Saat ini pengobatan dengan menggunakan bahan alam menjadi kian populer karena banyak yang khawatir mengenai efek samping dari penggunaan obat-obatan yang berasal dari bahan kimia. Seiring dengan itu penelitian mengenai khasiat yang terdapat pada bahan alam juga semakin banyak, sehingga bahan alam yang tadinya hanya dikenal secara turun temurun untuk mengatasi suatu penyakit, kini juga bisa diperiksa kandungan berkhasiatnya serta manfaat yang mungkin terdapat didalamnya. Salah satu bahan alam yang banyak diperbincangkan saat ini adalah buah manggis. Buah dengan rasa manis berwarna putih dengan kulit buah berwarna ungu gelap itu kian populer, bahkan sering disebut juga sebagai “Queen of Fruit” karena kandungan bahan berkhasiatnya, baik dalam buah maupun kulit buahnya yang diyakini bisa mengatasi berbagai penyakit. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai buah manggis, kandungan berkhasiat serta manfaatnya tersebut bisa dilihat pada artikel terbaru dari medicastore.com dibawah ini yang bersumber dari dr. Toni Sutono, MPH, MSi selaku dokter akupunkturis, herbalis & konsultan kesehatan serta dari altmedicine.about.com.
Buah Manggis
Manggis adalah tanaman tropis yang tumbuh di lingkungan yang panas & lembap di daerah Asia Tenggara seperti misalnya di negara Thailand, Malaysia, Singapore, Vietnam & Indonesia. Buah manggis sendiri berwarna ungu gelap berdiameter 5-8 cm, dengan ukuran sebesar buah apel atau peach. Dibagian tengahnya terdapat bagian buah yang berwarna putih dengan bentuk menyerupai kumpulan bawang putih tapi mempunyai rasa yang manis & sedikit asam. Nama manggis sendiri dalam bahasa Inggris adalah mangosteen tapi tidak mempunyai kaitan dengan mangga (mango).
Pohon manggis termasuk family Clusiaceae (synonim Guttiferae) dengan variasi 35 genera dan sekitar 800 species., namun yang menghasilkan buah yang dapat dimakan hanya sekitar 40 species. Yang banyak tumbuh dikawasan Asia ada 4 species, yaitu Garcinia mangostana (lebih dikenal dengan sebutan mangosteen dalam bahasa Inggris), G. cambogia, G. dulcis dan G. tinctoria.
Di wilayah Indonesia (termasuk Malaysia, Thailand dan Filipina dan negara-negara ASEAN) pohon manggis berbuah pada bulan Juni – Juli – Agustus dan bulan Nopember – Desember – Januari. Panen buah manggis di Indonesia banyak diekspor ke Tiongkok, Taiwan, Jepang, Saudi Arabia, dan Eropa (Perancis dan Belanda).
Captain Cook, tahun 1770 di Batavia (sekarang Jakarta) tercatat mengatakan bahwa buah manggis sangat nikmat rasanya tak ada tandingannya. Buahnya mengandung sakarosa (gula) 15 % dan Vitamin C. Du dan Francis (1977) mencatat bahwa kulit buahnya mengandung zat warna merah (cyanidin-3-sophoroside).
Warna merah keunguan itu adalah suatu zat yang disebut anthocyanin, yang memberi warna cerah pada bunga dan buah-buahan. Zat warna yang termasuk golongan flavonoids ini diketahui mengandung anti-oksidan, yang banyak diteliti oleh kalangan kedokteran untuk melawan pengaruh jahat dari oksidan.
Zat warna anthocyanin dapat berubah warnanya tergantung dari tingkat keasamannya (pH). Dalam suasana asam, warnanya merah keunguan. Dalam suasana basa hijau kekuningan. Oleh sebab itu, selalu dianjurkan agar mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran yang berwarna cerah untuk menjaga kebugaran tubuh.
Bagian-bagian pohon manggis yang dapat bermanfaat
Sebenarnya sudah sejak lama, orang-orang tua dulu menggunakan bagian-bagian dari tanaman untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan, demikian juga dengan pohon & buah manggis ini. Berikut berbagai bagian dari pohon & buah manggis serta kegunaannya yang dipercaya dapat mengatasi masalah kesehatan :
- Kulit pohon
- sebagai astringent untuk sariawan
- Daun
- sebagai astringent untuk sariawan
- untuk menurunkan panas
- rebusan daun untuk mencucui luka
- Buah
- untuk diare dan disentri
- Kulit buah
- untuk disentri
- untuk gangguan pernapasan untuk infeksi kulit
- untuk diare
- Akar pohon
- untuk gangguan haid
Penelitian lebih lanjut mengenai manggis & kandungan berkhasiatnya
Di masa modern, tanaman obat diambil zat aktifnya (metabolit sekunder) dengan melakukan ekstraksi dari bagian-bagian tertentu tanaman. Dalam hal manggis, yang banyak diteliti adalah kulit buah manggis. Ekstrak kulit buah manggis mengandung zat aktif alfa-mangostin (sebagai anti-oksidan), gama-mangostin (sebagai anti inflamasi, anti peradangan), isomangostin dan gartanin, yang merupakan derivat dari Xanthones, yang bersifat anti-oksidan yang sangat kuat.
Kekuatan anti-oksidan diukur dengan metode ORAC (Oxygen Radical Absorbance Capacity), yaitu mengukur kemampuannya melawan oksidan. Oksidan adalah zat biokimiawi yang dapat mengoksidasi zat lainnya, sehingga terjadi kerusakan biologis. Misalnya kolesterol yang teroksidasi akan berubah sifatnya sehingga dapat ‘melekat’ di dinding pembuluh darah dan menebalkan dindingnya, menyempitkan diameter pembuluh darah. Akibatnya, pasokan nutrisi dan oksigen terhambat, dan terjadilah rentetan kerusakan organ-organ di dalam tubuh.
Karena daya-rusak oleh oksidan begitu merisaukan kalangan kedokteran, maka para peneliti berusaha mencari anti-oksidan, baik yang berasal dari sumber alam maupun yang dapat dibuat secara sintetis. Vitamin C (yang berasal dari buah-buahan maupun yang dibuat sintetis) adalah anti-oksidan yang paling awal dikenal. Adalah Linus Pauling (1901-1994) yang seorang pemenang dua Hadiah Nobel untuk bidang Biokimia dan bidang Perdamainan pertama kali mencoba Vitamin C untuk melawan flu dan kanker.
Dalam hal kulit buah manggis, setidaknya ada lebih dari 30 penelitian in vitro (dalam tabung gelas) maupun in vivo (pada binatang percobaan, misalnya pada tikus). Baik penelitian in vitro maupun penelitian in vivo disebut juga dengan uji pra-klinik, yang dilakukan untuk membuktikan suatu manfaat terhadap kesehatan.
Uji pra-klinik tersebut terhadap khasiat buah manggis itu sendiri dalam 10 tahun terakhir dapat diringkas sebagi berikut :
- Ada 5 penelitian tentang manfaat anti kanker (khususnya kanker payudara, hati, lambung, paru-paru, leukemia (kanker darah)
- Ada 7 penelitian tentang manfaat anti bakteria (infeksi kulit, tuberkulosis, malaria, termasuk kuman jerawat) dan anti virus HIV.
- Penelitian mengenai pencegahan kerusakan pembuluh darah (aterosklerosis) akibat oksidasi kolesterol LDL dengan kemampuan anti-oksidan dari Xanthone.
Uji in vitro dan in vivo mempunyai keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Keuntungan, karena dapat dilakukan sepenuhnya di dalam lingkungan laboratorium yang dirancang khusus untuk penelitian tersebut. Kerugiannya, hasil penelitian pra-klinik belum tentu serta-merta dapat diterapkan kepada pasien sebagai manusia seutuhnya. Misalnya apabila pada penelitian pra-klinik menemukan bahwa zat aktif tertentu dari suatu tanaman dapat mematikan pertumbuhan sel-sel kanker secara in vitro, belum tentu tanaman tersebut bisa menolong pasien yang menderita kanker tersebut.
Penelitian uji klinis pada manusia untuk memastikan manfaat suatu tanaman obat terhadap suatu penyakit, relatif masih jarang dilakukan dibandingkan dengan penelitian secara in vitro atau in vivo. Mengapa? sebab setiap penelitian pada manusia harus didahului oleh penelitian pra-klinik, untuk memastikan keamanannya (tidak menimbulkan keracunan atau efek samping yang tidak dikehendaki) terhadap binatang. Harus dipastikan bahwa uji pada binatang memang aman, dan takaran dosisnya sudah diketahui dengan pasti. Jadi, apabila anda membaca hasil suatu penelitian, perhatikan apakah penelitian tersebut dilakukan secara in vitro atau in vivo (uji pra-klinik) atau uji klinis pada manusia.
Penelitian mengenai khasiat kulit buah manggis untuk mengatasi jerawat
Penelitian mengenai khasiat lebih lanjut dari buah manggis untuk mengatasi masalah pada kulit pernah dilakukan oleh dr. Toni Sutono, MPH, MSi. Pada penelitian tersebut dr. Toni melakukan uji coba langsung pada manusia (uji klinis) untuk memastikan manfaat anti-oksidan dari ekstrak kulit buah manggis, untuk meredakan inflamasi (peradangan) pada jerawat. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penelitian in vitro yang dilakukan terdahulu oleh Chomnawang (tahun 2005 dan 2007 di Thailand) yang membuktikan bahwa ekstrak kulit buah manggis dapat meredakan inflamasi (peradangan) yang disebabkan oleh kuman jerawat (Propionibacterium acnes) dan bahkan dapat menghambat pertumbuhan kuman tersebut.
Pada penelitian ini ekstrak kulit manggis dimasukkan kedalam kapsul, dan dikonsumsi dengan cara diminum (per oral). Ternyata hasilnya deengan pemberian ekstrak kulit buah manggis, kerusakan oksidatif dapat dikurangi dan ditunjukkan dengan meredakan keparahan jerawat yang diikuti dengan berkurangnya jumlah lesi jerawat. Meskipun penelitian tersebut perlu untuk dikembangkan lebih luas lagi, tetapi dari hasil yang didapat bisa diambil kesimpulan bahwa ekstrak kulit buah manggis dapat bermanfaat untuk mengurangi jumlah lesi jerawat. Dipasaran sendiri saat ini sudah tersedia sediaan ekstrak kulit manggis dalam bentuk kapsul, atau dalam bentuk cairan.
Biodata dr. Toni Sutono, MPH, MSi
Edukasi :
- Dokter Umum, FKUI, 1973
- MPH, Bangkok, 1985
- Akupunktur, SP3T - RSCM, 2003
- Herbal: SP3T – RSCM, 2006
- Magister Herbal, FMIPA UI, 2013
Pengalaman Organisasi :
- Himpunan Dokter Tradisional (PDPKT)
- Persatuan Akupunkturis Indonesia (PAKSI)
- Konsultan Kesehatan, Penulis, Penerjemah Buku Kesehatan
Sumber :
1. dr. Toni Sutono, MPH, MSi
2. altmedicine.about.com
Informasi Produk Terkait :
1. Garcini Capsule
Artikel Terkait :
Informasi Penyakit Terkait :
Program Promosi Medicastore (berlaku mulai tgl 1-31 September 2013) :
- Free Kinohimitsu Bag setiap pembelian minimal Rp. 300.000 produk Kinohimitsu
- Buy 2 Get 1 Kinohimitsu D’T Juice
- Buy 1 Get 1 : Natrol Laci Le Beau
- Diskon 25 % untuk pembelian Produk Bayi Pure Baby
- Diskon 15 % untuk pembelian Kosmetik D’Blush
- Diskon 10 % untuk pembelian Obat Sariawan Albothyl 10 ml
- Diskon 10 % untuk pembelian Viostin DS
- Diskon 55 % untuk pembelian Nutracare Cranberry
- Diskon 65 % untuk pembelian Sanotake
Gabung di facebook medicastore untuk informasi kesehatan terbaru :
https://www.facebook.com/medicastore
Follow juga twitter medicastore di :