Apa itu Battered Woman Syndrome?
Battered woman syndrome (BWS) adalah efek psikologis yang dialami wanita akibat tinggal bersama dengan pasangan yang melakukan kekerasan. BWS bukan penyakit mental, tetapi terjadi akibat hidup dalam trauma.
Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mengalami kekerasan (baik fisik ataupun seksual) saat masih anak-anak dan/atau melihat ibunya dianiaya oleh ayah atau pasangannya, cenderung akan terlibat dalam hubungan yang abusive saat sudah dewasa.
Battered woman syndrome juga melibatkan “coercive control,” di mana pelaku harus tau di mana pasangannya setiap waktu, melarang pasangannya berhubungan dengan teman dan keluarganya, dan memegang kendali keuangan sehingga pasangannya tidak memiliki uang untuk pergi.
Pelaku bisa saja mengancam untuk menyakiti (bahkan membunuh) pasangan dan anak, keluarga, hewan peliharaan, hingga diri mereka sendiri, bila pasangannya ingin pergi meninggalkan rumah.
Kekerasan fisik, seksual dan psikologis terjadi dalam siklus. Setelah terjadi ketegangan, diikuti dengan kekerasan, kemudian pelaku meminta maaf dan berjanji akan memperbaiki diri, akan tetapi kemudian siklus akan kembali berulang.
Ketika seorang wanita terjebak dalam siklus ini, battered woman syndrome dapat berkembang, yang membuat penderitanya sulit untuk memegang kendali akan hidupnya sendiri.
Anda mungkin bertanya mengapa seorang wanita yang mengalami kekerasan tidak segera berpisah atau meninggalkan pasangannya. Pada kenyataannya hal tersebut tidaklah mudah dilakukan, karena bagi wanita yang mengalami kekerasan:
- umumnya secara keuangan bergantung pada pasangan yang melakukan kekerasan
- ingin memiliki keluarga yang utuh demi anak-anak
- takut untuk meninggalkan rumah
- tidak percaya atau menyangkal bahwa pasangan melakukan kekerasan
- mengalami depresi berat atau sangat rendah diri yang membuat mereka yakin diri mereka sendiri yang salah
- meyakini pelaku sebenarnya menyayangi dan mencintai mereka, dan dapat mengubah perilakunya
Apa Tanda Seseorang Mengalami Battered Woman Syndrome akibat Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)?
Seseorang yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dapat memiliki tanda-tanda seperti berikut ini:
- Ingatan yang terganggu
Wanita yang mengalami BWS sering teringat kembali kejadian-kejadian traumatis sebelumnya, dan merasa seperti terjadi lagi berulang-ulang. Gangguan ini juga dapat muncul dalam bentuk mimpi buruk, kilas balik, dan lamunan.
- Kecemasan
Wanita yang mengalami BWS sangat mudah cemas dan waspada bila ada sesuatu yang tidak benar, yang menciptakan respons fight-or-flight, sehingga mudah sekali terkejut, mudah menangis, dan sulit tidur.
- Menghindar
Ketika seseorang tidak dapat keluar dari sebuah situasi, secara psikologis mereka akan menjauh atau menghindar dari kenyataan (menyangkal) atau tidak menghiraukan apa yang mereka alami, dan tidak menggunakan emosi.
- Perubahan kognitif
Ketika kita merasa harus melindungi diri setiap waktu, kita dapat merasa kebingungan dan tidak memperhatikan hal lain. Wanita yang mendapatkan kekerasan dari pasangannya mungkin tidak dapat mengingat secara rinci kekerasan yang dialaminya dan mengalami depresi.
Para ahli menemukan bahwa kekerasan yang berulang-ulang memiliki dampak jangka panjang pada daya ingat, pembelajaran dan kognisis seseorang.
- Gangguan pada hubungan lainnya
Aspek kunci dari BWS adalah ketika pelaku memutuskan hubungan atau mengendalikan hubungan dari pasangannya, sehingga korban tidak dapat meminta pertolongan.
- Gangguan kesehatan dan persepsi bentuk tubuh
Selain dampak fisik yang terlihat, stress dan kecemasan berlebihan juga dapat menyebabkan gejala psikologis seperti sakit kepala dan masalah pencernaan. Banyak wanita dengan BWS tidak makan dengan baik karena dikendalikan pasangannya sehingga mereka memiliki persepsi bentuk tubuh yang sangat berubah.
- Gangguan berhubungan seksual
Korban kekerasan pasangan dapat memiliki masalah keintiman jangka panjang, meskipun sudah keluar dari hubungan yang abusive.
- Disosiasi
Wanita dengan BWS seringkali mengembangkan mekanisme pertahanan diri dengan secara psikologis terlepas dari tubuhya saat mengalami pengalaman yang traumatis.
Selain hal-hal di atas, wanita dengan battered woman syndrome dapat menyembunyikan kekerasan pasangannya dari teman dan keluarganya, dan berpikir bahwa pasangannya dapat melihat dan mengawasi setiap gerak-gerik mereka.
Tahapan Battered Woman Syndrome
Ada empat tahapan yang terjadi pada wanita dengan BWS:
- Penyangkalan. Tidak dapat menerima bahwa mereka dianiaya, atau meyakini bahwa kekerasan hanya dilakukan saat itu saja.
- Merasa bersalah. Meyakini kekerasan terjadi akibat kesalahan mereka sendiri.
- Mendapat pencerahan. Pada fase ini, wanita dengan BWS menyadari bahwa mereka tidak layak untuk mendapatkan kekerasan, dan mengakui bahwa pasangan mereka memiliki kepribadian yang kasar.
- Tanggung jawab. Wanita dengan BWS menerima bahwa pasangan yang melakukan kekerasan bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Pada sebagian besar kasus, pada tahap ini mereka mulai memikirkan untuk meninggalkan hubungan.
Tanda-tanda Bahaya Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)
Apabila Anda mencurigai teman atau keluarga mengalami kekerasan dalam rumah tangga, perhatikan tanda-tanda bahaya akibat KDRT berikut ini:
- menarik diri dan beralasan untuk tidak bertemu teman atau keluarga, atau berhenti melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan
- terlihat cemas saat berada di sekitar pasangannya
- sering berbohong mengenai memar atau cedera yang dialami
- hanya memiliki sedikit uang, atau akses transportasi
- terlihat seperti orang lain (kepribadiannya berubah)
- sering ditelepon pasangan yang membuat mereka tampak cemas ketika menerima telepon atau pesan singkat
- pasangannya mudah marah, pencemburu atau posesif
- memakai pakaian yang tidak seperti biasanya (digunakan untuk menutupi memar atau cedera)
Dampak Battered Woman Syndrome
- Dampak Jangka Pendek
Dampak jangka pendek yang dapat langsung terlihat diantaranya:
- depresi
- rendah diri
- hubungan dengan keluarga dan teman menjadi tidak baik
- cemas berlebihan
- merasa tidak berdaya dan tidak berguna
- merasa tidak memiliki kendali
- Dampak Jangka Panjang
Penelitian menunjukkan bahwa BWS dan kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT memiliki dampak kesehatan jangka panjang, seperti:
- gejala yang menyerupai gangguan stress pasca trauma, seperti kilas balik, kondisi disosiasi, dan ledakan amarah atau kekerasan terhadap pelaku kekerasan
- tekanan darah tinggi dan masalah jantung yang berkaitan
- masalah kesehatan akibat kekerasan fisik, misalnya kerusakan sendi atau radang sendi
- sakit punggung atau sakit kepala yang berkepanjangan
- meningkatnya risiko terkena diabetes, asma, depresi dan gangguan sistem imun akibat stress yang berkepanjangan
Apa yang Bisa Dilakukan untuk Membantu Wanita dengan Battered Woman Syndrome?
Langkah pertama dalam menangani BWS adalah dengan menjauhkan korban dari pelaku.
Bila Anda atau orang yang Anda kenal mengalami BWS, buat rencana aman untuk keluar dari kondisi ini.
Anda dapat memberitahu tetangga atau kerabat kode-kode yang disepakati ketika Anda memerlukan bantuan, misalnya dengan mengedip-ngedipkan lampu teras rumah, atau pesan dengan gambar-gambar tertentu, sehingga tetangga atau kerabat Anda dapat memanggil bantuan atau datang menolong Anda.
Keluar dari rumah memerlukan rencana yang matang, terutama bila Anda memiliki anak, atau pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Terlebih bila Anda tidak memiliki akses keuangan.
Buat dengan rinci rencana, misalnya:
- kapan bisa keluar rumah dengan aman
- siapa yang dapat membantu, atau ke mana harus meminta bantuan segera setelah keluar rumah
- apa yang akan dilakukan selanjutnya (misalnya melaporkan kepada yang berwajib, atau mencari pekerjaan baru)
Kemudian periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan bila ada cedera atau gangguan fisik yang dialami dan untuk mendapatkan obat-obatan. Dokter mungkin akan memberikan obat anti cemas, anti depresi, dan terapi lainnya.
Bila Anda mencurigai seseorang yang Anda kenal mengalami battered woman syndrome, pertama kali yang harus Anda ingat adalah untuk tidak menghakimi.
Jika Anda mengalami, melihat, mendengar dan mengetahui tindak kekerasan pada perempuan dan anak hubungi hotline SAPA 129 atau melalui whatsapp 08111-129-129
Meskipun kesalahan ada pada pelaku kekerasan, banyak wanita yang mendapatkan kekerasan merasa malu atau takut untuk mengakui apa yang terjadi pada mereka. Dengan tidak menghakimi korban, Anda sudah membuat mereka merasa lebih baik dan selalu ada untuk mereka.
Bila memungkinkan, bantu korban untuk mengakses fasilitas yang sebelumnya sulit mereka jangkau karena pengekangan pelaku kekerasan. Misalnya mengantarkan mereka ke pihak berwajib, ke rumah sakit, ke lembaga bantuan hukum, dan lainnya.
Selain itu, jangan memaksa orang yang mengalami kekerasan untuk segera melakukan sesuatu kepada pelaku kekerasan ketika mereka belum siap dengan rencana yang matang. Hal ini justru dapat membuat korban melakukan kekerasan kepada pelaku.
Referensi:
- www.healthline.com/health/battered-woman-syndrome
- www.psychiatrictimes.com/view/battered-woman-syndrome
- www.webmd.com/mental-health/features/battered-woman-syndrome