Informasi Penyakit

Botulisme

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024
Botulisme

Botulisme

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Botulisme merupakan suatu gangguan yang jarang terjadi, tetapi mengancam nyawa, akibat keracunan toksin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium botulinum.

Botulisme biasanya merupakan penyakit yang berasal dari makanan (food-borne). Toksin yang menyebabkan botulisme merupakan racun yang sangat kuat, karena bisa sangat mengganggu fungsi saraf dan menyebabkan melumpuhan.


Penyebab Botulisme

Penyebab Botulisme

Beberapa toksin yang dihasilkan Clostridium botulinum tidak dapat dirusak oleh enzim-enzim pencernaan. Clostridium botulinum banyak terdapat di lingkungan dan sporanya dapat menyebar melalui udara. Banyak kasus botulisme terjadi akibat menelan atau terhirupnya tanah atau debu. Spora juga bisa masuk ke dalam tubuh melalui mata atau cedera pada kulit.

Terdapat berbagai bentuk botulisme dengan penyebab berbeda.

Food-borne botulism. Botulisme jenis ini terjadi akibat memakan makanan yang terkontaminasi toksin botulinum. Sumber makanan yang paling sering adalah makanan kaleng, terutama makanan dengan kadar asam yang rendah, misalnya asparagus, kacang hijau, bit, dan jagung. Sumber lainnya berupa kentang bakar yang dibungkus kertas perak dan didiamkan terlalu lama pada suhu ruangan, serta ikan kalengan atau ikan yang difermentasi. 

Botulisme karena luka (Wound botulism), terjadi ketika luka terkontraminasi bakteri Clostridium botulinum. Di dalam luka, bakter tersebut menghasilkan toksin yang kemudian masuk ke dalam aliran darah. Botulisme jenis ini juga bisa terjadi akibat menggunakan jarum suntik yang tidak steril, misalnya pada pemakai heroin suntik.

Botulisme pada bayi (Infant botulism), terjadi pada bayi yang memakan makanan yang terkontaminasi spora bakteri Clostridium botulinum. Spora tersebut kemudian berkembang di dalam usus bayi dan menghasilkan toksin. Pada sebagian besar kasus, penyebabnya tidak diketahui. Tetapi beberapa kasus kemungkinan berhubungan dengan konsumsi madu. Botulisme pada bayi paling sering terjadi pada bayi-bayi yang berusia kurang dari 6 bulan.

Tahukah Anda?

Toksin botulinum dalam dosis kecil bisa digunakan untuk mengatasi spasme otot yang tak terkendali dan mengurangi kerutan.


Gejala Botulisme

Gejala Botulisme

Gejala food-borne botulism terjadi secara tiba-tiba, biasanya dalam waktu 18-36 jam setelah toksin masuk ke dalam tubuh. Gejala juga bisa muncul dalam waktu 4 jam atau paling lambat 8 hari setelah menelan toksin. Semakin banyak toksin yang ditelan, maka semakin cepat orang tersebut menjadi sakit. Biasanya orang yang sakit dalam waktu 24 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi merupakan yang paling berat terkena.

Gejala awal food-borne botulism atau botulisme dari luka antara lain berupa:

  • Mulut terasa kering
  • Penglihatan ganda
  • Kelopak mata turun
  • Tidak mampu memfokuskan penglihatan pada objek-objek yang dekat
  • Pupil mata tidak bisa mengecil dengan normal saat mendapat paparan cahaya

Namun, pada botulisme karena makanan, juga terdapat gejala-gejala pada saluran cerna, seperti mual, muntah, kram perut, dan diare.

gejala botulisme

Kerusakan saraf akibat toksin mempengaruhi kekuatan otot, tetapi tidak sensasi. Oleh karena itu, penderita bisa mengalami:

  • Hilangnya tonus otot pada wajah
  • Sulit berbicara dan menelan. 
  • Konstipasi
  • Kelemahan otot-otot lengan dan tungkai, serta otot-otot yang berperan dalam pernapasan. Gangguan pernapasan bisa mengancam nyawa.

Gejala-gejala botulisme yang umumnya terjadi pada bayi antara lain:

  • Konstipasi
  • Kelumpuhan otot, dimulai dari wajah dan kepala, akhirnya mengenai lengan, tungkai, dan otot-otot pernapasan. Akibatnya, bayi bisa mengalami kesulitan bernapas.
  • Kelopak mata turun
  • Menangis dengan lemah
  • Air liur mengalir keluar
  • Tidak mampu untuk menghisap, sehingga mengganggu makan
  • Hilangnya ekspresi wajah bayi
  • Penurunan tonus otot

gejala botulisme pada bayi

Gejala Botulisme pada Bayi

Sumber gambar: www.sciencedirect.com


Diagnosis Botulisme

Diagnosis Botulisme

Dugaan botulisme didasarkan dari gejala-gejala yang ada. Beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk memastikan diagnosis antara lain:

  • Elektromyography
  • Pemeriksaan laboratorium dan petunjuk dari makanan. 
  • Kultur bakteri dari luka.
  • Pemeriksaan adanya bakteri atau toksin pada kotoran bayi dapat memastikan diagnosis botulisme pada bayi. Namun, terkadang botulisme sulit untuk ditentukan apakah berasal dari makanan atau dari sebuah luka.

Penanganan Botulisme

Pengobatan Botulisme

Orang-orang yang mungkin terkena botulisme harus pergi ke rumah sakit segera. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk memastikan diagnosa, tetapi pengobatan tidak dapat ditunda sampai hasilnya diketahui. Penanganan yang diberikan antara lain:

  • Memasang selang dari hidung atau mulut ke dalam lambung, untuk membantu mengeluarkan toksin yang belum diserap
  • Pemasangan alat bantu napas dan perawatan di ruang intensif (ICU) jika terjadi gangguan dalam bernapas.
  • Membersihkan luka dan mengangkat jaringan yang mati pada botulisme yang berasal dari luka.

Beberapa orang yang pulih dari botulisme bisa merasa lelah dan bernafas pendek selama beberapa tahun sesudahnya, sehingga bisa membutuhkan terapi fisik jangka panjang.


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Pencegahan Botulisme

Spora bakteri Clostridium botulinum sangat tahan terhadap panas dan bisa bertahan dalam air mendidih selama beberapa jam. Namun, toksin botulinum dapat dihancurkan oleh panas. Makanan yang disimpan bisa menyebabkan botulisme jika makanan tersebut tidak dimasak dengan baik sebelum disimpan. Bakteri dapat menghasilkan toksin pada suhu serendah-rendahnya 3ºC (tipikal suhu pada lemari es). Oleh karena itu, makanan yang disimpan di dalam lemari es tidak otomatis membuatnya aman.

Beberapa tindakan dibawah ini dapat membantu untuk mencegah terjadinya botulisme yang berasal dari makanan:

  • Memasak makanan hingga mencapai suhu sekitar 80ºC selama 30 menit, hampir selalu menghancurkan toksin
  • Memasak makanan kaleng sampai mendidih selama 10 menit, akan menghancurkan toksin
  • Membuang makanan kaleng yang telah berubah warna atau berbau busuk
  • Membuang makanan kaleng yang telah menggembung, bocor atau rusak
  • Menjaga kentang bakar yang dibungkus kertas perak agar tetap panas sampai dihidangkan
  • Tidak memberikan madu untuk anak-anak yang berusia kurang dari 12 bulan karena dapat mengandung spora Clostridium botulinum

Jika tidak yakin apakah sebuah makanan kaleng harus dibuang atau tidak, maka dapat diperiksa saat membukanya. Sebelum membuka kaleng, taruhlah beberapa tetes air pada daerah yang akan ditusuk untuk membuka kaleng tersebut. Jika air tersebut tidak terhisap ke dalam kaleng tetapi malah terhembus saat kaleng ditusuk, maka kaleng tersebut terkontaminasi dan harus dibuang.

Setiap makanan yang dicurigai terkontaminasi harus dibuang dengan hati-hati. Sejumlah kecil toksin yang tertelan, terhirup, atau masuk melalui mata atau luka pada kulit dapat menyebabkan sakit yang serius. Kontak dengan kulit harus dihindari sebisa mungkin dan tangan harus segera dicuci setelah memegang makanan.

Jika luka terinfeksi, maka segeralah pergi ke dokter untuk mengurangi risiko terjadinya botulisme. Untuk peneliti dan orang-orang yang bekerja dengan bakteri atau toksinnya, perlu mendapat imunisasi.

 

 

 

 


Referensi

Referensi:

  • R, Michael. Botulism. Merck Manual Home Health Handbook. 2012.

Diperbarui 5 September 2023

Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa
Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa