Artikel

Medicastore

Informasi Penyakit

Kontrasepsi Penghalang (Barrier)

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024
Kontrasepsi Penghalang (Barrier)

Kontrasepsi Penghalang (Barrier)

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Kontrasepsi penghalang/barrier secara fisik menghalangi sperma memasuki rahim wanita. Kontrasepsi penghalang/barrier meliputi kondom, diafragma, penutup serviks, dan spons kontrasepsi.

  • Kondom

Kondom merupakan pelindung tipis yang menutupi penis. Kondom terbuat dari karet/ lateks dan merupakan satu-satunya kontrasepsi yang dapat melindungi dari penyakit menular seksual, yang disebabkan oleh bakteri (seperti gonorrhea dan syphilis) ataupun yang disebabkan oleh virus (seperti HPV - human papilloma virus dan HIV - human immunodeficiency virus). Namun bagaimanapun, perlindungan ini tidaklah sempurna. Kondom yang terbuat dari poliuretan juga dapat memberi perlindungan, namun kondom jenis ini lebih tipis dan lebih mudah sobek. Kondom yang terbuat dari kulit lembu tidak memberi perlindungan terhadap infeksi virus, seperti infeksi HIV. Kondom harus digunakan secara benar agar penggunaannya efektif.

Sumber : https://dktindonesia.org

Untuk beberapa jenis kondom tertentu, bagian ujung kondom perlu diberi jarak saat dipasang, sekitar ½ inchi (kurang lebih 1 ¼ cm) dari ujung penis. Gunanya sebagai tempat untuk menampung sperma. Ada juga jenis kondom lain yang telah mempunyai ruang khusus pada bagian ujungnya untuk menampung sperma.

Segera setelah terjadi ejakulasi, penis harus ditarik dari vagina dengan cara memegang bagian lingkaran/pinggir kondom dengan erat pada pangkal penis untuk mencegah supaya kondom tidak terlepas dan menumpahkan sperma. Kemudian kondom dapat dilepaskan secara perlahan. Jika sperma tumpah saat penis ditarik, maka sperma dapat masuk ke dalam vagina dan menyebabkan kehamilan. Kondom yang baru harus digunakan setiap seseorang akan melakukan hubungan seksual dan kondom yang tidak layak/meragukan sebaiknya tidak digunakan/dibuang.

Selama tahun pertama penggunaan kondom, peluang terjadinya kehamilan adalah sekitar 6% dengan pemakaian kondom yang benar dan sekitar 16% dengan pemakaian pada umumnya. 

  • Diafragma

Diafragma adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari karet, berbentuk kubah, dan dilengkapi dengan penutup yang fleksibel. Diafragma dimasukkan ke dalam vagina, dan ditempatkan pada leher rahim. Diafragma menghalangi sperma memasuki rahim.

Sumber : https://babyologist.com

Diafragma tersedia dalam berbagai ukuran. Dokter/tenaga kesehatan dapat membantu untuk menentukan ukuran yang sesuai. Dokter/tenaga kesehatan tersebut juga akan mengajarkan mengenai cara memasukkannya. Jika seorang wanita mengalami perubahan berat badan (naik maupun turun) sekitar 10 pon (4,5 kg), telah menggunakan diafragma lebih dari 1 tahun, atau telah memiliki bayi atau telah diaborsi, maka ukuran diafragmanya harus disesuaikan kembali karena ada kemungkinan bentuk dan ukuran vagina mengalami perubahan.

Diafragma harus menutupi leher rahim tanpa menyebabkan ketidaknyamanan. Baik wanita maupun pasangannya sebaiknya tidak merasakan keberadaan diafragma tersebut. Krim kontrasepsi maupun gel kontrasepsi (yang dapat membunuh sperma) harus selalu digunakan sewaktu menggunakan diafragma, karena dikhawatirkan diafragma dapat bergeser selama hubungan seksual dilakukan.

Diafragma dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual dan tidak boleh dipindah dari tempatnya (vagina) setidaknya 8 jam setelah berhubungan, namun tidak lebih dari 24 jam.

Jika terjadi hubungan seksual berulang ketika diafragma masih di tempatnya, maka diperlukan penambahan krim atau gel kontrasepsi untuk melanjutkan perlindungan. Wanita harus memeriksa diafragmanya secara teratur apakah rusak/sobek. Selama tahun pertama penggunaan diafragma, kemungkinan terjadinya kehamilan adalah sekitar 6% dengan penggunaan yang benar dan 16% dengan penggunaan pada umumnya.

 

 

  • Penutup serviks

Penutup serviks mirip dengan diafragma, namun lebih kecil dan lebih keras. Penutup serviks menempati ruangan di serviks (leher rahim) dengan pas. Alat kontrasepsi ini belum tersedia di Indonesia.

Sumber : https://www.tips-kesihatan.com

Penutup serviks harus disesuaikan ukurannya oleh dokter/tenaga kesehatan. Krim kontrasepsi atau gel harus selalu digunakan bila menggunakan penutup serviks. Penutup harus dimasukkan sebelum berhubungan dan didiamkan setidaknya 8 jam setelah berhubungan, namun tidak lebih dari 48 jam.

Selama tahun pertama penggunaan penutup serviks pada wanita yang belum memiliki anak, kehamilan dapat terjadi sekitar 9% dengan penggunaan sempurna dan 18% dengan penggunaan pada umumnya. Untuk wanita yang telah memiliki anak kemungkinan terjadinya kehamilan meningkat menjadi 2x lipat. Melahirkan mengubah leher rahim sehingga membuat penutup serviks lebih sulit untuk melindungi dengan pas.

  • Spons Kontrasepsi

Sebagai tambahan dalam menghalangi sperma memasuki rahim, spons kontrasepsi mengandung spermisida. Spons kontrasepsi tersedia secara bebas dan tidak memerlukan bantuan tenaga ahli.

Sumber : https://www.biologiedukasi.com

Spons dapat dimasukkan ke dalam vagina sampai sekitar 24 jam sebelum berhubungan seksual dan spons menyediakan perlindungan dalam waktu tersebut, tanpa mempengaruhi berapa banyak hubungan seksual diulang. Spons harus didiamkan setidaknya 6 jam setelah hubungan seksual terakhir. Namun spons tidak boleh didiamkan lebih dari 30 jam. Biasanya pasangan tidak menyadari keberadaan spons. Spons kontrasepsi kurang efektif dibandingkan diafragma.

Masalah yang berhubungan dengan penggunaan spons sebagai kontrasepsi jarang terjadi. Namun masalah yang ditemui dapat berupa reaksi alergi, vagina menjadi kering atau iritasi vagina dan kesulitan melepas spons.

  • Spermisida

Sumber : https://rskasihibu.com

Spermisida merupakan sediaan yang dapat membunuh sperma. Terdapat berbagai jenis spermisida, yaitu dalam bentuk foam, krim, gel, dan suppositoria, yang ditempatkan di vagina sebelum berhubungan seksual. Kontrasepsi ini menyediakan barrier fisik untuk sperma dan paling baik digunakan dengan kontrasepsi barrier seperti kondom dan diafragma.


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Referensi

Referensi:

  • M, Daniel R. Contraception. Merck Manual Home Health Handbook. 2007.

Diperbarui 30 Agustus 2023