nita-medicastore.com
28-01-2008

Rencana Strategi Penanggulangan AIDS DKI Jakarta 2008-2012

DKI Jakarta merupakan provinsi dengan angka estimasi kelompok resiko tinggi tertular HIV tertinggi, dengan rerata estimasi jumlah orang dewasa beresiko tinggi terinfeksi HIV sebesar 854.340 dan tingkat prevalensi HIV 3,24%.


rohana_manggala
?Jumlah estimasi orang dengan HIV AIDS sejumlah 27.670. Jumlah ODHA yang dilaporkan sebanyak 2.565 kasus,? ucap Rohana Manggala, Kepala Pelaksana Harian Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) DKI Jakarta yang menjadi narasumber dalam diskusi Rencana Strategi Penanggulangan AIDS DKI Jakarta 2008-2012 di Gedung S. Widjojo Center, Jakarta, 24 Januari 2008 yang lalu.
Rohana Manggala


Pencapaian program pencegahan HIV yang signifikan sampai saat ini pada wanita penjaja seks sebesar 26%, waria 41%, homoseksual 7%, kelompok pengguna Napza suntik 6% dan pada warga binaan lembaga pemasyarakatan 21%.

Tantangan program yang terbesar saat ini adalah upaya peningkatan pemakaian kondom pada kelompok berprilaku resiko tinggi, yang masih sangat rendah yakni hanya berkisar antara 8-23%. Upaya ini perlu ditingkatkan, mengingat pengaruh transmisi seksual yang besar terhadap peningkatan epidemi HIV.

"Kondom hanyalah alat untuk menghindari HIV, namun penanggulangan AIDS yang sesungguhnya adalah dengan perubahan perilaku? tegas Rohana.

Lebih lanjut dijelaskan, rentang waktu rencana strategis HIV dan AIDS ini adalah selama 5 tahun (2008-2012) sesuai dengan rentang otoritas pemerintah provinsi yang dimulai pada akhir tahun 2007 untuk masa 5 tahun.

Agar sasaran dan tujuan program dalam rentang waktu ini dapat dirumuskan secara tepat, dibuat permodelan epidemi yang mengacu pada Asian Epidemic Modelling (AEM). Permodelan ini dipakai sebagai dasar untuk menentukan skenario penanggulangan, target sasaran dan target pencapaian program.

Pelaksanaan program penanggulangan HIV dan AIDS di Jakarta difokuskan pada upaya pencegahan pada kelompok resiko tinggi dan upaya perawatan, dukungan dan pengobatan pada ODHA.

Target program adalah penjangkauan secara efektif kelompok resiko tinggi transmisi seksual dan jarum suntik sebanyak 80% pada tahun 2010 dengan target perubahan perilaku 60% pada masing-masing kelompok.

Fokus program ini terbukti efektif untuk tingkat epidemi yang masih terkonsentrasi pada kelompok resiko tinggi. Skenario pencapaian program ini diperkirakan akan dapat mencegah infeksi baru HIV sebesar 16 ribu pada tahun 2010 dan 32 ribu pada tahun 2012 mendatang.

Estimasi kebutuhan dana pada tahun 2008 adalah sebesar 268 milyar dan terus meningkat sebesar 501 milyar pada tahun 2010 dan 629 milyar pada tahun 2012 sesuai dengan peningkatan target cakupan. Dana ini diambil dari APBD.

Rencana Stategis Penanggulangan HIV dan AIDS ini dikembangkan melalui proses kajian yang melibatkan beberapa pihak yakni Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Forum LSM Peduli HIV dan AIDS Jakarta, serta pihak donor baik yang bersifat bilateral maupun multilateral.

Narasumber lainnya, Wenita Indrasari, Reporting & Information System Coordinator Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS Nasional memberikan gambaran tentang epidemi HIV di Indonesia.

Ia menjelaskan bahwa epidemi HIV di Indonesia telah berlangsung lama. Sejak tahun 2000, epidemi tesebut telah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi beresiko tinggi (dengan prevelensi lebih dari 5%) yaitu pada pengguna Napza suntik, wanita penjaja seks, dan waria. Situasi ini menunjukkan umumnya Indonesia berada pada tahap epidemi terkonsentrasi (concentrated epidemic).
wenita_indrasari
Wenita Indrasari


Di Papua (provinsi Papua dan Irian Jaya Barat), keadaaan yang meningkat ini ternyata telah menular lebih jauh, yakni telah terjadi penyebaran HIV melalui hubungan seksual beresiko pada masyarakat umum (dengan prevelensi lebih dari 1%). Situasi di Papua menunjukkan tahapan telah mencapai generalized epidemic.

Sampai dengan akhir September 2007, Departemen Kesehatan melaporkan penambahan pasien AIDS sejumlah 2.190 orang pada tahun 2007 atau menjadi 10.384 orang secara kumulatif. Informasi ini masih mengkonfirmasi fakta tingginya laju pertambahan jumlah infeksi baru, dimana Indonesia saat ini tercatat sebagai negara dengan laju epidemi tercepat di Asia.