Informasi Penyakit

Hipoksia

VIDYA HARTIANSYAH
11 Desember 2023
Hipoksia

Hipoksia

VIDYA HARTIANSYAH
11 Desember 2023

Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi/kekurangan oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis).

Hipoksia merupakan penyebab penting dan umum dari cedera dan kematian sel. Tergantung pada beratnya hipoksia, sel dapat mengalami adaptasi, cedera atau kematian.


Penyebab Hipoksia

Penyebab Hipoksia

Berdasarkan penyebabnya hipoksia dibagi menjadi 4 kelompok, yakni:

1. Hipoksia Hipoksik

Hipoksia hipoksik adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena kurangnya oksigen yang masuk paru-paru. Sehingga oksigen tidak dapat mencapai darah, dan gagal untuk masuk dalam sirkulasi darah. Beberapa penyebabnya antara lain:

  • Sumbatan/obstruksi di saluran pernapasan, baik oleh sebab alamiah atau oleh trauma/kekerasan yang bersifat mekanik, seperti tercekik, penggantungan, tenggelam dan sebagainya.
  • Kondisi di mana tekanan parsial oksigen menurun seperti pada ketinggian tertentu dari permukaan laut;
  • Kondisi yang memblokade pertukaran oksigen pada tingkat alveolus dengan pembuluh darah kapiler, seperti: pneumonia (radang paru), asma bronkial
  • Lain-lain, seperti, terhirupnya asap (pada kebakaran), penyakit jantung bawaan seperti Tetralogy of Fallot.

2. Hipoksia Anemik

Hipoksia anemik yakni keadaan hipoksia yang disebabkan karena darah (hemoglobin) tidak dapat mengikat atau membawa oksigen yang cukup untuk metabolisme seluler. Penyebab hal ini antara lain:

  • Anemia berat karena kehilangan darah baik akut maupun kronis. Anemia yang bersifat ringan-sedang tidak akan menyebabkan hipoksia anemik karena tubuh masih dapat mengkompensasi walaupun pasien akan tetap mengalami hipoksia jika melakukan aktivitas;
  • Keracunan karbon monoksida (CO); karena afinitas CO terhadap hemoglobin jauh lebih tinggi dibandingkan afinitas oksigen dengan hemoglobin.
  • Obat-obatan seperti aspirin, sulfonamid, nitrit;
  • Methemoglobinemia (kondisi di mana terdapatnya methemoglobin, suatu pigmen darah hemoglobin yang tidak normal, pada darah);

3. Hipoksia Stagnan

Hipoksia stagnan adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena darah (hemoglobin) tidak mampu membawa oksigen ke jaringan oleh karena kegagalan sirkulasi. Organ yang paling terpengaruh adalah ginjal dan jantung karena mereka memiliki kebutuhan oksigen yang tinggi. Penyebab hal ini antara lain:

  • Gagal jantung
  • Embolisme (masuknya udara pada pembuluh darah)
  • Menurunnya volume darah yang bersirkulasi
  • Melebarnya pembuluh darah vena
  • Darah vena yang tidak bisa mengalir baik akibat G-forces (seperti yang dialami oleh para pengemudi pesawat-pesawat tempur atau aerobatik).

4. Hipoksia Histotokik

Hipoksia histokik ialah keadaan hipoksia yang disebabkan karena jaringan yang tidak mampu menyerap/menggunakan oksigen yang sudah dialirkan ke mereka. Kasus ini bukan merupakan hipoksia sebenarnya karena tingkat oksigenisasi jaringan dapat normal atau lebih dari normal.

Penyebab hal ini sebagian besar berupa racun, antara lain:

  • Keracunan sianida. Sianida dalam tubuh akan menginaktifkan beberapa enzim oksidatif seluruh jaringan secara radikal, terutama sitokrom oksidase dengan mengikat bagian ferric heme group dari oksigen yang dibawa darah
  • Konsumsi alkohol;
  • Narkotika.

Gejala Hipoksia

Gejala Hipoksia

Gejala Hipoksia dapat berbeda dari orang ke orang dan dapat bergantung pada banyak faktor di antaranya adalah tingkat keparahan kondisi dan menyebabkan hipoksia. Kadang-kadang bahkan sulit untuk mengenali gejala-gejalanya. Gejala yang biasa/utama dialami jika seseorang mengalami hipoksia adalah:

  • Peningkatan frekuensi napas lebih dari normal. Peningkatan frekuensi napas terjadi ketika reseptor (saraf penerima) di pembuluh darah tepi terangsang karena rendahnya tekanan oksigen di (pembuluh darah) arteri. Hal ini juga dapat terjadi pada hipoksia hipoksik dan histotoksik. Akan tetapi, peningkatan frekuensi napas ini tidak terlihat pada hipoksia anemik karena tekanan oksigen di arteri normal dan juga pada hipoksia stagnant karena tekanan pada reseptor di pembuluh darah tepi tinggi (bahkan lebih tinggi dari normal).
  • Sianosis/kulit kebiruan.

    Sianosis merupakan perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan selaput lendir. Keadaan ini terjadi ketika kadar hemoglobin yang tidak mengikat oksigen lebih dari 5 g/dL. Terdapat 2 tipe sianosis: perifer dan sentral. Sianosis perifer terlihat pada kuku dan mengarah pada hipoksia stagnant. Bagian terluar dari tubuh (seperti ujung-ujung jari) sangat kurang mendapat aliran darah ketika tekanan darah rendah dan melepaskan oksigen dalam jumlah besar dari hemoglobin, sehingga kadar deoksihemoglobin meningkat. Sianosis sentral terlihat pada selaput lendir seperti ujung lidah dan bibir dan cuping telinga, di mana kulit sangat tipis. Area-area ini merupakan area yang biasanya menerima darah dalam jumlah besar dan menjadi sianosis jika kadar oksigen dalam darah rendah seperti pada hipoksia hipoksik.

  • Gejala-gejala (yang karena terjadi gangguan pada) otak:
  • Lemas
  • Pusing
  • Gangguan Keseimbangan
  • Kepala serasa berputar
  • Perut terasa tidak nyaman
  • Gangguan pertimbangan
  • Inkoordinasi motorik
  • Kelelahan
  • Napas tersengal-sengal
  • Sesak napas
  • Kesulitan berjalan
  • Mengantuk
  • Apatis
  • Kurang mampu memusatkan perhatian
  • Lambat berpikir
  • Menurunnya kapasitas kerja

Diagnosis Hipoksia

Diagnosis Hipoksia

Pemeriksaan biasanya menggunakan alat saturasi oksigen, dimana alat menjepit jari telunjuk/jari jempol. Selain itu untuk lebih akurat mengukur kadar oksigen di pembuluh darah arteri ditentukan pemeriksaan laboratorium yaitu analisis gas darah.

 


Penanganan Hipoksia

Pengobatan Hipoksia

Penanganan untuk iskemik hipoksia didasari dari penyakit yang menyebabkan kondisi tersebut. Misalnya jika kekurangan oksigen disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah, maka penanganan yang utama bisa dengan memberi stent untuk melebarkan pembuluh darah. Sehingga aliran darah lebih lancar dalam mengalirkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Selain itu bisa juga diberikan obat-obatan penunjang sesuai dengan kondisi pasien.

1.   Pemberian Oksigen

Untuk menatalaksana hipoksia jaringan harus dulu memperbaiki hipoksemia arteri (pada kelainan kardiopulmonal ; emboli paru, pneumonia, asma), atau kelainan dalam transport (anemia, low cardiac output) dan berbagai penyakit penyerta lain. Tujuannya untuk mendapatkan oksigenasi yang adekuat sekalian meminimalkan kerja kardiopulmonal. Oksigen merupakan obat bila sesuai dosis, juga mempunnyai efek samping. Namun bila diberikan dengan benar akan dapat membantu life saving.

Pemberian oksigen yang berlebihan tentunya dapat membuat otak mengurangi laju napas sampai dapat terjadi henti napas. Selain itu, oksigen 100% juga memiliki efek racun karena dapat memicu terbentuknya radikal bebeas. Ketika diberikan lebih dari 8 jam, dapat mengiritasi saluran napas. Jika diberikan lebih lama lagi dapat memicu kelainan pada paru dan mata. Selain itu, oksigen hiperbarik 100% juga dapat memicu gejala seperti iritasi saluran napas, kedutan pada otot, telinga berdenging, kejang, dan koma. Semakin besar tekanan oksigen yang diberikan, semakin cepat gejala-gejala tersebut muncul.

Sebenarnya, untuk mengatasi masalah kekurangan oksigen ini cukup mudah. Cukup dengan memberi oksigen kepada penderita. Masalahnya, tidak semudah itu masalah kekurangan oksigen bisa diatasi. Jika kekurangan oksigen disebabkan oleh penyakit, maka pemberian oksigen hanyalah bersifat pertolongan sementara.

2.   Terapi Hiperbarik

Oksigen hiperbarik (HBO2) secara signifikan meningkatkan kekuatan difusi oksigen, sehingga meningkatkan ketersediaan oksigen ke jaringan. Hal ini membantu untuk memperbaiki efek negatif dari hipoksia dan mengembalikan oksigenasi jaringan normal.

"Terapi Hiperbarik"

Sumber : https://ameera.republika.co.id

3.   Nitrit atau biru metilen

Pengobatan khusus untuk keracunan sianida adalah nitrit atau biru metilen dengan cara membentuk methemoglobin dari hemoglobin yang selanjutnya akan menetralkan sianida. Akan tetapi, penggunaan nitrit harus berhati-hati karena dapat menimbulkan hipoksia anemik jika diberikan dalam jumlah besar.


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Pencegahan Hipoksia

Pencegahan merupakan pengobatan terbaik. Evaluasi pasien secara lengkap merupakan hal yang penting. Hipoksia merupakan hal yang perlu dihindari pada pasien dalam keadaan sakit berat, keracunan, dan anemia/kurang darah.

Penting untuk mengetahui sejak kapan pasien mengalami sianosis. Sianosis yang terjadi sejak lahir mengarah ke suatu penyakit jantung bawaan. Sianosis sentral dan perifer harus dibedakan karena penyebab yang berbeda-beda. Pemijatan atau penghangatan pada ujung-ujung jari yang kebiruan (sianosis perifer) dapat meningkatkan aliran darah dan menghilangkan sianosis tersebut, tetapi hal ini tidak terjadi pada kasus sianosis sentral.

Pencegahan dan pengobatan hipoksia dapat dilakukan dengan pemberian oksigen. Pemberian oksigen disesuaikan dengan kadar oksigen dalam darah dan diberikan dengan aliran sedemikian sehingga kadar oksigen dalam darah di atas 90%.


Referensi

Referensi

  • Guyton, 1994.,Pernapasan, “Pengangkutan Oksigen dan Karbondioksida di dalam Darah dan Cairan Tubuh,Pengaturan Pernapasan”, hal: 181-207, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, ed.7, Bag.II, Cet.I., EGC, Jakarta.

  • 2. Kurt J.I et all, 1999.,”Hipoksia, Polisitemia dan Sianosis”, hal: 208-212, Horrison, Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Vol. I, EGC, Jakarta.

  • 7. T.E. O.H.,1985, “Respiratory Failure-General Principles, Oksigen Therapy”, hal: 67-76, Intensive Care Manual, ed. 2, Sydney, London, Boston, Durban, Singapore, Toronto Wellington.

  • Chapter 4: Hypoxia and Oxygenation dalam Alaska Air Medical Escort Training Manual 4th Edition diunduh dari: http://dhss.alaska.gov/dph/Emergency/Documents/ems/assets/AirMedCourse/EMS-F_Chapter4.pdf.

  • Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Edition, page 209 - 211.

Dipebarui 23 Agustus 2023

Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa
Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa