BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan dan sumbatan (obstruksi dan ristriksi) pada jalan urine (urethra).
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah penyebab umum dari gejala gangguan fungsi urinari pada pria usia lanjut. Benign Prostatic Hyperplasia merupakan akibat dari pembesaran (proliferasi) pada sel terutama sel epitel (sel pembentuk terletak paling luar pada organ )dari kelenjar prostat.
Puncak kejadian BPH terjadi pada umur 63-65 tahun. Gejala penyakit jarang terjadi pada pria lebih muda dari 50 tahun, tetapi beberapa gejala gangguan pengosongan urinari terjadi pada pria 60 tahun.
Gambar anatomi dari prostat
Sumber : http://sakitprostat.com
BPH terjadi pada umur yang semakin tua dimana fungsi testis sudah menurun. Akibat penurunan fungsi testis ini menyebabkan ketidakseimbangan hormon testosteron dan estrogen serta turunan dari hormon testosteron yaitu dehidrotesteosteron sehingga memacu pertumbuhan / pembesaran prostat, yang kemudian pembesaran tersebut menekan jalan atau saluran kencing.
Gambar pembesaran prostat
Sumber : www.herbalacemaxs.web.id
sindroma prostatisme ini di bagi menjadi dua, yaitu gejala obstruktif (sumbatan/hambatan), dan gejala iritatif (menggangu)
- Terdiri dari pancaran melemah,
- Akhir buang air kecil belum terasa kosong (Incomplete emptying),
- Menunggu lama pada permulaan buang air kecil (hesitancy),
- Harus mengedan saat buang air kecil (straining),
- Buang air kecil terputus-putus (intermittency),
- Gejala iritatif
- Terdiri dari sering buang air kecil (frequency),
- Tergesa-gesa untuk buang air kecil (urgency),
- Buang air kecil malam hari lebih dari satu kali (nocturia),
- Dan sulit menahan buang air kecil (urge incontinence).
- Rasa nyeri pada waktu berkemih (disuria)
Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, penderita sama sekali tidak dapat
berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter.
Diagnosis dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Anamnesis,
berupa munculnya gejala obstruktif dan iritatif yang dialami pasien
2. Pemeriksaan fisik, dengan pemeriksaan colok dubur
Colok dubur pada hiperplasia prostat yang dinilai adalah pembesaran prostat, serta konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan dan kiri simetris, tidak didapatkan nodul (benjolan).
Gambar pemeriksaan colok dubur
Sumber : www.get-prostate-healthy.com
3. Pemeriksaan laboratorium,
melalui darah (PSA, BUN, serum kreatinin) dan urinalisis (untuk mengetahui ada tidaknya hematuria (kencing berdarah), infeksi maupun inflamasi(peradangan).