Anak Menangis dan Kolik
Menangis adalah respon emosional terhadap suatu situasi atau pengalaman yang tidak mengenakkan, yang membuat anak tidak mampu mengatasinya. Semua bayi dan anak-anak yang masih kecil menangis sebagai bentuk komunikasi. Menangis merupakan satu-satunya cara bagi mereka untuk mengungkapkan keinginannya.
Tangisan anak sebagian besar merupakan respon anak terhadap berbagai hal, seperti rasa lapar, rasa tidak nyaman (misalnya karena popok yang basah), atau rasa takut terpisah dari orang tuanya. Tangisan anak tersebut normal dan biasanya akan berhenti jika keinginannya terpenuhi, misalnya setelah anak diberi makan, diganti popoknya, atau dipeluk. Tangisan anak cenderung lebih jarang terjadi dan lebih singkat setelah anak berusia 3 bulan.
Tangisan yang berlebihan mengarah pada tangisan yang terus terjadi meskipun anak telah diberikan semua kebutuhannya sehari-hari atau tangisan yang berlangsung lebih lama dari biasanya.
Bentuk tangisan yang berlebihan tanpa diketahui sebabnya dan berlangsung sedikitnya 3 jam sehari, selama lebih dari 3 hari dalam seminggu, dan terjadi lebih dari 3 minggu disebut sebagai kolik. Kolik terutama terjadi pada bayi yang berusia 6 minggu sampai 3-4 bulan.
Anak yang lebih besar pada akhirnya bisa belajar untuk mengungkapkan perasaaanya (misalnya rasa kecewa atau marah) tanpa menangis. Anak kemudian memiliki kemampuan untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Untuk itu, orang tua perlu membantu anak membangun perilaku yang baik yang sesuai untuk mengungkapkan perasaannya.
Penyebab Anak menangis dan kolik
Penyebab Anak Menangis dan Kolik
Anak bisa menangis karena berbagai alasan, tergantung dari tingkat perkembangan dan pengalaman anak sebelumnya. Anak bisa menangis sebagai respon terhadap berbagai hal yang dialami dan dirasakannya, serta ketidakmampuan untuk mengungkapkan perasaannya.
Lebih dari 95% kasus anak yang menangis secara berlebihan tidak mengarah pada gangguan medis tertentu. Meskipun tangisan anak tersebut bisa membuat orang tua menjadi stres, anak pada akhirnya bisa tenang dan berhenti menangis dengan sendirinya. Kelelahan adalah salah satu penyebab menangisnya bayi yang sering terjadi.
Antara usia 6 bulan sampai 3 tahun, tangisan anak di malam hari seringkali disebabkan oleh kesulitan anak untuk bisa tidur kembali setelah anak terbangun. Anak bisa mengalami kesulitan untuk tidur kembali dengan sendirinya terutama jika anak perlu mendapatkan kondisi khusus atau benda tertentu untuk bisa tidur (misalnya perlu digendong atau diberi dot).
Ketakutan saat malam hari biasa terjadi setelah anak berusia 3 tahun. Ketakutan ini biasanya tergantung dari usia serta tingkat perkembangan fisik dan emosional anak. Terkadang anak yang berusia 3 sampai 8 tahun bisa menangis ketakutan di tengah malam dan tidak tampak terbangun atau dapat ditenangkan. Mereka juga tidak ingat akan mimpi atau tangisannya saat bangun di pagi hari. Episode tangisan ini disebut juga sebagai teror malam.
Kurang dari 5% kasus tangisan anak yang berlebihan disebabkan oleh gangguan medis. Beberapa gangguan terasa tidak mengenakkan, tetapi tidak terlalu berbahaya, misalnya karena tumbuh gigi, refluks gastroesofageal, luka pada anus akibat buang air besar yang keras, atau infeksi telinga.
Pada kasus yang lebih jarang, tangisan anak yang berlebihan bisa disebabkan oleh gangguan medis yang serius, misalnya sumbatan pada usus, radang selaput otak, atau cedera kepala yang menimbulkan perdarahan. Bayi-bayi dengan gangguan yang serius seringkali memiliki gejala-gejala yang lain, misalnya demam atau muntah, yang dapat membuat orang tua lebih waspada akan adanya masalah yang lebih serius. Terkadang tanda awal suatu gangguan berupa tangisan anak.
Meskipun istilah kolik mengarah pada kram perut, tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa terdapat gangguan pada usus atau perut bayi yang mengalami kolik. Kebanyakan bayi dengan kolik dapat makan dengan baik dan memiliki pertambahan berat badan yang normal.
Kolik pada bayi mungkin diperkirakan terjadi karena adanya gangguan pada perut, karena bayi yang menangis seringkali menelan udara saat mereka menangis, akibatnya bayi bisa buang angin dan menjadi kembung. Namun, keadaan ini tampaknya terjadi akibat bayi menangis ketimbang menyebabkan bayi menangis.
Gejala Anak menangis dan kolik
Gejala Anak Menangis dan Kolik
Tangisan anak yang normal biasanya akan berhenti jika keinginannya telah terpenuhi, misalnya setelah anak diberi makan, diganti popoknya, atau dipeluk. Tetapi, anak juga bisa menangis secara berlebihan, dimana tangisan terus terjadi meskipun anak telah diberikan semua kebutuhannya sehari-hari atau jika tangisan anak berlangsung lebih lama dari biasanya.
Ada beberapa gejala yang perlu diperhatikan yang mungkin mengarah pada adanya gangguan medis tertentu yang menyebabkan anak terus menangis, yaitu :
- Sesak nafas
- Adanya memar atau bengkak di kepala atau bagian tubuh lainnya
- Adanya gerakan yang abnormal atau sentakan pada bagian tubuh manapun
- Anak sangat rewel, dimana perlakuan atau gerakan yang biasa menyebabkan anak menangis
- Anak terus menangis, terutama jika disertai dengan demam
- Demam pada bayi yang berusia kurang dari 8 minggu
Kolik pada bayi terjadi jika anak terus menangis dengan kuat dan menjadi rewel, tanpa adanya alasan yang jelas (misalnya lapar, sakit, atau cedera) dengan kata lain pada bayi yang sehat. Kolik biasanya mulai terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, paling berat saat bayi berusia sekitar 6 minggu, dan kemudian menghilang, seringkali secara tiba-tiba, pada usia 3-4 bulan.
Bayi dikatakan mengalami kolik jika ia terus menangis dan rewel tanpa sebab yang jelas selama lebih dari 3 jam sehari, lebih dari 3 hari dalam seminggu, dan berlangsung selama lebih dari 3 minggu.
Tangisan yang biasanya berhubungan dengan kolik yaitu :
- Tangisan yang kencang, melengking, dan konstan
- Tidak diketahui penyebabnya
- Terjadi sekitar waktu yang sama di siang atau malam hari
- Berlangsung selama berjam-jam tanpa alasan yang jelas
- Terdapat jeda saat bayi bertingkah normal kembali
Diagnosis Anak menangis dan kolik
Diagnosis Anak Menangis dan Kolik
Diagnosa didasarkan dari gejala-gejala yang ada. Orang tua harus waspada terhadap adanya penyakit atau nyeri yang menyebabkan anaknya menjadi rewel atau terus menangis, yaitu jika tangisan anak disertai dengan :
- Muntah, terutama jika muntah berwarna hijau atau mengandung darah, atau terjadi lebih dari 5 kali sehari
- Perubahan pada tinja anak (sembelit atau diare)
- Suhu tubuh anak yang tidak normal
- Rewel, dimana anak terus menangis sepanjang hari dan hanya bisa tenang untuk waktu yang singkat
- Sulit untuk bertambah berat badan
- Sesak nafas
- Adanya memar atau tanda-tanda cedera lainnya
- Anak tampak lemas, mengantuk, kurangnya senyuman atau tatapan tertarik dari anak
- Adanya pergerakan yang abnormal atau sentakan-sentakan pada bagian tubuh anak
Penanganan Anak menangis dan kolik
Penanganan Anak Menangis dan Kolik
Jika terdapat gejala-gejala yang mungkin mengarah pada adanya gangguan medis tertentu, maka anak harus segera dibawa ke dokter. Anak akan diperiksa dan setiap gangguan medis yang ada perlu diobati.
Jika anak menangis tanpa gejala-gejala yang perlu dikhawatirkan dan anak tampak sehat, maka orang tua dapat mencoba berbagai upaya yang biasa di lakukan, misalnya memberi makan anak, menepuk-nepuk punggung anak supaya bersendawa, mengganti popok, menggendong, memberi dot, diajak berjalan-jalan, mendengarkan musik, atau memeluknya. Jika anak terus menangis setelah dilakukan semua upaya tersebut, maka orang tua sebaiknya membawa anak ke dokter.
Pada bayi dengan kolik, orang tua perlu ditenangkan bahwa bayi sehat, dan kolik akan menghilang dengan sendirinya tanpa adanya efek jangka panjang.
Ibu-ibu yang menyusui perlu memperhatikan apakah anak menangis setelah memakan makanan tertentu. Jika ya, maka mereka harus menghindari memberikan makanan tersebut pada bayi.
Dokter Spesialis
Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Referensi
Referensi :
- C, Deborah M. Colic. Merck Manual Home Health Handbook. 2013.
- C, Deborah M. Crying. Merck Manual Home Health Handbook. 2013.
- K, Neil K. Crying in Childhood. Medline Plus. 2012.
Diperbarui 12 September 2023