Suplemen untuk menambah tinggi badan mungkin dapat memberikan manfaat tambahan bagi mereka yang kekurangan nutrisi tertentu. Namun, tidak ada bukti kuat bahwa produk tertentu secara signifikan dapat meningkatkan pertumbuhan tulang.
Pertumbuhan tinggi badan merupakan proses alami yang kompleks dan tidak dapat dipercepat secara drastis dengan suplemen saja. Perkembangan tulang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk genetik, nutrisi, hormon pertumbuhan, dan faktor lingkungan.
Kandungan Suplemen untuk Menambah Tinggi Badan dan Efektivitasnya
Suplemen penambah tinggi badan umumnya mengandung nutrisi penting, seperti kalsium, vitamin D, Zinc, dan protein. Meskipun kontroversial, ada produk tertentu yang mengklaim memiliki kandungan hormon pertumbuhan.
Studi ilmiah yang mendukung klaim bahwa suplemen dapat secara signifikan meningkatkan tinggi badan pada orang dewasa masih terbatas. Penelitian-penelitian ini bahkan tidak menyertakan bukti yang kuat.
Nutrisi yang cukup memang penting untuk pertumbuhan, tetapi jika seseorang sudah mengkonsumsi makanan seimbang, suplemen mungkin tidak memberikan manfaat tambahan secara signifikan.
Genetik juga berperan dalam menentukan tinggi badan seseorang. Suplemen tidak dapat mengubah faktor genetik ini. Selain itu, penggunaan hormon pertumbuhan sintetis memiliki risiko efek samping yang serius dan harus dilakukan di bawah pengawasan medis.
Resiko dan Efek Samping Suplemen Peninggi Badan
Banyak suplemen yang umumnya mengandung bahan-bahan yang belum teruji keamanannya dalam jangka panjang. Hal ini dapat menyebabkan berbagai efek samping, yang meliputi:
- Interaksi dengan obat-obatan: Suplemen peninggi badan dapat berinteraksi dengan obat-obatan yang sedang Anda konsumsi dan menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.
- Gangguan pencernaan: Efek samping yang mungkin terjadi akibat konsumsi suplemen adalah mual, diare, sembelit, dan gangguan perut lainnya.
- Reaksi alergi: Beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi terhadap bahan-bahan dalam suplemen, seperti ruam kulit, gatal-gatal, atau kesulitan bernapas.
- Gangguan hormon: Beberapa suplemen diduga mengandung hormon pertumbuhan yang dapat mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
- Kerusakan organ: Penggunaan suplemen dalam jangka panjang dan dosis tinggi berpotensi merusak organ-organ tubuh, seperti hati dan ginjal.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Badan
Mengapa tinggi badan seseorang berbeda-beda? Simak penjelasan lebih dalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi badan berikut ini!
- Faktor Genetik
Gen adalah unit dasar pewarisan sifat yang kita terima dari orang tua. Gen-gen tertentu berperan dalam mengatur pertumbuhan tulang dan menentukan potensi tinggi badan maksimal seseorang.
Meskipun gen sangat berpengaruh, tinggi badan tidak selalu mengikuti pola warisan yang sederhana. Artinya, anak tidak selalu memiliki tinggi badan yang sama persis dengan orang tuanya.
- Nutrisi
Gizi yang cukup dan seimbang pada masa pertumbuhan, sangat penting untuk mendukung pertumbuhan tulang dan otot. Nutrisi berfungsi sebagai bahan baku untuk membangun sel-sel tubuh, termasuk tulang.
Kekurangan gizi akan menghambat proses pembentukan sel-sel baru dan memperlambat pertumbuhan. Beberapa nutrisi berperan dalam merangsang produksi hormon pertumbuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang.
Nutrisi yang penting untuk pertumbuhan tulang, antara lain protein, kalsium, vit D, vit A, dan zat besi. Jika gizi pada tubuh sudah terpenuhi, kandungan dalam suplemen yang berguna menambah tinggi badan tidak memberikan dampak secara signifikan.
- Hormon
Hormon yang berpengaruh secara signifikan terhadap tinggi badan seseorang, antara lain Human Growth Hormone (HGH), Tiroid, serta Testosteron dan Estrogen.
HGH sering disebut sebagai master hormone untuk pertumbuhan yang diproduksi oleh kelenjar pituitari. Berfungsi merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan lunak lainnya. Pelepasannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tidur, olahraga, dan nutrisi.
Hormon tiroid membantu mengatur metabolisme tubuh, termasuk pertumbuhan sel dan jaringan. Kekurangan hormon ini dapat menghambat pertumbuhan.
Selama pubertas, hormon testosteron dan estrogen berperan penting dalam percepatan pertumbuhan tulang dan perkembangan ciri-ciri seksual sekunder. Testosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan masing-masing memiliki peran dalam proses ini.
Tips Meningkatkan Tinggi Badan Secara Alami
Meskipun sulit menambah tinggi badan setelah masa pertumbuhan, kebiasaan sehat berikut bisa dilakukan selain mengonsumsi suplemen untuk menambah tinggi badan:
1. Konsumsi Makanan Bergizi
Untuk mendapatkan nutrisi yang cukup, kita perlu mengonsumsi makanan yang bervariasi dan seimbang. Beberapa contoh makanan yang baik untuk meningkatkan tinggi badan antara lain, daging, telur, susu, kacang-kacangan, sayuran hijau, buah-buahan, dan biji-bijian.
Dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan protein, kalsium, vitamin D, dan nutrisi lainnya, kita dapat mendukung pertumbuhan tulang dan jaringan tubuh sehingga mencapai tinggi badan yang optimal.
2. Olahraga Teratur
Saat berolahraga, tubuh akan melepaskan HGH. Dengan olahraga teratur, produksi hormon ini dapat meningkat, sehingga merangsang pertumbuhan tulang, termasuk tulang panjang pada kaki.
Beberapa aktivitas fisik membantu memperkuat tulang dan otot. Tulang yang kuat menjadi fondasi untuk pertumbuhan tubuh, sedangkan otot yang kuat mendukung tulang dan persendian. Kondisi ini memungkinkan tubuh untuk tumbuh lebih optimal.
Olahraga meningkatkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh, termasuk ke tulang. Hal ini memungkinkan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dapat terdistribusi dengan baik.
3. Istirahat yang Cukup
Seperti yang telah disebutkan, tidur adalah waktu di mana tubuh melepaskan HGH dalam jumlah maksimal. Hormon ini merangsang pembelahan sel dan pertumbuhan tulang, sehingga membantu tubuh tumbuh lebih tinggi.
Selama tidur, tubuh juga melakukan perbaikan dan pemulihan jaringan yang rusak akibat aktivitas sehari-hari. Proses ini sangat penting untuk pertumbuhan yang optimal.
Tidur membantu meregenerasi sel-sel tubuh, termasuk sel-sel tulang. Sel-sel baru ini akan menggantikan sel-sel tua dan membantu tulang tumbuh lebih panjang.
Untuk memaksimalkan manfaat, durasi yang disarankan untuk anak-anak usia 6 sampai 12 tahun sebaiknya tidur minimal 9 jam dan maksimal 12 jam per malam. Sedangkan remaja 13 sampai 18 tahun sebaiknya tidur minimal 8 jam dan maksimal 10 jam per malam.
4. Perbaiki Postur Tubuh
Postur tubuh yang buruk, seperti membungkuk atau duduk bungkuk, dapat menekan tulang belakang. Dengan memperbaiki postur, tulang belakang akan memiliki ruang yang lebih optimal untuk memanjang, sehingga tubuh terlihat lebih tegak dan tinggi.
Postur tubuh yang baik memberikan kesan percaya diri dan energik. Ketika kita berdiri tegak, bahu terbuka, dan kepala tinggi, secara otomatis tubuh akan terlihat lebih tinggi dan menarik.
Yoga, pilates, dan renang dapat membantu memperkuat otot-otot yang mendukung postur tubuh yang baik. Ini tidak hanya membuat tubuh terlihat lebih tinggi, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan lainnya.
Alternatif Suplemen untuk Menambah Tinggi Badan di Medicastore
Memiliki tinggi badan ideal adalah dambaan banyak orang, terutama remaja. Selain alasan estetika, tinggi badan juga dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan peluang dalam berbagai aspek kehidupan.
Banyak orang yang merasa tinggi badannya tidak sesuai dengan harapan. Lalu, apakah ada cara untuk menambah tinggi badan setelah melewati masa pertumbuhan?
Hingga saat ini, belum ada bukti ilmiah yang kuat mengenai efektivitas obat-obatan atau suplemen untuk menambah tinggi badan secara signifikan pada orang dewasa.
Namun, ada vitamin dan susu yang membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak pada masa pertumbuhan sehingga bisa mengoptimalkan tumbuh kembang anak termasuk tinggi badannya. Suplemen tumbuh kembang anak yang tersedia di Medicastore , seperti Growee, IGrow, Curcuma Plus, Zevit Grow, atau Vitagrow.
Konsultasikan dengan ahli gizi sebelum menggunakan produk-produk tersebut untuk buah hati Anda. Hal ini karena setiap anak memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda.
Referensi: