Saat ini bepergian ke luar negeri bukan lagi hal yang aneh.  Dengan kemudahan akses serta perijinan untuk menuju ke suatu negara, maka arus pelintas antar negara pun semakin banyak. Termasuk juga untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. Singapura, Thailand bahkan negara-negara di Benua Eropa & Afrika saait ini menjadi tempat tujuan wisata yang populer bagi warga Indonesia. Tak terkecuali juga wisata rohani, seperti ke tanah suci di Mekah, Madinah maupun tempat-tempat lainnya.

 

Dengan semakin banyaknya pelintas antar negara (traveller) ini, maka dunia pun menjadi semakin dekat. Sesuatu yang menjadi trend di suatu negara dapat dengan cepat hadir juga di negara lain, tetapi sayangnya hal tersebut berlaku juga penyakit, terutama penyakit infeksi yang ditularkan melalui kontak dari satu orang ke orang lain.

 

Menurut data dari emedicinehealth.com, terdapat beberapa penyakit yang bisa didapat saat melakukan perjalanan ke luar negeri, terutama ke negara-negara berkembang. Penyakit –penyakit tersebut dapat dibedakan berdasarkan cara penyebarannya, yaitu :

 

- Penyakit yang ditularkan melalui makanan / air yang telah terkontaminasi : Diare, Hepatitis A, Tipus, Polio & Kolera

 

- Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk atau serangga lainnya : Malaria, Yellow Fever & Japanese Encephalitis

 

- Penyakit yang ditularkan melalui batuk atau kontak pernafasan yang dekat : Meningococcal Meningitis, Tubercolosis & Flu

 

- Penyakit yang ditularkan melalui gigitan binatang : Rabies

 

Dari penyakit-penyakit tersebut diatas, ada beberapa penyakit yang dapat membuat seseorang menjadi carrier (pembawa) kuman penyakit, artinya dia sendiri tidak sakit tapi dapat menularkan kuman penyakit tersebut ke orang lain. Salah satunya adalah penyakit meningococcal meningitis.

 

Penyakit meningitis (meningococcal meningitis ) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis yang dapat menyebabkan terjadinya peradangan pada lapisan tipis yang menyelimuti otak (meninges). Sehinga penyakit meningitis ini juga dikenal dengan nama penyakit radang pada selaput otak  Dengan gejala yang menyerupai flu, maka banyak tenaga kesehatan yang kesulitan untuk mendiagnosis penyakit tersebut secara dini, sedangkan gejala spesifik seperti kaku leher & ruam biasanya baru muncul bila penyakit sudah dalam keadaan lanjut. Selain itu, penyakit ini juga dapat memburuk dengan cepat yang seringkali berakhir dengan kematian, ataupun bila bisa terselamatkan maka biasanya akan mengalami komplikasi yang berat atau menjadi cacat.

 

 

 Sumber : webmd.com

 

 

Untuk mencegah penyakit tersebut sebenarnya sudah ada vaksinnya, seperti vaksin meningitis konjugat ACYW135, yang dapat mencegah terkena penyakit meningitis dari 5 serogrup/kelompok yang berbeda.  Dengan demikian diharapkan bagi para pelintas antar negara (traveller) yang hendak bepergian ke negara yang dicurigai dapat sebagai tempat penularan penyakit meningitis, untuk dapat melakukan vaksinasi tersebut sebelum menuju kesana.  Bahkan untuk negara tertentu ada yang mengisyaratkan kartu kuning / ICV (International Certificate of Vaccination) yaitu kartu yang menunjukkan bahwa dia telah mendapatkan vaksinasi meningitis, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan visa ke negaranya, salah satu dari negara tersebut adalah negara Arab Saudi.

 

Hal ini karena di Arab Saudi terutama pada saat musim haji ataupun umroh, banyak berkumpul orang-orang dari berbagai negara, termasuk mungkin negara-negara yang masih menjadi endemik bagi penyakit meningitis. Sehingga setiap orang yang berkunjung kesana rentan untuk tertular atau menjadi carrier bagi penyakit tersebut.

 

Tetapi sayangnya masih banyak masyarakat yang masih beranggapan bahwa kartu kuning tersebut hanyalah syarat administrasi saja untuk dapat memperoleh visa, sehingga mereka lebih memilih untuk memalsukan kartu tersebut daripada melakukan vaksinasi yang sebenarnya. Hal ini selain dapat membahayakan kesehatan mereka, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan orang-orang terdekat mereka. Karena bakteri N. meningitidis tersebut bisa saja terdapat di tubuh mereka (hidung & tenggorokan) tanpa mereka sadari, untuk kemudian ditularkan ke orang lain. Bakteri penyakit ini dapat dengan mudah ditularkan melalui batuk, bersin & kontak langsung seperti berciuman oleh orang yang membawa bakteri tersebut (carrier) ke orang lainnya.

 

 

Contoh kartu kuning / ICV (International Certificate of Vaccination) dengan barcode

        

 

Pemerintah saat ini sudah berupaya untuk mencegah adanya kartu kuning palsu tersebut ddengan cara memperbanyak tempat untuk melakukan vaksinasi & juga membuat kartu kuning dnegan barcode yang berisikan identitas diri dari calon jamaah haji/umroh. Tetapi yang paling penting adalah adanya kesadaran dari masyarakat sendiri untuk melakukan vaksnasi tersebut sebagai bagian dari upaya untuk melindungi diri sendiri ataupun orang-orang yang dicintai dari penyakit yang mematikan ini.