Sebagian besar obat-batan belum diuji pada wanita menyusui sehingga belum diketahui secara pasti bagaimana pengaruhnya terhadap anak yang disusuinya. Karena sangat sedikit masalah yang telah dilaporkan, maka meminum obat yang dijual bebas dan obat yang diresepkan, dalam jumlah tidak terlalu banyak dan hanya jika diperlukan, akan aman.
Bahkan ibu-ibu yang harus meminum obat secara rutin setiap hari untuk penyakit yang dideritanya (misalnya epilepsi, diabetes atau hipertensi) biasanya bisa menyusui anaknya. Meskipun demikian, ibu masih tetap harus berkonsultasi dengan dokter anaknya. Untuk meminimalkan pemaparan obat-obatan pada bayi yang disusui, ibu sebaiknya meminum obat setelah menyusui atau sebelum bayi tidur.
Obat-obatan yang aman dikonsumsi oleh ibu menyusui
Pada bulan Januari 1994, The American Academy of Pediatrics telah mengeluarkan daftar obat yang biasanya bisa diberikan pada ibu menyusui:
Beberapa jenis obat hanya boleh diminum oleh ibu menyusui jika ibu berhenti menyusui selama beberapa hari atau beberapa minggu. Agar produksi ASI tetap terjaga, selama ibu berhenti menyusui, ibu bisa memompa ASI dan membuangnya, sementara bayinya bisa meminum ASI yang sebelumnya telah dibekukan atau minum susu formula.
Obat-obatan radioaktif yang digunakan untuk pemeriksaan diagnostik tertentu (misalnya Gallium-69, Iodine-125, Iodine-131 atau Technetium-99m) bisa digunakan asalkan untuk sementara waktu ibu berhenti menyusui.
Obat-obatan yang sebaiknya tidak diminum oleh ibu menyusui adalah:
Bahkan ibu-ibu yang harus meminum obat secara rutin setiap hari untuk penyakit yang dideritanya (misalnya epilepsi, diabetes atau hipertensi) biasanya bisa menyusui anaknya. Meskipun demikian, ibu masih tetap harus berkonsultasi dengan dokter anaknya. Untuk meminimalkan pemaparan obat-obatan pada bayi yang disusui, ibu sebaiknya meminum obat setelah menyusui atau sebelum bayi tidur.
Obat-obatan yang aman dikonsumsi oleh ibu menyusui
Pada bulan Januari 1994, The American Academy of Pediatrics telah mengeluarkan daftar obat yang biasanya bisa diberikan pada ibu menyusui:
- Asetaminofen
- Antibiotik
- Anti-epilepsi (Primidon harus dibawah pengawasan)
- Antihistamin
- Alkohol dalam jumlah terbatas (dalam jumlah banyak, pada bayi, alkohol bisa menyebabkan ngantuk, kelemahan dan penambahan berat badan abnormal)
- Anti-hipertensi
- Aspirin (harus dibawah pengawasan)
- Kafein
- Dekongestan
- Ibuprofen
- Insulin
- Kuinin
- Obat tiroid.
Beberapa jenis obat hanya boleh diminum oleh ibu menyusui jika ibu berhenti menyusui selama beberapa hari atau beberapa minggu. Agar produksi ASI tetap terjaga, selama ibu berhenti menyusui, ibu bisa memompa ASI dan membuangnya, sementara bayinya bisa meminum ASI yang sebelumnya telah dibekukan atau minum susu formula.
Obat-obatan radioaktif yang digunakan untuk pemeriksaan diagnostik tertentu (misalnya Gallium-69, Iodine-125, Iodine-131 atau Technetium-99m) bisa digunakan asalkan untuk sementara waktu ibu berhenti menyusui.
Obat-obatan yang sebaiknya tidak diminum oleh ibu menyusui adalah:
- Bromokriptin (obat untuk penyakit Parkinson, juga menyebabkan berkurangnya pembentukan ASI)
- Sebagian besar obat-obat kemoterapi untuk kanker (obat ini membunuh sel-sel di dalam tubuh ibu sehingga bisa melukai bayinya)
- Ergotamin (untuk sakit kepala migren, karena menyebabkan muntah, diare dan kejang pada bayi)
- Litium (untuk penyakit manik-depresif, karena dikeluarkan melalui ASI)
- Metotreksat (untuk artritis, karena bisa menekan sistem kekebalan bayi)
- Obat-obatan yang disalahgunakan.
Beberapa jenis obat, seperti kokain dan PCP, bisa menimbulkan keracunan pada bayi. Amfetamin, heroin dan marijuana bisa menyebabkan iritabilitas, pola tidur yang buruk, tremor dan muntah. Bayi juga menjadi ketagihan terhadap obat-obat tersebut. - Merokok tembakau.
Ibu menyusui sebaiknya tidak merokok. Nikotin bisa menyebabkan muntah, diare dan gelisah pada bayi; juga akan mengurangi pembentukan ASI. Ibu menyusui yang merokok aktif maupun pasif, bisa meningkatkan resiko terjadinya sudden infant death syndrome (SIDS, sindroma kematian bayi mendadak) dan infeksi saluran pernafasan dan telinga.