Semua Perempuan Berisiko Kanker Serviks

Angka kematian karena kanker serviks (kanker leher rahim) masih tinggi. Di dunia, setiap dua menit seorang perempuan meninggal karena kanker serviks. Sementara di Indonesia, setiap jam seorang perempuan meninggal karena kanker serviks. Kanker serviks menduduki urutan pertama kanker yang paling sering menyerang perempuan di Indonesia.

Masih tingginya kasus kanker serviks merupakan sebuah ironi. Hal ini dikarenakan kanker serviks merupakan penyakit yang telah diketahui penyebabnya dan telah diketahui perjalanan penyakitnya. Ditambah juga sudah ada metode deteksi dini kanker serviks, sehingga sesungguhnya kanker serviks dapat dihindari. ?Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia disebabkan kesadaran masyarakat untuk deteksi dini masih rendah,? kata DR. dr. Andrijono, SpOG(K).

Infeksi HPV dan Kanker Serviks
Erat kaitan antara infeksi HPV (Human Papilloma Virus) dengan kanker serviks. Infeksi HPV terdeteksi pada 99,7% kasus kanker serviks. Infeksi HPV dapat dengan mudah ditularkan melalui kontak kulit kelamin. Jadi, semua perempuan berisiko terkena infeksi HPV sejak pertama kali berhubungan seksual.

Memang, sebagian besar infeksi HPV akan menghilang dengan sendirinya karena adanya sistem kekebalan alami tubuh, namun beberapa diantaranya akan menetap, tergantung dari tipe HPV yang menginfeksi. Kanker serviks terjadi melalui infeksi HPV yang menetap tersebut.

Klasifikasi tipe HPV berdasarkan epidemiologi:

Golongan
Tipe HPV
Risiko tinggi 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59
Kemungkinan risiko tinggi 26, 53, 66, 68, 73, 82
Risiko rendah 6, 11, 40, 42, 43, 44, 54, 61, 70, 72, 81

Setiap perempuan yang telah terinfeksi HPV bukan berarti akan langsung memiliki kekebalan terhadap HPV. Kemungkinan risiko infeksi berulang (reinfeksi) dari tipe HPV yang sama atau berbeda tetap ada, sehingga pada akhirnya semua perempuan tetaplah berisiko menderita kanker serviks.

Risiko menderita kanker serviks akan meningkat jika perempuan tersebut adalah perokok (risiko dua kali lebih besar), HIV positif, menderita infeksi klamidia, melahirkan banyak anak, dan terdapat riwayat kanker serviks dalam keluarga.

Deteksi Dini Kanker Serviks
Pada tahap prakanker yang seringkali tidak menimbulkan gejala, ditemukan sel-sel abnormal pada serviks yang dapat dideteksi melalui pap smear. Jika sel-sel abnormal ini berkembang lebih lanjut menjadi kanker serviks, timbul gejala seperti rasa sakit saat hubungan seksual, perdarahan setelah hubungan seksual, perdarahan di luar siklus menstruasi, dan keputihan yang keruh dan berbau. Perjalanan kanker serviks memakan waktu 10-20 tahun mulai dari tahap infeksi, prakanker hingga berkembang menjadi kanker serviks.

Saat ini, metode yang digunakan untuk mendeteksi dini kanker serviks telah berkembang. Diharapkan dengan adanya deteksi dini, dapat ditemukan sel-sel abnormal pada tahap prakanker, sehingga dapat segera dilakukan terapi dan mencegah terjadinya perkembangan lebih lanjut menjadi kanker serviks.

Berikut beberapa metode deteksi dini kanker serviks:

  • Pap smear Pap smear adalah cara skrining yang paling sering digunakan dan sudah dikenal luas. Dilakukan dengan cara mengambil lendir serviks, kemudian diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya kelainan pada serviks. Anda yang sudah menikah atau telah melakukan hubungan seksual aktif, disarankan melakukan pap smear secara teratur.
    Pap smear dengan media cairan disebut thin-prep (Liquid Base Cytology/LBC) dengan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan pap smear konvensional. Sementara pemeriksaan sediaan pap smear dengan menggunakan sistem interaktif komputer disebut pap-net.
  • IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) IVA merupakan metode skrining alternatif untuk kanker serviks. Pada pemeriksaan IVA, digunakan asam asetat dengan konsentrasi 3-5% yang dipulaskan pada serviks. Pada tahap prakanker akan timbul warna bercak putih.

DR. Andri menjelaskan bahwa pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar berupa kolposkopi. Kolposkopi merupakan pemeriksaan dengan pembesaran yang digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal.

Pada pasien yang dicurigai menderita kanker serviks, pemeriksaan dilanjutkan dengan melakukan biopsi, yakni dengan mengambil sedikit sampel jaringan. Hasil biopsi merupakan dasar diagnosis pasti apakah pasien tersebut menderita kanker serviks atau tidak. Dari sinilah baru ditentukan terapi yang tepat untuk pasien.

Kanker Serviks dapat Dicegah
Ada dua cara untuk mencegah kanker serviks. Cara pertama dengan mencegah tahap prakanker, yakni dengan menghindari faktor risiko kanker serviks. Cara kedua dengan melakukan deteksi dini untuk menemukan tahap prakanker sebelum berkembang menjadi kanker.

Tidak melakukan hubungan seksual pada usia dini, tidak bergonti-ganti pasangan seksual, dan tidak berpasangan dengan mereka yang sebelumnya memiliki banyak pasangan seksual merupakan upaya untuk menghindari infeksi HPV.

Saat ini, kanker serviks dapat dicegah dengan pemberian vaksin HPV. Vaksin HPV bertujuan untuk mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang merupakan HPV risiko tinggi penyebab lebih dari 70% kasus kanker serviks. Pemberian vaksin sebaiknya dilakukan pada perempuan yang belum atau tidak terinfeksi HPV dan sebelum melakukan hubungan seksual (dapat diberikan pada usia 10-55 tahun).

Vaksin HPV merupakan vaksin profilaksis (pencegahan), bukan vaksin terapetik (pengobatan). Jadwal pemberian vaksin terbagi dalam 3 dosis yakni pada bulan ke-0, ke-1, dan ke-6. Pencegahan yang terbaik adalah dengan melakukan vaksinasi dan pap smear secara berkala.

Untuk melakukan pemeriksaan pap smear dan mendapatkan vaksin HPV, Anda dapat menghubungi dokter spesialis Obstetri-Ginekologi (kebidanan dan kandungan). Berikut beberapa tempat yang dapat menjadi referensi untuk melakukan pap smear:

  • Yayasan Kanker Indonesia Jl. DR. Sam Ratulangi No. 35 Jakarta 10350 Telp. (021) 3152606, 3152603, 3920568
  • Unit Uji Kesehatan dan Deteksi Dini Kanker RS Kanker Dharmais Jl. Letjen S. Parman Kav. 84-86 Jakarta Telp. (021) 5681578 Tersedia Paket Deteksi Dini Kanker Leher Rahim

Oleh karena mayoritas infeksi HPV ditularkan melalui hubungan seksual, maka menjaga perilaku seksual yang sehat dan melakukan skrining secara teratur merupakan langkah terbaik yang dapat dilakukan. Jaga kesehatan reproduksi Anda. Para perempuan, Anda terlalu berharga untuk keluarga dan orang di sekitar Anda. Jangan sampai kanker serviks merenggut kebahagiaan Anda.

Cegah kanker serviks sebelum terlambat!

Narasumber:

Tentang DR. dr. Andrijono, SpOG(K):

Beliau adalah Konsultan Onkologi Ginekologi yang khusus menangani kanker ginekologi seperti kanker serviks dan kanker ovarium. Dilahirkan pada tanggal 7 Agustus 1953 di Jakarta.

Latar belakang pendidikan dokter dan Spesialis Obstetri-Ginekologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sementara pendidikan Onkologi Ginekologi di AVL (Anthoni van Leuwenhoek Ziekenhuiz) Amsterdam.

Saat ini beliau merupakan staf pengajar di Sub Bagian Onkologi Ginekologi, Bagian Obstetri-Ginekologi FKUI. DR. Andri dapat dijumpai di ruang prakteknya di RS Omni Medical Center dan RS Mitra Internasional.

dr_andrijono_cegah_kanker_serviks
Artikel terkait: