Pentingnya Aseptis dan Kelembapan dalam Penanganan Luka infeksi

Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan. Hal tersebut dijelaskan oleh nara sumber dalam acara pengumuman hasil riset oleh Tim Imunologi Pasca Sarjana Universitas Airlangga tentang efektivitas zat aktif dalethyne pada proses penyembuhan Luka, yang berlangsung di Jakarta, Selasa 9 Agustus 2016 kemarin.

sumber: www.webmd.com

Dr. dr. Agung Dwi Wahyu Widodo, MSI., selaku Koordinator Program Studi Imunologi, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Airlangga menjelaskan, “Kami melakukan uji zat aktif dalethyne terhadap mikroba penyebab infeksi nosokomial dan menemukan bahwasanya zat aktif dalethyne dapat membunuh kuman-kuman tersebut dengan konsentrasi 50%, studi lebih lanjut didapatkan kemampuan membunuh kuman secara total, jadi boleh dikatakan zat aktif dalethyne ini Cidal. Dengan ini, apabila terjadi infeksi dengan kuman tersebut pada luka, maka dalethyne dapat menjadi terapi utama di Rumah Sakit dan layanan kesehatan lain,” ungkapnya.

Mengenai penanganan luka sendiri, Dr. Donna Savitry, SpBP-RE mengemukakan, “Kunci untuk terjadinya penyembuhan luka atau wound healing yang cepat, yaitu luka harus dalam keadaan aseptik (bebas dari kuman, virus, jamur, bakteri dan mikroorganisme lainnya) dan luka harus dalam keadaan moist (lembab), tidak dalam keadaan basah ataupun kering.”

Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus dijawab adalah, apakah luka tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik yang harus dibuang, apakah ada tanda klinik yang memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering dan terdapat resiko kekeringan pada sel, apakah absorpsi atau drainage objektif terhadap obat topical dan lain-lain. Terjadinya peradangan pada luka adalah hal alami yang sering kali memproduksi eksudat; mengatasi eksudat adalah bagian penting dari penanganan luka. Selanjutnya, mengontrol eksudat juga sangat penting untuk menangani kondisi dasar luka, yang mana selama ini masih kurang diperhatikan dan kurang dianggap sebagai suatu hal yang penting bagi perawat, akibatnya bila produksi eksudat tidak dikontrol dapat meningkatkan jumlah bakteri pada luka, kerusakan kulit, bau pada luka dan pasti akan meningkatkan biaya perawatan setiap kali mengganti balutan.

Keseimbangan kelembaban pada permukaan balutan luka adalah faktor kunci dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan; mengeliminasi eksudat dari luka yang berlebihan pada luka kronik yang merupakan bagian penting untuk permukaan luka. Untuk itu dikembangkan suatu metode perawatan luka dengan cara mempertahankan isolasi lingkungan luka agar tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan kelembaban, yang dikenal dengan Moist Wound Healing. Metode ini secara klinis memiliki keuntungan akan meningkatkan proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan air yang tipis, mengurangi resiko timbulnya jaringan parut dan lain-lain, disamping beberapa keunggulan metode ini dibandingkan dengan kondisi luka yang kering adalah meningkatkan epitelisasi 30-50%, meningkatkan sintesa kolagen sebanyak 50 %, rata-rata re-epitelisasi dengan kelembaban 2-5 kali lebih cepat serta dapat mengurangi kehilangan cairan dari atas permukaan luka.

Dr. Donna menambahkan, “Dalam hal penyembuhan luka, yang saya amati salep yang mengandung dalethyne ini secara lokal sangat mengeliminasi bau dan nanah yang berarti membunuh kuman penyebabnya. Hal ini terbukti dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi pada luka yang dirawat dengan salep yang mengandung zat aktif dalethyne, walaupun pasien tidak mengkonsumsi obat antibiotika. Kondisi aseptik ditambah dengan lingkungan luka yang moist karena pemakaian salep ini mempercepat penyembuhan luka dan menyelamatkan pasien saya dari ancaman amputasi kaki.”

Menanggapi hasil pengujian tersebut, Kayapan Satya Dharshan penemu zat aktif dalethyne mengatakan, “Saya berterima kasih kepada Pencipta alam semesta karena telah diijinkan untuk memberikan kontribusi penting di bidang kedokteran dan membuat bumi menjadi tempat hidup yang lebih baik bagi manusia.”

Satya Dharshan selama bertahun-tahun meneliti dan menciptakan sebuah mesin khusus yang dapat memisahkan komponen penting pada minyak dengan menggunakan oksigen, yaitu: peroxide, anisidine, iodine and aldehyde, yang selanjutnya disebut dalethyne. “Dalet berarti empat dalam bahasa Ibrani, melambangkan empat komponen pada minyak yang bekerja sama dalam proses penyembuhan luka”, tambahnya.

Kemudian, dr. Agung juga menambahkan akan dilakukan penelitian lanjutan oleh Tim Imunologi Pasca Sarjana Universitas Airlangga untuk membuat modalitas terapi baru untuk memberikan solusi pada berbagai permasalahan di dunia kedokteran saat ini dan masa mendatang.

 

Save