Waspadai Hipertensi, Si Pemicu Penyakit  Kelas Berat

Penyakit darah tinggi mungkin bukan sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, tapi apakah masyarakat mengetahui bahwa penyakit dengan nama lain hipertensi dan sering tidak disadari penderitanya juga pemicu penyakit kelas berat seperti gagal jantung bahkan stroke yang mematikan?

Ani, seorang ibu rumah tangga yang berusia 45 tahun sering mengeluhkan kepalanya yang pusing kepada anaknya. Obat pereda sakit kepala yang bisa dibeli di warung pun sudah menjadi makanan sehari-hari.

Alangkah terkejutnya Ibu Ani setelah mengetahui dari dokter bahwa dirinya menderita hipertensi atau lazim disebut penyakit darah tinggi. Hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan tekanan sistolik 150 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg atau yang umum dinyatakan 150/90 mmHg. Padahal tekanan darah normal untuk orang dewasa adalah 120/80 mmHg.

dr. Andang Joesoef SpJP(K), Direktur Pelayanan Medis Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, dalam situs www.id.novartis.com mengatakan, ?Tekanan darah 120-139/80-89 mmHg dikategorikan sebagai pre-hipertensi dan perbaikan dalam gaya hidup dibutuhkan untuk menurunkan tekanan darah, sedangkan tekanan darah di atas 140/90 merupakan hipertensi yang membutuhkan pengobatan.?

Dari penjelasan dokter, Ibu Ani yang sebelumnya tidak menyadari dirinya menderita hipertensi baru mengetahui bahwa salah satu gejala hipertensi adalah pusing atau sakit kepala. Ibu Ani mengaku senang makanan yang asin dan gurih. Berdasarkan penampilan pun Ibu Ani yang memiliki bobot 68 kg dan tinggi 156 cm ini terlihat gemuk.

Hipertensi Bukan Penyakit Biasa

Hipertensi adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, baik muda maupun tua, entah orang kaya maupun miskin. Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025.

Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat alias mematikan. Laporan Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa tekanan darah yang tinggi dapat meningkatkan risiko serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.

Seiring berubahnya gaya hidup di perkotaan mengikuti era globalisasi, kasus hipertensi terus meningkat. Gaya hidup gemar makanan fast food yang kaya lemak, asin, malas berolahraga dan mudah tertekan ikut berperan dalam menambah jumlah pasien hipertensi.

Seseorang dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darahnya tinggi atau melampaui nilai tekanan darah yang normal yaitu 120/80 mmHg. Hipertensi pun digolongkan kembali berdasarkan tekanan darahnya.

Tabel Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun

Klasifikasi Tekanan Darah
Tekanan Sistolik dan Diastolik (mmHg)

Normal

< 120 dan < 80

Prehipertensi

120 ? 139 atau 80 ? 89

Hipertensi Stadium I

140 ? 159 atau 90 ? 99

Hipertensi Stadium II

> 160 atau > 100

Sumber: JNC 7 (The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure)

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan sekunder. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk ke dalam kelompok ini, sedangkan prevalensi hipertensi sekunder hanya sekitar 5-8% dari seluruh penderita hipertensi.

Penyebab hipertensi primer terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan dapat dilihat dari riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga yang dapat berupa sensitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, peningkatan reaktivitas vaskular (terhadap vasokontriktor) dan resistensi insulin. Konsumsi garam (natrium) berlebihan, stres psikis dan obesitas diyakini sebagai penyebab hipertensi yang berasal dari lingkungan.

Hipertensi Masih Bisa Diatasi

Menurut dokter, hipertensi bisa diatasi dengan memodifikasi gaya hidup. Pengobatan dengan antihipertensi diberikan jika modifikasi gaya hidup tidak berhasil. Dokter pun memiliki alasan dalam memberikan obat mana yang sesuai dengan kondisi pasien saat menderita hipertensi.

Tujuan pengobatan hipertensi untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Artinya tekanan darah harus diturunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung, maupun kualitas hidup sambil dilakukan pengendalian faktor risiko kardiovaskular.

Berdasarkan cara kerjanya, obat hipertensi terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu diuretik, beta bloker, penghambat ACE, antagonis kalsium. Mayoritas pasien dengan tekanan darah tinggi akan memerlukan obat-obatan selama hidup mereka untuk mengontrol tekanan darah mereka. Pada beberapa kasus, dua atau tiga obat hipertensi dapat diberikan.

Beberapa studi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kombinasi tersebut tidak hanya menurunkan tekanan darah namun juga menurunkan risiko stroke dan penyakit jantung iskemik. Seiring dengan kemajuan dalam bidang farmasi, telah dibuat kombinasi dua obat hipertensi dalam satu tablet yang mengandung valsartan dan amlodipine.

dr Arieska Ann Soenarta, SpJP(K) Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia menambahkan bahwa hasil uji klinik terbaru di dunia menunjukkan sebagian besar pasien hipertensi sukses mengontrol tekanan darah mereka setelah minum dua atau lebih obat hipertensi.

Sebagai praktisi kesehatan, dokter akan menyarankan pasien untuk mengubah gaya hidup sambil minum satu obat antihipertensi. Namun, jika ternyata tidak berhasil mencapai tekanan darah yang diharapkan, dokter akan meninjau kembali terapi dengan memberikan dosis yang lebih besar, atau memerlukan kombinasi obat,? jelas Soenarta.

Penelitian yang lainnya menyarankan penghentian pemakaian obat hipertensi pada pasien dengan tekanan darah yang tidak terlalu tinggi dan hanya menjalani perbaikan gaya hidup saja. Perubahan gaya hidup yang paling penting pada studi yang ada adalah penurunan berat badan dan konsumsi diet rendah garam. Strategi seperti latihan, rencana diet dan terutama perubahan obat-obatan sebaiknya didiskusikan dengan dokter sebelum diaplikasikan.

Modifikasi Gaya Hidup Sekarang!

Merubah pola hidup tetap merupakan faktor yang berperan besar dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, sambil meningkatkan efek antihipertensi.

Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita:

  • Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas ideal.
  • Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi.
    Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol.
  • Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat.
    Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.
  • Berhenti merokok.

Masyarakat dengan tekanan darah tinggi sebaiknya menghindari beberapa aktivitas tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah dan frekuensi jantung pada tingkat yang membahayakan, diantaranya:

  • sauna atau ruang uap
  • mandi uap
  • kolam air hangat
  • berendam air panas
  • kolam renang yang hangat

Sangat penting bagi paenderita hipertensi untuk membatasi jumlah waktu yang dihabiskan untuk aktivitas tersebut diatas hanya kurang dari 10 menit. Setelah terjadinya paparan terhadap lingkungan ini, pasien sebaiknya duduk menjauh dari sumber panas selama beberapa menit sebelum berdiri kembali dengan tujuan untuk meminimalkan risiko terjadinya pusing kepala atau pingsan (sinkope).

Pasien hipertensi harus lebih berhati-hati mengkonsumsi obat-obatan bebas (OTC) yang mengandung vasokokonstriktor (menyempitkan pembuluh darah), yang dapat menaikkan tekanan darah. Obat-obatan tersebut seperti:

  • tetes mata
  • antihistamin
  • flu, sinus dan obat batuk (terutama yang mengandung dekongestan)

Pasien hipertensi juga disarankan untuk mengikuti anjuran dokter mengenai pengobatan untuk mencegah konsekuensi kesehatan yang serius. Pasien juga disarankan untuk berdiskusi dengan dokter mengenai efek samping atau hal lainnya yang berhubungan dengan pengobatan.

Hipertensi bukan hanya penyakit orang ?barat.? Kenyataannya epidemi terus hipertensi meningkat baik di negara maju dan negara berkembang. Jika tidak dikendalikan maka akan meningkat sebanyak 5O% dalam 15 tahun ke depan.