Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu gangguan mental yang ditandai oleh hilangnya kontak dengan kenyataan (psikosis), mengalami halusinasi (biasanya mendengar suara-suara), memegang teguh keyakinan yang salah, adanya pemikiran yang abnormal, memiliki rentang emosi yang sempit (afek datar), kurangnya motivasi, dan adanya gangguan dalam bekerja dan melakukan aktivitas sosial.
Penyebab Skizofrenia
Penyebab Skizofrenia
Penyebab pasti skizofrenia belum diketahui, tetapi penelitian terakhir mengarah pada adanya kombinasi faktor herediter (keturunan) dan faktor lingkungan. Secara mendasar, penderita skizofrenia mengalami gangguan biologis, dimana terdapat perubahan pada otak. Orang-orang yang memiliki orang tua atau saudara kandung dengan skizofrenia berisiko untuk terkena gangguan yang sama sekitar 10%, dibandingkan orang lain yang umumnya hanya berisiko sekitar 1%.
Penyebab lain terjadinya skizofrenia bisa berupa gangguan yang terjadi sebelum, saat, atau setelah kelahiran, misalnya kekurangan oksigen saat lahir, berat badan lahir rendah, dan ketidakcocokan golongan darah bayi dengan ibunya. Para ahli menemukan adanya sedikit perubahan pada distrubusi atau karakteristik sel-sel otak penderita skizofrenia sehingga menyebabkan hubungan yang abnormal. Gangguan ini tampaknya terjadi sejak awal sebelum dilahirkan dan tidak menimbulkan gangguan hingga penderita mencapai pubertas. Otak mengalami perubahan yang besar saat pubertas, dan perubahan ini bisa memicu terjadinya gejala-gejala psikotik.
Gejala-gejala skizofrenia juga bisa dipicu atau diperberat oleh stress dari lingkungan, misalnya peristiwa-peristiwa kehidupan yang berat. Selain itu, pemakaian obat-obat terlarang, seperti marijuana, juga bisa memicu atau memperberat gejala.
Gejala Skizofrenia
Gejala Skizofrenia
Onset terjadinya skizofrenia bisa tiba-tiba, dalam waktu beberapa hari atau minggu, atau perlahan dan tidak jelas dalam waktu bertahun-tahun. Meskipun keparahan dan jenis gejala yang terjadi pada penderita skizofrenia bervariasi, tapi gejala-gejala ini biasanya cukup berat sehingga mengganggu kemampuan penderita untuk bekerja, merawat diri, dan berinteraksi dengan masyarakat. Pada sebagian penderita, terjadi penurunan fungsi mental yang menyebabkan gangguan dalam berkonsentrasi, berpikir abstrak, dan menyelesaikan masalah.
Secara keseluruhan, gejala-gejala skizofrenia bisa dibedakan menjadi empat kategori besar, yaitu gejala-gejala positif, gejala-gejala negatif, disorganisasi, dan gangguan kognitif. Penderita bisa memiliki gejala-gejala dari satu, dua, atau semua kategori.
Gejala-gejala positif meliputi fungsi normal yang berlebihan atau terganggu, yaitu berupa :
- Delusi atau waham, yaitu adanya keyakinan-keyakinan yang salah, yang biasanya akibat salah menafsirkan persepsi atau pengalaman hidup. Orang-orang dengan skizofrenia bisa mengalami waham kejar, dimana mereka percaya bahwa mereka diikuti, dimata-matai, ditipu, atau disiksa. Penderita juga bisa memiliki waham lainnya, misalnya penderita percaya bahwa orang lain bisa membaca pikirannya, bahwa pikirannya tersiar ke orang lain, atau pikirannya dipengaruhi oleh kekuatan dari luar.
- Halusinasi, bisa berupa halusinasi suara (yang paling sering terjadi), halusinasi penglihatan, halusinasi penciuman, atau halusinasi perasaan. Penderita bisa mendengar suara-suara di kepalanya yang saling berbicara satu sama lain, suara yang mengkomentari perilaku mereka, atau mengatakan kata-kata yang kasar.
- Gangguan pikiran. Kesulitan dalam berbicara dan berpikir bisa menyebabkan penderita tiba-tiba berhenti berbicara di tengah-tengah kalimat atau mengucapkan gado-gado kata, yaitu kata-kata yang tidak memiliki arti.
Gejala-gejala negatif, meliputi penurunan atau hilangnya fungsi normal, yaitu berupa :
- Afek datar. Wajah penderita bisa terlihat tak berekspresi. Kontak mata dengan orang lain sedikit atau tidak ada. Ekspresi emosi berkurang. Kejadian-kejadian yang harusnya membuat mereka tertawa atau menangis tidak menimbulkan respon apa-apa pada penderita.
- Miskin bicara (poverty of speech), yaitu berkurangnya jumlah perkataan. Jawaban yang diberikan untuk pertanyaan bisa pendek, mungkin hanya satu atau dua kata, menggambarkan adanya suatu kekosongan.
- Penderita hanya memiliki sedikit ketertarikan pada aktivitas-aktivitas yang biasa dikerjakan dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk sesuatu yang tidak bertujuan.
- Penderita menjadi kurang tertarik untuk berhubungan dengan orang lain.
Disorganisasi meliputi adanya perilaku aneh dan gangguan pikiran.
- Gangguan pikiran, yang terlihat saat penderita berbicara. Pembicaraan melantur atau berganti-ganti dari satu topik ke topik lainnya.
- Perilaku yang aneh (bizarre), dimana penderita bisa seperti anak kecil, berperilaku atau berpenampilan yang tidak sesuai. Katatonia merupakan bentuk ekstrim dari gangguan perilaku ini, dimana penderita mempertahanan postur kaku dan menolak upaya untuk digerakkan.
Gangguan kognitif mengarah pada adanya kesulitan yang dialami penderita untuk berkonsentrasi, mengingat, merencanakan, mengatur, dan memecahkan masalah. Sebagian penderita tidak mampu berkonsentrasi saat membaca, menonton televisi, atau mengikuti petunjuk tertentu. Penderita lainnya tidak mampu untuk fokus dalam melakukan tugasnya. Akibatnya penderita tidak dapat melakukan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan juga tidak dapat membuat keputusan.
Diagnosis Skizofrenia
Diagnosa Skizofrenia
Tidak ada pemeriksaan pasti untuk mendiagnosa skizofrenia. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan menyeluruh pada riwayat dan gejala-gejala penderita. Skizofrenia didiagnosa jika gejala-gejala menetap minimal selama 1 bulan dan menyebabkan gangguan yang berat dalam bekerja, belajar, dan bersosialisasi. Keterangan dari anggota keluarga, teman, atau guru seringkali penting dalam membuat diagnosa.
Pemeriksaan laboratorium seringkali diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan yang lain, seperti pemakaian zat-zat terlarang, gangguan saraf, gangguan hormonal, atau gangguan medis lainnya.
Orang-orang dengan skizofrenia memiliki kelainan otak yang bisa terlihat dengan pemeriksaan CT scan atau MRI. Namun, kelainan ini tidak cukup spesifik untuk membantu mendiagnosa skizofrenia.
Penanganan Skizofrenia
Pengobatan Skizofrenia
Skizofrenia merupakan kondisi kronis yang membutuhkan terapi seumur hidup, bahkan saat gejala-gejala telah mereda. Terapi dengan pemberian obat-obatan dan terapi psikososial bisa membantu mengatasi kondisi yang ada.
Pemberian obat-obatan merupakan dasar terapi skizofrenia, tetapi karena dapat menyebabkan efek samping yang serius, maka pengobatan harus dilakukan dibawah pemantauan dokter dan sesuai dengan petunjuk dokter.
Terapi psikososial penting untuk dilakukan setelah gejala-gejala psikosis mereda, yaitu berupa :
- Latihan kemampuan bersosial, yang berfokus pada perbaikan interaksi sosial dan komunikasi
- Terapi keluarga, yaitu dengan memberikan dukungan dan edukasi pada keluarga sehingga bisa menerima anggota keluarganya yang mengalami skizofrenia.
- Rehabilitasi untuk membantu penderita skizofrenia bisa mendapatkan pekerjaan dan bekerja dengan baik.
- Terapi individu. Terapi ini membantu penderita untuk belajar mengatasi stress dan mengidentifikasi tanda-tanda peringatan terjadinya kekambuhan, sehingga bisa membantu penderita mengendalikan penyakitnya.
Secara umum, tujuan pengobatan skizofrenia adalah mengurangi keparahan dan lama terjadinya gejala, mencegah kekambuhan, mencegah kemunduran fungsi, dan memberikan dukungan untuk mencapai hidup yang paling baik.
Saat terjadi gejala-gejala yang berat, penderita perlu dirawat di rumah sakit untuk memastikan keamanan, asupan gizi yang cukup, tidur yang cukup, dan kebersihan tubuh.
Dokter Spesialis
Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Pencegahan Skizofrenia
Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah terjadinya skizofrenia. Namun, terapi yang diberikan sejak dini bisa membantu mengendalikan gejala sebelum terjadi komplikasi serius dan bisa membantu memperbaiki hasil jangka panjang.
Kepatuhan pada rencana terapi bisa membantu mencegah kambuhnya atau memberatnya gejala-gejala skizofrenia. Untuk orang-orang yang berisiko tinggi mengalami skizofrenia, maka perlu melakukan tindakan proaktif, seperti menghindari pemakaian obat-obat terlarang, mengurangi stress, cukup tidur, dan segera mendapatkan obat anti-psikotik jika diperlukan untuk mengurangi atau mencegah perburukan gejala.
Referensi
Referensi :
- B, Juan R. Schizophrenia. Merck Manual Home Health Handbook. 2008.
- Mayo Clinic. Schizophrenia. 2012.
- E, Roxanne Dryden. Schizophrenia. Medicine Net. 2011.
- G, Joseph. Schizophrenia. Web MD. 2012.
Diperbarui 14 September 2023