Informasi Penyakit

Perdarahan Rahim Disfungsional

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Perdarahan Rahim Disfungsional

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Perdarahan rahim disfungsional adalah perdarahan abnormal yang terjadi akibat perubahan hormonal.

Perdarahan rahim disfungsional paling sering terjadi pada awal dan akhir masa reproduktif; Sekitar 20% kasus terjadi pada remaja dan lebih dari 50% terjadi pada wanita yang berusia diatas 45 tahun.


Penyebab Perdarahan rahim disfungsional

Perdarahan rahim disfungsional biasanya terjadi akibat kadar estrogen yang tetap tinggi, tidak turun seperti seharusnya setelah sel telur dilepaskan dan tidak mengalami pembuahan. Kadar estrogen yang tinggi ini tidak diseimbangkan dengan kadar progesteron yang cukup. Pada kasus tertentu, tidak ada sel telur yang dilepaskan, dan permukaan rahim bisa terus menebal dan tidak meluruh seperti seharusnya saat periode menstruasi. Secara berkala, lapisan rahim yang menebal terlepas sebagian dengan tidak teratur, sehingga menimbulkan perdarahan yang tidak teratur, lama, dan terkadang sangat banyak. Jenis perdarahan ini umumnya terjadi pada wanita dengan sindroma ovarium polikistik dan pada beberapa wanita dengan endometriosis. Jika siklus penebalan dan peluruhan rahim yang tidak teratur terus berlanjut, maka bisa terbentuk sel-sel pre-kanker dan meningkatkan risiko terjadinya kanker rahim, bahkan pada wanita usia muda.

Perdarahan rahim disfungsional juga seringkali merupakan tanda awal terjadinya menopause.


Gejala Perdarahan rahim disfungsional

Perdarahan rahim disfungsional dapat dibedakan dari periode menstruasi yang biasanya dari beberapa karakteristik berikut :

  • Terjadi lebih sering (jarak antar perdarahan kurang dari 21 hari)
  • Sering terjadi perdarahan yang tidak teratur di antara siklus menstruasi
  • Perdarahan yang terjadi banyak atau berlangsung lebih dari 7 hari, tetapi pada interval yang teratur
  • Perdarahan yang terjadi banyak, sering, dan tidak teratur di antara siklus menstruasi

Perdarahan saat siklus menstruasi bisa bersifat abnormal. Perdarahan juga bisa terjadi pada waktu yang tidak disangka-sangka. Beberapa wanita bisa mengalami gejala-gejala yang berhubungan dengan menstruasi, seperti payudara menjadi kencang, kembung, dan kram, tetapi banyak juga yang tidak mengalaminya.

Jika perdarahan terus berlangsung, maka bisa terjadi kekurangan zat besi dan anemia.


Diagnosis Perdarahan rahim disfungsional

Dugaan perdarahan rahim disfungsional didasarkan dari adanya perdarahan yang terjadi secara tidak teratur atau dalam jumlah berlebihan. Diagnosa perdarahan rahim disfungsional dapat ditegakkan ketika semua penyebab lain yang mungkin telah disingkirkan, misalnya gangguan pembekuan darah, komplikasi kehamilan, dan penggunaan obat kontrasepsi atau obat-obat tertentu lainnya.

Untuk menyatakan bahwa suatu perdarahan bersifat abnormal, maka perlu diketahui bagaimana pola perdarahan. Untuk menyingkirkan penyebab lain yang mungkin, maka perlu diketahui riwayat medis dan dilakukan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan yang bisa dilakukan:

  • Pemeriksaan darah lengkap, termasuk kadar hormon
  • Biopsi endometrium
  • Histeroskopi
  • Ultrasonografi, untuk memeriksa apakah terdapat pertumbuhan pada rahim dan apakah terjadi penebalan pada lapisan rahim.
  • Jika risiko kanker rahim meningkat, maka perlu dilakukan pemeriksaan contoh jaringan rahim (biopsi endometrium). Risiko ini meningkat pada wanita dengan :

    • Usia 35 tahun atau lebih 
    • Obesitas
    • Sindroma Ovarium Polikistik
    • Tekanan darah tinggi
    • Diabetes
    • Perdarahan yang menetap, tidak teratur, atau banyak, meskipun dengan terapi
    • Penebalan rahim (yang dideteksi dengan ultrasonografi)

    Penanganan Perdarahan rahim disfungsional

    Terapi yang diberikan tergantung dari usia penderita, seberapa berat perdarahan yang terjadi, apakah terjadi penebalan rahim, dan apakah wanita tersebut masih ingin hamil atau tidak.

    Terapi bertujuan untuk mengendalikan perdarahan dan, jika diperlukan, mencegah kanker endometrium. Perdarahan dapat dikendalikan dengan obat-obatan. Pertama-tama biasanya digunakan obat yang bukan hormon, terutama untuk penderita berusia muda, karena efek samping obat yang lebih sedikit.

    Ketika rahim mengalami penebalan tetapi sel-selnya masih normal, maka bisa diberikan terapi hormon untuk mengendalikan perdarahan. Seringkali digunakan pil KB yang mengandung Estrogen dan Progesteron. Namun, sebagian wanita, misalnya wanita post-menopause dan wanita yang berisiko sakit jantung, gangguan pembuluh darah, atau gangguan pembekuan darah, sebaiknya tidak menggunakan estrogen, termasuk estrogen dalam pil KB kombinasi.

    Jika lapisan rahim tetap menebal atau perdarahan menetap meskipun sudah diberikan terapi hormon, maka biasanya diperlukan tindakan untuk membuang lapisan rahim, misalnya dengan dilatasi dan kuretase atau, jika masih terjadi perdarahan, maka bisa dianjurkan untuk dilakukan pengangkatan rahim. Operasi pengangkatan rahim juga bisa dilakukan jika pada hasil biopsi ditemukan adanya sel-sel yang abnormal, karena bisa menjadi ganas.

    Pada kasus yang jarang, perdarahan yang sangat hebat membutuhkan penanganan darurat, antara lain transfusi darah dan tindakan penekanan pada pembuluh darah yang mengalami perdarahan sehingga perdarahan dapat berhenti.


    Informasi Produk Terkait Perdarahan Rahim Disfungsional


    Dokter Spesialis

    Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


    Referensi

    - P, JoAnn V. Dysfunctional Uterine Bleeding. Merck Manual Home Health Handbook. 2012.

    Copyright 2024 by Medicastore
    PT. Clinisindo Putra Perkasa
    Copyright 2024 by Medicastore
    PT. Clinisindo Putra Perkasa