Sempat ramai berita tentang bayi-bayi yang lahir dengan mikrosefali di Brasil yang diduga akibat infeksi virus Zika. Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang juga menularkan virus penyebab penyakit demam berdarah. Untuk mengenal lebih dekat tentang virus Zika termasuk cara pencegahannya, bisa dilihat pada artikel dibawah ini yang medicastore ambil dari who.int.
Potensi komplikasi dari penyakit akibat virus Zika
sumber : consciouslifenews.com
Saat terjadinya wabah virus Zika di Polinesia & Brasil pada tahun 2013 & 2015 lalu, badan kesehatan nasional melaporkan tentang potensi komplikasi pada syaraf & sistem kekebalan tubuh dari penyakit virus Zika. Baru-baru ini di Brasil, badan kesehatan setempat mengobservasi terjadinya peningkatan sindrom Guillain-Barré yang berkaitan dengan infeksi virus Zika secara umum serta meningkatnya kelahiran bayi dengan mikrosefali di Brasil bagian utara. Penelitian baru telah memperkuat keterkaitan antara infeksi Zika dengan kejadian malformasi pada janin & kelainan syaraf. Akan tetapi, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami keterkaitan tersebut, termasuk juga penyebab potensial lainnya.
Penularan
Virus Zika disebarkan ke orang melalui gigitan nyamuk yang telah terinfeksi dari genus Aedes, terutama nyamuk Aedes aegypti yang berada di daerah tropis. Nyamuk ini pula yang menularkan penyakit dengue, chikungunya serta demam kuning. Tetapi, penyebaran virus Zika ternyata juga bisa melalui hubungan seksual. Cara penularan lainnya adalah melalui transfusi darah. Penularan terhadap janin saat ini masih dalam penelitian.
Wabah virus Zika pertama kali dilaporkan dari kepulauan Pasifik pada tahun 2007 & 2013 (Yap & Polinesia ). Kemudian pada tahun 2015 di Amerika (Brasil & Kolombia) serta Afrika (Cabo Verde). Keseluruhan, ada 64 negara & daerah yang melaporkan adanya penularan virus Zika sejak 1 Januari 2007.
Diagnosa
Infeksi virus Zika bisa dicurigai berdasarkan gejala & riwayat perjalanan (misalnya penduduk wilayah tersebut atau baru berkunjung ke wilayah dimana virus Zika diketahui berada). Diagnosa virus Zika hanya bisa dikonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium, untuk mengetahui keberadaan virus Zika pada RNA di darah atau cairan tubuh lainnya, seperti milsanya urin atau air liur.
Pencegahan
sumber : www.medicinenet.com
Nyamuk & tempat perkembang biakannya merupakan faktor resiko dari penyebaran virus Zika. Pencegahan & pengendalian mengandalkan pada pengurangan jumlah nyamuk melalui pembersihan sarang nyamuk & mengurangi kontak antara nyamuk dengan manusia.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara : menggunakan krim/lotion penghalau serangga, menggunakan pakaian (disarankan berwarna terang) yang bisa menutupi kulit, memasang penghalang fisik seperti misalnya pelindung jendela di bangunan-bangunan serta biasakan menutup pintu & jendela atau bila perlu, tidur dengan menggunakan kelambu siang hari. Sangat penting untuk mengosongkan, membersihkan atau menutup wadah-wadah yang bisa menampung air seperti misalnya ember, drum, pot, dll.
Untuk krim/lotion pelindung dari gigitan nyamuk sebaiknya mengandung DEET ((N, N-diethyl-3-methylbenzamide), IR3535 (3-[N-acetyl-N-butyl]-aminopropionic acid ethyl ester) atau icaridin (1-piperidinecarboxylic acid, 2-(2-hydroxyethyl)-1-methylpropylester). Instruksi pada kemasan harus diikuti dengan cermat. Perhatian khusus harus diperikan pada mereka yang tidak bisa melindungi dirinya sendiri seperti misalnya anak kecil maupun orang sakit & lanjut usia.
Penularan melalui hubungan seksual
Penularan virus Zika melalui hubungan seksual, mungkin terjadi. Semua orang yang telah terinfeksi virus Zika serta pasangan seksual mereka sebaiknya mempraktekkan seks yang aman dengan menggunakan kondom secara benar & konsisten.
Wanita hamil dengan pasangan yang tinggal atau baru kembali dari wilayah yang terjadi virus Zika sebaiknya mempraktekkan seks yang aman dengan menggunakan kondom atau tidak melakukan hubungan seksual selama masa kehamilan.
Orang yang tinggal di wilayah dimana penularan virus Zika terjadi juga sebaiknya mempraktekkan seks yang aman atau tidak melakukan hubungan seksual.
Demikian juga dengan orang yang baru kembali dari wilayah dimana terjadi penularan virus Zika sebaiknya mempraktekkan seks yang aman atau mempertimbangkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama setidaknya 4 minggu setelah kembali dari wilayah tersebut, untuk mengurangi resiko penularan lebih lanjut.
Penanganan virus Zika
Penyakit akibat virus Zika biasanya cenderung ringan & tidak memerlukan penaganan tertentu. Orang yang terkan virus Zika sebaiknya banyak beristirahat, minum yang cukup & untuk mengatasi demam & rasa nyeri bisa menggunakan obat pereda nyeri yang mudha dicari. Bila gejala memburuk, sebaiknya cari pertolongan medis. Untuk saat ini belum ada vaksin yang tersedia yang bisa digunakan untuk mencegah infeksi virus Zika.
Sumber :
1. www.who.int