Bakteri 'Super' Akibat Penyalahgunaan Antibiotik

Selama lebih dari 70 tahun, obat-obat antimikroba, seperti antibiotik, telah berhasil mengobati pasien dengan infeksi. Banyak penyakit yang dulu mematikan saat ini dapat diobati secara efektif dengan antibiotik. Akan tetapi seiring waktu, banyak bakteri telah beradaptasi terhadap antibiotik, sehingga penggunaan antibiotik menjadi tidak bermanfaat.

Bakteri ‘super’ yang sudah resisten (kebal) terhadap antibiotik disebut dengan multi-resistant organism (MRO). Kondisi ini menyebabkan bertambah tingginya biaya pengobatan, perawatan di rumah sakit yang lebih lama, dan meningkatnya angka kematian.

Mengapa Bakteri Menjadi Resisten Terhadap Antibiotik?

Ada beberapa jawaban untuk pertanyaan ini. Salah satu alasannya adalah bakteri secara umum bermutasi, secara alami dan spontan. Akan tetapi, salah satu faktor utama penyebab bakteri resisten terhadap antibiotik adalah penggunaan antibiotik yang berlebihan, terutama penyalahgunaan antibiotik. Termasuk menggunakan antibiotik di saat sebenarnya antibiotik tidak diperlukan (misalnya pada infeksi virus yang dikira infeksi bakteri, atau penggunaan antibiotik yang sebenarnya tidak tepat untuk mengobati penyakit tertentu).

 

Sumber gambar: healthcareinamerica.u

Dengan kata lain, bila Anda menggunakan antibiotik, Anda akan membunuh semua bakteri yang sensitif. Sebagian besar bakteri yang bertahan akan menjadi bakteri yang resisten terhadap antibiotik tersebut.

Beberapa Jenis Bakteri yang Resisten Antibiotik

Beberapa jenis bakteri telah resisten terhadap antibiotik yang sebelumnya efektif. Misalnya, bakteri Staphylococcus aureus (atau MRSA) dan Neisseria gonorrhoeae (penyebab penyakit gonore) saat ini hampir selalu resisten terhadap benzyl penicillin.

Masalah yang paling serius dalam resistensi antibiotik adalah beberapa bakteri menjadi resisten terhadap hampir semua antibiotik yang tersedia di pasaran. Bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit yang serius dan hal ini adalah masalah besar dalam kesehatan masyarakat. Beberapa contoh bakteri yang resisten antibiotik misalnya:

  • methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
  • vancomycin-resistant Enterococcus (VRE)
  • multi-drug-resistant Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB)  
  • carbapenem-resistant Enterobacteriaceae (CRE) gut bacteria

Lalu Bagaimana Pencegahan dan Pengendalian Bakteri yang Resisten Antibiotik?

Resistensi antibiotik meningkat dengan penyalahgunaan dan penggunaan berlebihan dari antibiotik, serta buruknya pencegahan dan kendali infeksi. Beberapa langkah dapat dilakukan untuk mengurangi dampak dan membatasi penyebaran resistensi.

Untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran resistensi antibiotik, dapat dilakukan hal berikut:

1.      Tingkat Individu

·        Hanya menggunakan antibiotik ketika diresepkan oleh dokter.

·        Jangan meminta antibiotik bila dokter mengatakan Anda tidak memerlukannya.

·        Selalu ikuti petunjuk penggunaan antibiotik. Habiskan antibiotik yang diresepkan sehingga efektif sepenuhnya dan tidak berkembang biak menjadi bakteri yang resisten.

·        Hindari penggunaan produk yang mengandung antibiotik atau anti bakteri atau antimikroba, kecuali produk tersebut diberikan oleh dokter.

·        Jangan berbagi atau menggunakan antibiotik sisa.

·        Cegah infeksi dengan mencuci tangan dengan teratur, menyiapkan makanan dengan higienis, hindari kontak dekat dengan orang sakit, lakukan seks yang aman, dan selalu perbarui status vaksinasi Anda.

2.      Tingkat Komunitas

Bakteri resisten antibiotik juga dapat ditularkan dari orang ke orang dalam komunitas masyarakat. Hal ini sering terjadi.

·         Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang makanan, pergi ke toilet dan mengganti popok bayi.

·         Tutup hidung dan mulut ketika batuk dan bersin.

·         Gunakan tisu ketika mengelap hidung.

·         Buang tisu dengan benar di tempat sampah.

·         Jangan meludah sembarangan.

·         Tetap tinggal di rumah bila sedang sakit.

·         Jangan bawa anak ke tempat penitipan anak, atau sekolah bila mereka sakit.

 

 

 

 

 

Referensi:

·         https://medlineplus.gov/magazine/issues/winter18/articles/winter18pg8-11.html

·         https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/antibiotic-resistant-bacteria

·         https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/anti