Bugar dan Sehat Saat Hamil Tanpa Anemia

wanita hamil

Bagi pasangan yang sudah lama mendambakan momongan maka akan merasa bahagia apabila sang istri mendapat kehamilan. Tetapi seringkali kebahagiaan itu tidak tercermin pada raut muka sang calon ibu yang tampak pucat, lemah dan lesu. Kondisi tersebut sering kali dianggap hal yang wajar, bahkan ada yang beranggapan hal tersebut merupakan bawaan dari sang bayi. Banyak dari wanita hamil tersebut  yang tidak menyadari kalau ternyata dirinya mengalami kurang darah atau anemia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7-8 wanita dari 10 wanita hamil menderita anemia. Kemudian karena konsekwensinya yang tidak ringan seperti pendarahan saat melahirkan dan melahirkan secara prematur, maka sangat penting bagi calon ibu untuk menjaga kesehatannya atau mendapat pengobatan agar terlepas dari anemia.

5L pada wanita hamil, normalkah?
5L (lesu, lemah, letih, lelah, dan lunglai) merupakan gejala anemia yang sering diabaikan oleh calon ibu. Pada trisemester pertama sebagian besar wanita hamil akan mengalami mual dan muntah yang disinyalir dapat menyebabkan calon ibu tampak lemah dan lesu. Kalaupun pada trisemester pertama ini hilangnya darah menstruasi tidak terjadi tetapi kebutuhan zat pembentukan darah terutama zat besi cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya usia kehamilan.

Bila mual dan muntah sudah hilang, tetapi calon ibu cenderung tetap mengalami 5L, maka hal ini bukanlah hal yang normal dan perlu penanganan yang serius. Penting bagi calon ibu untuk terhindar dari anemia supaya bisa menghindari terjadinya kelahiran prematur hingga pendarahan berlebihan pada persalinan yang dapat mengancam nyawa ibu dan bayinya hingga 70%. Dengan tidak adanya anemia, calon ibu akan tampak bugar dan sehat sehingga dapat menjalankan aktivitas kesehariannya dengan baik.

Gejala dan diagnosa anemia pada wanita hamil
Sesuai kodratnya wanita lebih banyak membutuhkan zat besi baik saat hamil maupun tidak dibandingkan pria.Pada wanita yang mengalami menstruasi akan kehilangan zat besi dua kali lipat dibandingkan pria yaitu sekitar 2,4 mg perhari, padahal porsi makan wanita cenderung lebih sedikit dibanding pria. Akibatnya bahkan sebelum hamil pun kebanyakan wanita sudah mengalami anemia, ditambah dengan kehamilan akan memperparah anemia.

Pada trisemester kedua dan seterusnya kebutuhan zat pembentuk darah terutama zat besi meningkat tajam hingga dua kali lipat dibandingkan saat tidak hamil. Keadaan ini disebabkan volume darah ibu meningkat karena kebutuhan janin akan oksigen dan zat gizi yang dibawa oleh sel darah merah. Kemudian saat melahirkan sudah tentu akan terjadi pendarahan yang memerlukan penggantian darah secepatnya.

Sayangnya gejala 5L baru muncul begitu anemia dalam tingkat yang lanjut. Berikut adalah tingkatan anemia :
  1. Stadium 1
    Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga menghabiskan cadangan dalam tubuh, terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin (protein yang menampung zat besi) dalam darah berkurang secara progresif.
  2. Stadium 2
    Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk pembentukan sel darah merah, sehingga sel darah merah yang dihasilkan jumlahnya lebih sedikit.
  3. Stadium 3
    Mulai terjadi anemia. Pada awal stadium ini, sel darah merah tampak normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit. Kadar hemoglobin dan hematokrit menurun.
  4. Stadium 4
    Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia karena kekurangan zat besi.
  5. Stadium 5
    Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka akan timbul gejala-gejala karena kekurangan zat besi dan gejala-gejala karena anemia semakin memburuk.

Anemia sendiri merupakan kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) seseorang kurang dari 10g/dl. Sementara angka idealnya untuk wanita dewasa berdasarkan standar WHO adalah 12g/dl. Artinya, seorang wanita dewasa, baik yang sedang hamil maupun tidak, akan didiagnosa mengalami anemia jika kadar Hb-nya di bawah 12g/dl. Tetapi munculnya gejala sangatlah individual, bisa jadi orang dengan Hb 10g/dl masih beraktivitas normal dan energik sedangkan yang lain nampak letih dan lesu.

Untuk mendiagnosa anemia perlu pemeriksaan darah, biasanya yang diperiksa adalah kadar zat besi. Atau mengukur kadar transferin (protein pengangkut zat besi yang berada diluar sel darah merah) dan kadar ferritin (protein yang menampung zat besi).

Akibat anemia pada janin dan calon ibu
WHO  menyatakan bahwa anemia merupakan penyebab penting dari kematian ibu saat hamil ataupun melahirkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kematian ibu saat melahirkan akibat anemia adalah 70% dan sekitar 19,7% akibat hal lain. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya angka kesakitan ibu saat melahirkan.
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan, seperti meningkatkan resiko terjadinya kematian janin di dalam kandungan, melahirkan secara prematur, atau bayi lahir dengan berat badan rendah, dan juga angka kematian bayi setelah dilahirkan Di samping itu, perdarahan sebelum dan setelah melahirkan lebih sering dijumpai pada wanita yang anemia dan hal ini dapat berakibat fatal, sebab wanita yang anemia tidak dapat mentolerir kehilangan darah. 

Pencegahan dan penanganan Anemia pada wanita hamil
wanita hamilMengkonsumsi makanan yang bergizi adalah hal yang penting tetapi terkadang hal ini tidak cukup. Oleh karenanya sudah menjadi hal umum bila wanita hamil selalu diberi suplemen tambahan yang mengandung zat besi oleh dokter.
Selain itu pengaturan usia ibu saat hamil ataupun jarak antara kehamilan juga merupakan hal yang penting, karena dari hasil penelitian menunjukkan saat terbaik bagi wanita untuk terjadi kehamilan adalah pada usia antara 20 hingga 35 tahun. Karena apabila hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun akan meningkatkan resiko terjadinya anemia.bagi calon ibu.
Untuk Ibu yang mengalami kehamilan lebih dari 4 kali juga dapat meningkatkan resiko untuk mengalami anemia demikian juga apabila jarak antara dua kehamilan kurang dari 2 tahun dapat juga meningkatkan resiko terjadinya anemia.