Artikel

Medicastore

Informasi Penyakit

Pertussis

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Pertussis

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Pertussis (Batuk Rejan, Whooping Cough) adalah infeksi bakteri pada saluran napas yang sangat menular dan menyebabkan batuk yang biasanya diakhiri dengan suara pernafasan dalam bernada tinggi (melengking).

Pertussis bisa terjadi pada usia berapapun, terutama pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan yang belum cukup terlindungi dengan imunisasi dan anak-anak usia 11-18 tahun dimana kekebalan tubuh terhadap pertussis mulai menghilang.

Serangan pertussis yang pertama tidak selalu memberikan kekebalan penuh. Anak bisa mengalami serangan pertusis kedua, tetapi biasanya bersifat ringan dan tidak selalu dikenali sebagai pertussis.


Penyebab Pertussis

Penyebab penyakit pertussis adalah bakteri Bordetella pertussis.
Bordetella pertussis diitularkan melalui sekresi udara pernapasan yang kemudian melekat pada silia epitel saluran pernapasan. atau dengan kata lain bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah penderita.

 

penularan batuk rejan

 

Cara Penularan Bordatella Pertussis

Sumber: http://m2002.tripod.com

 


Gejala Pertussis

Bakteri menginfeksi lapisan tenggorokan, trakea dan saluran napas lainnya sehingga terbentuk lendir yang banyak. Pada awalnya lendir yang terbentuk encer, tetapi kemudian menjadi kental dan lengket.

Infeksi berlangsung sekitar 6-10 minggu dan berkembang melalui 3 tahapan:

- Tahap kataral (dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi). Gejalanya menyerupai flu ringan, seperti bersin-bersin, mata berair, nafsu makan berkurang, lesu, dan batuk.

- Tahap paroksismal (dalam waktu 10-14 hari setelah gejala awal). Gejala-gejala yang muncul berupa:

  • Batuk hebat akibat kesulitan mengeluarkan lendir yang kental dari saluran nafas
  • Batuk hebat diikuti dengan usaha menghirup nafas dalam dengan nada tinggi
  • Batuk seringkali mengeluarkan banyak lendir yang kental (biasanya tertelan oleh bayi dan anak) atau terlihat sebagai gelembung-gelembung udara besar dari hidung.
  • Anak seringkali tampak membiru akibat tersedak atau mengalami henti nafas (apnea)
  • Muntah dan kelelahan
  • Serangan batuk sering terjadi saat malam hari
  • Serangan batuk bisa diakhiri oleh penurunan kesadaran yang bersifat sementara.

gejala batuk rejan

 

Sumber: www.id.wikipedia.org

- Tahap konvalesen (dalam waktu 4-6 minggu setelah gejala awal)
Batuk semakin berkurang, muntah juga berkurang, anak tampak lebih baik. Kadang batuk masih terjadi selama berbulan-bulan, biasanya akibat iritasi saluran pernafasan.


Diagnosis Pertussis

Diagnosis ditegakan berdasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboraturium.

Dugaan adanya pertussis didasarkan pada batuk yang khas (whooping) atau gejala-gejala lainnya. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis (20.000-50.000/µl) pada tahap paroksismal.

Diagnosis dipastikan dengan cara membiakkan (kultur) contoh lendir hidung atau tenggorokan. Kultur bakteri seringkali negatif setelah beberapa minggu sakit. Pemeriksaan lain yang dapat dilakuka:

- Pemeriksaan darah lengkap

- Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertussis

- PCR

- Foto thorak


Penanganan Pertussis

Penderita yang sakit berat biasanya dirawat di rumah sakit karena bisa mengalami kesulitan bernafas yang hebat sehingga membutuhkan alat bantu nafas. Mereka ditempatkan di ruang isolasi untuk mencegah penularan ke orang lain, hingga antibiotik telah selesai diberikan. Anak-anak yang lebih tua dengan penyakit yang ringan bisa dirawat di rumah dan diberikan antibiotik.

• Antibiotika

1. Eritromisin dengan dosis 50 mg/Kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis.

Obat ini dpat menghilangkan Bordetella pertusis dari nasofaring dalam 2-7 hari (rata-rata 3-4 hari) dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi. Eritromisin juga menyembuhkan pertusis bila diberikan dalam stadium kataralis, mencegah dan menyembuhkan pneumonia, oleh karena itu sangat penting untuk pengobatan pertussis untuk bayi muda.

2. Ampisilin dengan dosis 100 mg/Kgbb/hari, dibagi dalam 4 dosis.
3. Lain lain: rovamisin, kotrimoksazol, kloramfenikol dan tetrasiklin.

Ekspektoransia dan mukolitik
• Kodein diberikan bila terdapat batuk yang hebat.
• Luminal sebagai sedatif.
• Oksigen bila terjadi distress pernapasan baik akut maupun kronik.
• Terapi suportif: atasi dehidrasi, berikan nutrisi
• Betameatsol dan salbutamol untuk mencegah obstruksi bronkus, mengurangi batuk paroksimal, mengurangi lama whoop.
 

KOMPLIKASI

Pneumonia. Merupakan komplikasi tersering dari pertusis yang disebabkan oleh infeksi sekunder bakteri atau akibat aspirasi muntahan.

  • Tanda yang menunjukkan pneumonia bila didapatkan napas cepat di antara episode batuk, demam dan terjadinya distress pernapasan secara cepat.

Kejang. Hal ini bisa disebabkan karena serangan apnea (henti napas) atau sianotik (wajah membiru), atau ensefalopati akibat pelepasan toksin.

Gizi kurang. Anak dengan pertusis dapat mengalami gizi kurang yang disebabkan oleh berkurangnya asupan makanan dan sering muntah.

  • Cegah gizi kurang dengan asupan makanan adekuat

Perdarahan dan hernia

  • Perdarahan subkonjungtiva/mata dan epistaksis/mimisan sering terjadi pada pertusis. Tidak ada terapi khusus.
  • Hernia umbilikalis atau inguinalis dapat terjadi akibat batuk yang kuat. Tidak perlu dilakukan tindakan khusus kecuali terjadi obstruksi saluran pencernaan, tetapi rujuk anak untuk evaluasi bedah setelah fase akut.

PROGNOSIS

Sebagian besar penderita mengalami pemulihan total, meskipun berlangsung lambat. Sekitar 1-2% anak yang berusia dibawah 1 tahun meninggal. Kematian biasanya terjadi karena berkurangnya oksigen ke otak dan infeksi pernafasan yang berat.

 


Informasi Produk Terkait Pertussis


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Vaksin pertussis yang merupakan bagian dari imunisasi pada masa kanak-kanak (biasanya dalam bentuk vaksin DPT) perlu diberikan untuk mencegah terjadinya pertussis. Anak-anak yang terpapar pertussis perlu diberikan antibiotik sebagai tindakan pencegahan.

vaksin pertusis

Vaksin DPT (Tetanus, Dipteri, Pertusis)

Sumber: http://i.huffpost.com/


Referensi

- W, Geoffrey A. Pertussis. Merck Manual Home Health Handbook. 2006.

- Centers for Disese Control and Prevention. Pertussis (Whooping Cough). Atlanta. 2012.

- D, Yamini. B, Eleana P. Whooping Cough (Pertussis). Kids Health. 2012.

- Shehab, Ziad M. Pertussis. Taussig-Landau : Pediatric Respiratory Medicine. Missouri, USA. Mosby Inc. 1999. Chapter 42. h: 693-699.