Informasi Penyakit

Ketergantungan Obat dan Ketagihan

dr. VIDYA HARTIANSYAH
20 Juni 2025
Ketergantungan Obat dan Ketagihan

Ketergantungan Obat dan Ketagihan

dr. VIDYA HARTIANSYAH
20 Juni 2025

Ketagihan adalah perbuatan kompulsif (yang terpaksa dilakukan) dan keterlibatan yang berlebihan terhadap suatu kegiatan tertentu. Kegiatan ini bisa berupa pertaruhan (judi) atau berupa penggunaan berbagai zat, seperti obat-obatan. Obat-obatan dapat menyebabkan ketergantungan psikis saja atau ketergantungan psikis dan fisik.

Ketergantungan psikis merupakan suatu keinginan untuk terus meminum suatu obat untuk menimbulkan rasa senang atau untuk mengurangi ketegangan dan menghindari ketidaknyamanan. Obat-obat yang menyebabkan ketergantungan psikis biasanya bekerja di otak dan memiliki satu atau lebih efek berikut ini:

  • mengurangi kecemasan dan ketegangan
  • menyebabkan kegembiraan, euforia (perasaan senang yang berlebihan) atau perubahan emosi yang menyenangkan lainnya
  • menyebabkan perasaan meningkatnya kemampuan jiwa dan fisik
  • mengubah persepsi fisik

Ketergantungan psikis bisa menjadi sangat kuat dan sulit untuk diatasi. Hal ini terutama terjadi pada obat-obat yang mengubah emosi dan sensasi, yang mempengaruhi sistem saraf pusat.

Untuk para pecandu, aktivitas yang berhubungan dengan obat menjadi bagian yang penting dalam kehidupan sehari-hari, sehingga suatu bentuk ketagihan biasanya mempengaruhi kemampuan bekerja, proses belajar atau mempengaruhi hubungan dengan keluarga atau teman. Pada ketergantungan yang berat, sebagian besar pikiran dan aktivitas pecandu tertuju pada bagaimana memperoleh dan menggunakan obat-obat tersebut. Seorang pecandu bisa menipu, berbohong dan mencuri untuk bisa memuaskan rasa ketagihannya. Pecandu memiliki kesulitan untuk berhenti menggunakan obat dan seringkali kembali pada kebiasaannya setelah beberapa saat berhenti.

Beberapa obat-obatan bisa menyebabkan ketergantungan fisik, namun ketergantungan fisik tidak selalu menyertai ketergantungan psikis. Pada obat-obat yang menyebabkan ketergantungan fisik, tubuh menyesuaikan diri terhadap obat yang dipakai secara terus menerus dan menyebabkan timbulnya toleransi; sedangkan jika pemakaiannya dihentikan, akan timbul gejala putus obat.

Toleransi adalah kebutuhan untuk meningkatkan secara progresif dosis obat untuk menghasilkan efek yang biasanya dapat dicapai dengan dosis yang lebih kecil.

Gejala putus obat terjadi jika pemakaian obat dihentikan atau jika efek obat dihalangi oleh suatu zat antagonis. Seseorang yang mengalami gejala putus obat, merasa sakit dan bisa menunjukkan banyak gejala, seperti sakit kepala, diare atau gemetar. Gejala putus obat bisa merupakan masalah yang serius dan bahkan bisa berakibat fatal.

Penyalahgunaan obat lebih dari sekedar efek fisiologisnya. Sebagai contoh, penderita kanker yang diobati selama beberapa bulan atau beberapa tahun dengan opioid (misalnya morfin), hampir tidak pernah menjadi pecandu narkotik, meskipun mereka bisa menjadi tergantung secara fisik. Penyalahgunaan obat adalah suatu konsep yang diartikan sebagai suatu gangguan fungsi perilaku yang mendapat penolakan dari masyarakat/lingkungan.

Di Amerika Serikat, istilah medis drug abuse (penyalahgunaan obat) diartikan sebagai penyimpangan fungsi dan maladaptasi, bukan ketergantungan yang disebabkan oleh penggunaan obat. Dalam bahasa sehari-hari, penyalahgunaan obat (drug abuse) sering diartikan sebagai:

  • penggunaan obat ilegal untuk coba-coba dan untuk kesenangan
  • penggunaan obat-obatan resmi untuk mengatasi masalah atau gejala tanpa resep dari dokter, dan
  • penggunaan obat yang berakibat ketergantungan

Meskipun penyalahgunaan obat memiliki efek yang kuat, tetapi efeknya sangat dipengaruhi oleh emosi pemakai dan lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh, seseorang yang merasa sedih bisa menjadi lebih sedih setelah minum alkohol. Orang yang sama akan menjadi ceria bila meminumnya dengan teman yang senang. Kita tidak selalu dapat memperkirakan dengan tepat, apa yang akan diakibatkan oleh obat pada orang yang sama setiap ia meminumnya.

Cara terjadinya ketergantungan obat belum diketahui secara jelas. Proses ini dipengaruhi oleh zat kimia yang terkandung di dalam obat, efek obat, kepribadian pengguna obat dan kondisi-kondisi lainnya, seperti faktor keturunan dan tekanan sosial. Perkembangan dari pemakaian coba-coba menjadi penggunaan sekali-sekali, kemudian menjadi toleransi dan ketergantungan, belum begitu bisa dimengerti.

Banyak pemikiran mengenai istilah kepribadian pecandu. Orang yang kecanduan sering merasa rendah diri, tidak dewasa, mudah frustasi dan memiliki kesulitan dalam menyelesaikan masalah pribadi dan kesulitan dalam berhubungan dengan lawan jenisnya.

Para pecandu mungkin mencoba untuk lari dari kenyataan yang digambarkan sebagai ketakutan, penarikan diri dan depresi. Beberapa pecandu bahkan memiliki riwayat percobaan bunuh diri atau melukai dirinya sendiri.

Para pecandu kadang digambarkan sebagai pribadi yang tergantung, memerlukan dukungan dalam membina hubungan dan memiliki kesulitan dalam menjaga diri mereka sendiri. Pecandu lainnya memperlihatkan adanya kemarahan yang jelas dan tidak disadari dan ekspresi seksual yang tak terkendali; mereka mungkin menggunakan obat-obatan untuk mengendalikan perilaku mereka.

Bukti yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar dari ciri tersebut timbul sebagai akibat dari kecanduan jangka panjang dan bukan penyalahgunaan obat yang baru saja terjadi.

Terkadang anggota keluarga atau teman bisa berkelakuan seakan-akan mengijinkan sang pecandu melanjutkan penyalahgunan obat atau alkohol; orang-orang ini disebut kodipenden (juga disebut pemberi ijin). Kodipenden bisa mendukung sang pecandu untuk menghentikan kebiasaan penggunaan obat-obatan atau alkohol namun mereka jarang melakukan sesuatu untuk membantu mengubah perilaku si pecandu.

Anggota keluarga atau teman yang peduli seharusnya menganjurkan sang pecandu untuk berhenti menyalahgunakan obat dan masuk ke program pengobatan. Bila sang pecandu menolak mencari pengobatan, anggota keluarga atau teman tersebut bisa mengancam untuk menariknya dari pergaulan. Pendekatan ini mungkin tampaknya kejam, namun jika disertai intervensi yang profesional maka hal ini dapat menjadi salah satu cara untuk meyakinkan sang pecandu bahwa perubahan perilaku harus dilakukan.

Pecandu yang hamil, akan membahayakan janin yang dikandungnya dengan obat-obatan yang ia gunakan. Pecandu yang hamil seringkali tidak mau mengaku pada dokter atau perawat bahwa ia menggunakan alkohol dan obat-obatan. Janin yang dikandung bisa mengalami ketergantungan secara fisik. Segera setelah lahir, bayi tersebut bisa mengalami gejala putus obat yang berat atau bahkan fatal, terutama jika dokter dan para perawat tidak mengetahui bahwa ibunya seorang pecandu. Bayi yang selamat dari gejala putus obat juga bisa mengalami masalah-masalah lainnya.

Obat-obat yang bisa menyebabkan ketergantungan.

Obat Ketergantungan Psikis Ketergantungan Fisik
Alkohol Ya Ya
Narkotik Ya Ya
Hipnotik
(obat tidur)
Ya Ya
Benzodiazepin
(obat anti-cemas)
Ya Ya
Inhalan Ya Mungkin
Nitrit yg mudah menguap Mungkin Mungkin tidak  
Amfetamin Ya Ya
Metamfetamin Ya Ya
Metilelendioksimetamfetamin
(MDMA, ekstasi, Adam)
Ya Ya
Kokain Ya Ya
2,5-dimetoksi-4-metilamfetamin
(DOM, STP)
Ya Ya
Fensiklidin
(PCP, debu malaikat)
Ya Ya
Asam lisergat dietilamid Ya Mungkin
Marijuana Ya Mungkin
Meskalin Ya Mungkin
Psilosibin Ya Mungkin

Penyebab Ketergantungan obat dan ketagihan

Penyebab Ketergantungan Obat dan Ketagihan

Ada banyak hal yang dapat ikut berperan menyebabkan ketergantungan, beberapa faktor utamanya antara lain:

  • Lingkungan. Faktor-faktor lingkungan, termasuk keyakinan keluarga, sikap dan paparan kelompok sebaya yang mendorong penggunaan obat, berperan pada penggunaan awal obat-obatan.
  • Genetik. Ketika seseorang mulai menggunakan obat-obatan, berkembangnya menjadi ketergantungan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, yang dapat mempercepat atau memperlambat progresi penyakit.

Ketergantungan fisik sepertinya terjadi ketika konsumsi obat-obatan yang berulang mengubah cara otak mendefinisikan 'kenikmatan'. Obat-obatan yang menyebabkan kecanduan menyebabkan perubahan fisik pada sebagain sel-sel otak, dan perubahan ini menetap meskipun sudah lama berhenti mengkonsumsi obat.


Gejala Ketergantungan obat dan ketagihan

Gejala Ketergantungan Obat dan Ketagihan

Gejala bervariasi bergantung pada obat yang digunakan. Ada dua kelompok gejala berdasarkan ada/tidaknya obat dalam tubuh, yaitu:

  • Intoksikasi: merupakan efek langsung pada tubuh. Gejalanya yaitu mengantuk, tenang, merasa bersemangat, emosi yang berlebihan, dll. Obat juga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan atau fungsi fisik dan mental.
  • Withdrawal: gejala yang muncul ketika zat/obat sudah terbuang dari tubuh. Gejalanya diantaranya mual, muntah, diare, berkeringat sulit tidur, kram otot, dan perubahan mood.

Kapan Harus ke Dokter?

Periksakan diri Anda ke dokter bila:

  • Tidak bisa berhenti mengkonsumsi obat
  • Anda tidak bisa berhenti mengkonsumsi obat meskipun efeknya berbahaya
  • Penggunaan obat menyebabkan Anda berperilaku yang tidak aman, misalnya memakai jarum suntik bergantian, atau seks bebas
  • Anda mengalami gejala withdrawal setelah berhenti menggunakan obat

Segera ke rumah sakit bila Anda, atau orang di sekitar Anda mengalami:

  • Overdosis
  • Ada gangguan kesadaran
  • Sulit bernapas
  • Kejang
  • Ada tanda-tanda serangan jantung, misalnya nyeri dada atau dada seperti tertekan
  • Mengalami reaksi fisik atau psikologis lainnya yang berat

Diagnosis Ketergantungan obat dan ketagihan

Diagnosis Ketergantungan Obat dan Ketagihan

Dokter akan memeriksa riwayat kesehatan Anda dan riwayat penggunaan obat-obatan Anda, tes khusus untuk memeriksa kadar obat dalam darah juga akan dilakukan.

 

 

 


Penanganan Ketergantungan obat dan ketagihan

Pengobatan Ketergantungan Obat dan Ketagihan

Pengobatan ketergantungan dapat berbeda-beda pada setiap orang. Pengobatan di satu orang juga dapat berbeda-beda pada setiap periode penyembuhan.

Pengobatan pertama adalah mengatasi gejala yang muncul pada periode withdrawal, ketika Anda berhenti mengkonsumsi obat agar obat keluar dari tubuh. Kemudian Anda akan mengikuti terapi, diantaranya:

  • Assertive community treatment (ACT): program ACT bergantung pada masing-masing orang.
  • Cognitive behavioral therapy (CBT): CBT membantu mengidentifikasi pola perilaku dan cara berpikir yang bermasalah.
  • Contingency management: Terapi ini mendorong Anda untuk menentukan tujuan personal.
  • Dialectical behavior therapy (DBT): DBT adalah terapi wicara yang serupa dengan CBT yang dirancang untuk mengatasi emosi yang intens dan memahami bagaimana pikiran kita mempengaruhi perilaku.
  • Family therapy: membantu Anda untuk memperbaiki hubungan dan perilaku dalam keluarga.
  • Motivational enhancement therapy: terapi ini membantu mendorong Anda untuk menentukan tujuan yang dapat dicapai.
  • Therapeutic communities (TC): Merupakan rawat inap jangka panjang yang membantu Anda fokus pada pembentukan nilai-nilai dan perilaku yang baru dan sehat, yang berkaitan dengan penyalahgunaan obat dan kondisi kesehatan mental lainnya yang timbul akibat penyalahgunaan obat.

Dokter mungkin akan merekomendasikan terapi saja atau kombinasi antara terapi dengan obat-obatan. Obat-obatan dapat membantu memodifikasi kimia otak untuk mengatasi ketergantungan, selain itu juga dapat menghentikan rasa ingin menggunakan obat dan gejala-gejala withdrawal. Obat yang digunakan misalnya metadon, penggunaan patch nikotin, dll.


Komplikasi Ketergantungan Obat dan Ketagihan

Penyalahgunaan obat bisa menyebabkan efek singkat atau jangka panjang yang berat, hingga membahayakan nyawa. Diantaranya:

  • kejang
  • perilaku psikotik
  • linglung dan gangguan memori
  • dehidrasi berat
  • gangguan pengaturan suhu tubuh
  • penyakit yang menular dari jarum suntik (hepatitis, HIVI)

Prognosis Ketergantungan Obat dan Ketagihan

Penyalahgunaan obat adalah 'penyakit' seumur hidup, tetapi masih mungkin untuk sembuh. Sebagian besar orang berhasil sembuh dengan bantuan kelompok terapi. Orang yang pernah mengalami ketergantungan bisa kambuh di kemudian hari.

 


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Pencegahan Ketergantungan Obat dan Ketagihan

Cara paling baik untuk mencegah ketergantungan obat adalah tidak mulai menggunakan obat-obatan.

Sekali Anda ketergantungan obat, ada risiko tinggi untuk kembali mengalami ketergantungan meskipun Anda sudah mendapatkan perawatan dan sudah berhenti menggunakan obat selama beberapa waktu. Beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menghindari kembali ketergantungan yaitu dengan:

  • Mengikuti rencana perawatan dengan ketat.
  • Hindari situasi yang berisiko tinggi. Hindari lingkungan yang membuat Anda tergiur untuk menggunakan obat kembali.
  • Segera minta bantuan profesional bila Anda mulai menggunakan obat kembali.

Referensi

Referensi:

  • my.clevelandclinic.org. Substance Use Disorder (SUD). 2024.
  • www.mayoclinic.org. Drug addiction (substance use disorder). 2022.
Copyright 2025 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa
Copyright 2025 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa