergen. Kecenderungan untuk terjadinya alergi pada seseorang bersifat diturunkan (inherited).


Gejala Konjungtivitis alergika

Gejala Konjungtivitis Alergika

Reaksi alergi menyebabkan bagian putih mata menjadi merah dan bengkak, mata terasa gatal dan berair. Selain itu juga dapat ditemukan kelopak mata yang membengkak dan merah.


Diagnosis Konjungtivitis alergika

Diagnosis Konjungtivitis Alergika

Diagnosis didasarkan dari gejala-gejala yang ada dan hasil pemeriksaan. Pada cairan hidung ditemukan banyak eosinofil (salah satu jenis sel darah putih). Tes kulit terhadap alergen yang diduga menjadi penyebab terjadinya reaksi alergi menunjukkan hasil positif.


Penanganan Konjungtivitis alergika

Pengobatan Konjungtivitis Alergika

Antihistamin per-oral merupakan pengobatan utama untuk konjungtivitis alergika. Antihistamin juga bisa diberikan dalam bentuk tetes mata, yang biasanya dikombinasikan dengan vasokonstriktor untuk mengurangi kemerahan. Tetapi antihistamin maupun kandungan lain di dalam larutan tetes mata sendiri terkadang bisa memperburuk reaksi alergi yang terjadi, sehingga biasanya lebih disukai pemberian antihistamin per-oral.

Tetes mata yang mengandung kortikosteroid bisa digunakan pada kasus yang berat, tetapi pemakaiannya harus hati-hati dan sesuai dengan petunjuk dokter, karena bisa menyebabkan komplikasi (misalnya glaukoma).

Jika pengobatan lainnya tidak memberikan hasil yang memuaskan, maka dianjurkan untuk menjalani immunoterapi alergen.

Contoh obat antihistamin adalah Chlorpheniramine, Diphenhydramine, Loratadine, Fexofenadine dan Cetirizine. Obat antihistamin bisa menimbulkan efek samping seperti: mulut kering, mengantuk, pusing, mual, muntah, gelisah atau rewel (pada sebagian anak-anak), gangguan berkemih, pandangan kabur, serta kebingunan.

Bila mengonsumsi obat antihistamin dengan efek samping mengantuk, maka sebaiknya dikonsumsi sebelum waktu tidur. Jangan mengkonsumsi obat tersebut saat siang hari atau saat hendak mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin berat.

Baca label yang tertera pada kemasan obat sebelum mengkonsumsi obat alergi. Obat anti histamine bisa berinteraksi dengan obat lain yang sedang digunakan. Bila mempunyai masalah pembesaran prostat, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, masalah tiroid, penyakit hati atau ginjal, glaukoma atau sedang hamil/menyusui sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter sebelum menggunakan obat.


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Pencegahan Konjungtivitis Alergika

Mencuci mata dengan cairan pencuci mata bisa membantu mengurangi iritasi. Penderita sebaiknya menghindari bahan yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Selama terjadi konjungtivitis, sebaiknya lensa kontak tidak dipasang.


Referensi

Referensi:

  • North Texas Allergy and Asthma Associates. Allergic Conjungtivitis.