Perempuan, Waspadalah Terhadap Penyakit  Jantung dan Pembuluh Darah!

Secara global, terdapat 8,5 juta kematian perempuan akibat penyakit jantung setiap tahun. Diindikasikan penyakit ini sebagai penyebab kematian utama ketiga di dunia. Penyakit sirkulasi pembuluh darah/stroke menyerang 11% perempuan dan 8% laki-laki. Setiap tahun, 3 juta kematian perempuan disebabkan oleh serangan stroke.

Menurut WHO, di negara berkembang, separuh dari kematian perempuan yang berumur di atas 50 tahun adalah akibat penyakit jantung dan stroke. Meskipun untuk terkena dampak penyakit jantung koroner pada perempuan lebih lambat 10 tahun dibandingkan laki-laki, namun perbandingan antara perempuan yang telah mengalami menopause dengan laki-laki yang mempunyai risiko penyakit jantung dan stroke adalah 1:1.

Untuk mencegah jatuhnya korban lebih banyak lagi, Yayasan Jantung Indonesia (YJI) menyelenggarakan Talk Show pada hari Jumat, 22 Februari 2008 di Hotel Le Meridien, Jakarta dengan tema kegiatan sepanjang tahun 2008 yang diprakarsai oleh Federasi Jantung Sedunia: Go Red for Women. Tema ini kemudian diterjemahkan menjadi Perempuan, Waspadalah!



waspadalah_perempuan
Kiri ke kanan: Svida Alisjahbana; Dra. Psi. Ratih Ibrahim, MM;
Tatiek Fauzi Bowo; dan Shanaz Haque


Ibu Aulia Sani, Ketua Umum YJI mengemukakan, “Acara ini bertujuan berbagi informasi tentang penyakit jantung pada perempuan serta mengajak untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit jantung yang semakin banyak diderita oleh perempuan.”

Uniknya, pembukaan talk show ini ditandai oleh goresan kuas berwarna merah dan berbentuk hati di atas kanvas putih oleh Ibu Tatiek Fauzi Bowo. Gambar hati ini kemudian dilanjutkan oleh pelukis profesional perempuan bernama Ni Wayan Handoko.

Perempuan Memiliki Banyak Peran

Perempuan adalah makhluk yang memiliki banyak peran. Salah satunya, perempuan berperan sebagai ibu sekaligus pendidik generasi penerusnya diharapkan dapat mendistribusikan pesan-pesan gaya hidup sehat jantung sebagai daya dukung menyukseskan Indonesia Sehat 2010.

Ibu Tatiek Fauzi Bowo, sebagai perempuan pendamping orang nomor satu di DKI Jakarta, mengajak masyarakat agar menjaga lingkungan lebih bersih sehingga lingkungan sehat, masyarakat rutin ke Posyandu, dan olah raga setiap Jum’at dimulai dari tingkat kelurahan.

Masyarakat terkecil adalah keluarga, dimana ibu menentukan kesehatan keluarga. Perempuan harus merawat dirinya dengan baik sehingga dapat banyak berkontribusi.

“Ibu harus jadi panutan dan harus sehat untuk bisa beraktivitas. Ibu juga pendidik utama untuk anak-anak. Tapi kendalanya, ibu suka makanan yang mengandung kolesterol dan gula tinggi jadi harus disiplin,” kata Ibu Tatiek yang juga Ketua PKK Provinsi DKI Jakarta.

Berbagai kajian kesehatan jantung dan stroke menemukan bahwa penyakit jantung dan stroke berkaitan erat dengan pola dan gaya hidup yang keliru. Pola makan dengan gizi kurang seimbang, kebiasaan merokok ataupun perokok pasif, tidak berolahraga dan stres merupakan faktor risiko penyakit jantung dan stroke.

Riset telah membuktikan bahwa media bisa mengubah gaya hidup pembaca. Bahkan setiap tahunnya, majalah dapat memotivasi pembaca. ”Majalah yang memberi inspirasi kepada wanita tidak hanya berisi tren fashion, tapi juga berisi pendidikan, karir, pergaulan, kesehatan, dan relationship,” kata Svida Alisjahbana dari Femina Group.

Stres Berbuntut Penyakit jantung

dr. Amiliana Mardiani Soesanto, Sp.JP dari Pusat Nasional Jantung Harapan Kita menjelaskan, “Dalam tubuh ada sistem pengaturan. Ketika stres datang, jantung menjadi berdebar, mual, dan pusing. Hal ini disebabkan zat adrenalin yang tinggi dalam darah. Jika terus-menerus maka akan menjadi beban bagi jantung.”

Dra. Psi. Ratih Ibrahim, MM, mengungkapkan bahwa setiap orang dalam kehidupannya pasti terpapar stres. Ada faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi. Bencana alam dan banjir, perang, mau mantu, pindah rumah, macet, diburu deadline pekerjaan merupakan contoh faktor eksternal, sedangkan faktor internal berasal dari gaya hidup sendiri, misalnya tuntutan terhadap diri sendiri yang tinggi.

Invest time dapat membantu mengatasi stres dalam hidup. Take time to slow down misalnya dengan membaca majalah, menikmati dan bersyukur,” kata Ratih menjelaskan. Pepatah mengatakan men sana in corporisano yang berarti di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula itu benar. Pola hidup diperbaiki dahulu, kemudian intervensi perilaku dilakukan seperti relaksasi, aromaterapisasi, dan pijat.

“Berpikir positif membantu meningkatkan kualitas hidup. Cara membangunnya dengan berpikir realistis dengan hidup dan diri kita sendiri,” tambah psikolog Indonesian Idol ini. Ratih memiliki tips menghadapi stres tinggi, “Stop, ambil waktu untuk mundur lalu menghitung 1 sampai 10 atau dibawa dalam do’a sambil bernapas atau mandi sambil bernyanyi.”

Pengalihan stres sering dilakukan dengan cara yang salah seperti mengemil tidak sehat. Cara yang baik untuk mengalihkan stres adalah dengan streching, pijat, menari atau menangis yang bertujuan untuk mengeluarkan energi negatif.

waspadalah_penyakit_pembuluh_darah
Kiri ke kanan: Prof. Dr. Miranda S. Goeltom, Susan Bachtiar,
dan dr. Amiliana M. Soesanto, Sp.JP


Penyakit Jantung, The Sillent Killer

“Penyakit jantung mulai dari tidak ada gejala sampai gejala berat,” ungkap dr. Amiliana Mardiani Soesanto, SpJP. Oleh sebab itu, penyakit jantung sering disebut the sillent killer, pembunuh diam-diam. Perempuan harus waspada karena menurut laporan WHO tahun 2004, penyakit jantung dan stroke adalah pembunuh nomor satu bagi perempuan di seluruh dunia.

Jantung bertugas memompa darah ke seluruh tubuh dan tidak pernah beristirahat. Otot jantung mendapat makanan dari arteri koroner. Kalau arteri koroner mulus maka aliran darah ke jantung cukup. “Namun seiring bertambahnya usia dan pola hidup tidak baik, lama-kelamaan di arteri terdapat penimpunan lemak yang disebut aterosklerosis,” papar dr. Ami yang merupakan staf pengajar di FKUI, Jakarta.

Penyakit jantung menyebabkan kerusakan permanen dan mempengaruhi kehidupan. Penyakit jantung tidak bisa dihilangkan dan diderita seumur hidup. Untungnya, penyakit jantung dapat dicegah dan dikendalikan.

Merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, kegemukan/obesitas, kurang aktivitas fisik, diabetes mellitus dan riwayat keluarga merupakan faktor risiko penyakit jantung. Risiko pada wanita meningkat pada usia lebih dari 50 tahun. Bahkan, insiden pada perempuan naik 2-3 kali setelah menopause.

dr. Ami menjelaskan, ”Selama hidupnya, perempuan sejak lahir sampai meninggal mengalami 3 fase, anak-anak, reproduksi dan menopause. Masa reproduksi dilindungi karena estrogen tinggi sedangkan pada masa menopause, estrogen turun.”

Untuk mencegah penyakit jantung, lakukan pengendalian faktor risiko dan rajin check-up kesehatan secara rutin. Risiko perokok aktif sama dengan perokok pasif sehingga harus menghentikan kebiasaan, kontrol tekanan darah 120/80mmHg , target kolesterol kurang dari 200 mg/dl, dan hindari obesitas.

Tanda awal sakit jantung pada perempuan sulit dikenali, biasanya berupa sakit dada atau dada tidak enak, bisa menjalar ke punggung, bahu, rahang, dan perut. Lainnya napas pendek dengan/tanpa sakit dada, keringat dingin, mual, muntah, pusing.

Olahraga Sekarang Juga!

Menurut WHO, sekitar 43% penyakit di dunia berkaitan dengan kebiasaan hidup kurang gerak. Obesitas menyebabkan hipertensi, diabetes mellitus, kolesterol tinggi. “Aktivitas fisik 30 menit atau lebih mengontrol kencing manis dan kegemukan, mengontrol kadar lemak darah, dan menurunkan tekanan darah,” kata dr. Ami yang berpraktek di Pusat Nasional Jantung Harapan Kita, Jakarta.

Prof. Dr. Miranda S. Goeltom, Deputy Senior di Bank Indonesia, mengatakan dulu beliau perokok, tapi sejak 1978 berhenti sampai sekarang.”Kalau kita mau berhenti pasti bisa,” kata perempuan yang rajin berolahraga ini.

Perempuan yang tidak lagi muda ini rajin berolahraga setiap hari. “Jika jam 5 pagi tidak sempat maka sore berolahraga. Saat mengalami kesusahan menghadapi masalah di Bank Indonesia, waktu olahraga ditambah menjadi 1 jam. Penting agar semua balance, dalam urusan kerja, makan dan olahraga.”

Lebih lanjut menurut Miranda, “Sehat berada di pikiran, kita harus bisa menikmati apa saja, hidup disenang-senangin. Kalau pikiran sehat, maka makanan pun bermanfaat, tidur sebentar tapi lelap.”

Duta Yayasan Jantung Indonesia

Dalam acara ini diperkenalkan Susan Bachtiar sebagai duta YJI. Susan Bachtiar adalah artis yang menjalankan gaya hidup sehat jantung seperti olahraga setiap hari, tidak merokok dan menghindari asap rokok, minum air putih, berusaha makan gizi seimbang, tidur 8 jam sehari, berusaha rileks saat menunggu, beristirahat saat macet, tidak minum alkohol, bekerja, membaca, berdo’a dan tertawa.

Saat ini Susan mengisi acara di empat stasiun TV yang menuntut dirinya tetap bugar dan sehat. “Dari kecil saya suka olahraga, sekarang saya treadmil, angkat beban, pilates biar lentur. Jika badan mulai tidak enak, saya minum vitamin. Jika kurang tidur maka saya tidur di mobil dan mengisi kekosongan dengan mendengarkan musik,” kata Susan berbagi kiatnya.

Dalam menjalani perannya sebagai duta YJI, Susan akan mulai dari lingkungan teman-teman pekerja seni. Artis terkenal dengan pola hidup yang kurang tidur, merokok, makan tidak seimbang. “Saya ingin mencontohkan enaknya hidup sehat kepada teman-teman saya,” jelas Susan.

Go Red for Women adalah himbauan YJI untuk kaum perempuan Indonesia agar mewaspadai bahaya penyakit jantung bagi perempuan aktif (diri sendiri) dan mengajak keterlibatan perempuan Indonesia untuk mengkampanyekan gaya dan pola hidup sehat agar terhindar dari serangan penyakit jantung dan stroke bagi masyarakat luas.

YJI pun memiliki gaya dan pola hidup sehat yang disebut Panca Usaha Jantung Sehat yaitu SEHAT:

  • Seimbangkan gizi
  • Enyahkan rokok
  • Hindari & atasi stres,
  • Awasi tekanan darah
  • Teratur berolahraga

Yuk, sayangi jantung kita!

Untuk undangan liputan seminar dan kegiatan lain kirim ke redaksi kami di fax. 021-7397069 atau redaksi@medicastore.