Scientific Medicastore
06-03-2007

Kampanye Indonesia Bebas Anemia 2006-2008 seminar

Prevalensi anemia di Indonesia masih tinggi. Survei kesehatan rumah tangga (KRT) tahun 2004 menunjukkan tingginya kejadian anemia pada kelompok umur tertentu (usia sekolah) dan lebih sering terjadi wanita.

Bertempat di Auditorium Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1 Maret 2007 silam, Departemen Kesehatan RI meluncurkan Kampanye Indonesia Bebas Anemia dalam kurun waktu 2006-2008. Dalam kampanye anti anemia ini Depkes RI bekerjasama dengan PT Merck Tbk.

PT Merck Tbk. menggandeng DEG, suatu institusi Keuangan di Jerman; SEAMEO-TROPMED UI untuk training materi penyuluhan anemia bagi para trainer; Yayasan Kusuma Buana sebagai pelaksana program "Atasi anemia, tingkatkan semangat belajar!" dan Tabloid Gaya Hidup Sehat sebagai pelaksana lomba penulisan anemia untuk jurnalis.

Dr. Rachmi Untoro sedang memeriksa Hb siswa SDN 20 Cipinang Besar, Jaktim

Dalam kesempatan ini, wakil dari Depkes RI, Dr. Rachmi Untoro, Direktur Bina Kesehatan Anak Depkes RI, melakukan pemeriksaan Hb kepada Habib (9 tahun). Habib adalah siswa kelas 3 SDN 20 Cipinang Besar Jakarta Timur. Setelah diperiksa, kadar Hb 12 g/dl yang berarti tidak anemia. Habib mengaku di rumahnya sering makan daging ayam dan hati.

Menurut kriteria WHO, seseorang mengalami anemia bila kadar Hb <11 g/dl pada usia kurang dari 6 tahun dan kadar Hb <12 g/dl pada usia lebih dari 6 tahun. Pada anak usia sekolah dan pra sekolah, anemia defisiensi besi (ADB) bisa mengganggu proses tumbuh kembangnya.

Survei KRT 2004 menunjukkan bahwa ADB terjadi pada 39 persen balita dan 24 persen pada usia 5-11 tahun. Dalam hasil survei KRT juga terlihat bahwa angka kejadian anemia lebih tinggi pada perempuan. Anemia defisiensi besi (ADB) bukan hanya masalah Indonesia melainkan juga masalah dunia.

Tak hanya itu, ditambahkan oleh Dr. Djajadiman Gatot, Sp.A (K), dari divisi Hematologi Onkologi. Bagian ilmu kesehatan anak FKUI/RSCM, "Akibat dari ADB juga membuat gangguan belajar, penurunan fungsi otot serta daya tahan tubuh pada anak. Bila daya tahan tubuh menurun maka risiko infeksi pun akan meningkat."

Anemia bisa terjadi saat masih bayi. Bila ini terjadi, maka akan berdampak pada prestasi mereka di saat usia sekolah, seperti gangguan konsentrasi, rendahnya daya ingat, kapasitas pemecahan masalah dan kecerdasan intelektual (IQ) serta gangguan perilaku. ADB harus segera ditangani dengan pemberian preparat zat besi dan mengatasi penyebabnya. "Gizi menjadi faktor utama dalam penanganan ADB ini," tambah Dr. Djajadiman.

Penyuluhan anemia kepada murid SD dalam rangka Kampanye Indonesia Bebas Anemia

Kampanye ini, dijelaskan oleh Djoni Murwanto, Marketing Manager PT Merck Tbk. menjadi salah satu bentuk kepedulian Merck untuk mewujudkan anak sekolah bebas anemia. Cakupan program kampanye ini adalah 200 SD Negeri yang berada di Jakarta dan Bekasi dalam rentang waktu November 2006-Maret 2008.

Hingga 24 Februari 2007, setidaknya telah dilakukan penyuluhan anemia ke-84 sekolah yang terdiri dari 21.261 murid, 866 guru, dan 10.448 orangtua murid. Pemeriksaan Hb telah dilakukan di 32 sekolah dengan bantuan dari Yayasan Kusuma Buana. Jika setelah hasil pemeriksaan Hb diketahui terkena anemia, maka akan diberikan suplementasi zat besi selama 10 minggu. Kemudian dilakukan pemeriksaan Hb untuk mengetahui apakah pengobatan yang diberikan berhasil.

Dr Adi Sasongko dari Yayasan Kusuma Buana menuturkan berdasarkan hasil pemeriksaan Hb di 17 sekolah dasar sampai Februari 2007 ditemukan bahwa prevalensi anemia sebesar 23,2% dengan kisaran 11,1%-50,9%. Persentase terbesar yaitu 50,9% di SDN 09 Kebon Manggis, Jakarta Timur.

ki-ka: Widya Saraswati, Djoni Murwanto, Drs. Edward S, Dra. Johana, Dr. Adi Sasongko, Dr. Djajadiman G, Sp.A(K)

Ada dua kepala sekolah yang diundang untuk memberikan kesan mengenai kampanye bebas anemia yang telah dilaksanakan di sekolahnya masing-masing yaitu Drs. Edward S (Kepsek SDN 07 Utan Kayu) dan Dra. Johana Y Supit (Kepsek SDN 09 Kebon Manggis). Keduanya menyambut positif dan sangat mendukung kampanye bebas anemia di sekolah dasar.

Bapak Soeparlan K, Kasubdit Alat Pelajar dan Sumber Belajar dari Dinas Pendidikan Dasar (Dikdas) dalam sambutannya menghimbau Depkes RI untuk serius memberantas anemia pada anak sebagai aset bangsa. Beliau menyarankan agar Depkes RI bisa mengalokasikan anggaran melalui APBN untuk membiayai suplemen anti anemia di sekolah-sekolah dasar.

Sebenarnya kampanye antianemia sudah dimulai sejak tahun 2002 sampai tahun 2005 di 4 propinsi oleh PT Merck Tbk. Menurut Herlany Gunawan, Brand Manager Sangobion, kegiatan kampanye tersebut lebih difokuskan pada ibu-ibu PKK karena mengingat peran ibu sebagai sumber keluarga. Kegiatan penyuluhan anemia telah dilakukan di Jawa Timur, Jawa barat, Sumatera Utara dan terakhir di Jawa Tengah tahun 2005 lalu.

Berkaitan dengan kampanye ini, juga diselenggarakan Lomba Penulisan Jurnalistik untuk rekan-rekan media dengan tema Ancaman Anemia Defisiensi Besi Pada Anak sekolah dengan total hadiah Rp. 52,5 juta. Menurut Widya saraswati, pemred Tabloid gaya Sehat, lomba ini terbuka bagi wartawan dari media massa: Televisi/Radio/Harian/Tabloid/Internet/Buletin/Jurnal. Periode pengiriman naskah atau bukti pemuatan selambatnya 30 Juni 2007 ke PO BOX 4091 JKTS.(FF)

Untuk undangan liputan seminar dan kegiatan lain hubungi redaksi kami di fax. : 021 - 7397069 atau redaksi@medicastore.