Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Penyakit Paru Obstruktif Kronis, PPOK (Chronic Obstructive Pulmonary Disease, COPD) mengarah pada sekelompok penyakit paru yang menyebabkan hambatan pada saluran napas sehingga membuat penderita menjadi sulit bernapas. Dua penyakit yang paling sering terjadi pada PPOK adalah emfisema dan bronkitis kronis.
Penyebab Penyakit paru obstruktif kronis
Penyebab Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Penyebab utama PPOK adalah merokok. Namun, pada negara-negara berkembang, PPOK seringkali juga terjadi pada wanita yang terpapar asap akibat pembakaran untuk memasak atau penghangat di rumah. Bekerja di lingkungan yang tercemar oleh uap kimia, debu, atau asap tebal juga bisa meningkatkan risiko terjadinya PPOK.
Merokok juga mengakibatkan kerusakan lebih lanjut pada pertahanan paru-paru dengan cara merusak sel-sel yang memiliki rambut getar (silia) yang normalnya membantu mengeluarkan bahan-bahan berbahaya dari dalam saluran napas.
Angka kematian karena emfisema dan bronkitis kronis pada perokok lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian akibat PPOK pada bukan perokok. Seiring dengan bertambahnya usia, perokok akan mengalami penurunan fungsi paru-paru yang lebih cepat daripada bukan perokok. Semakin banyak rokok yang dihisap, maka semakin besar kemungkinan terjadinya penurunan fungsi paru-paru.
Selain itu, PPOK juga lebih sering terjadi pada suatu keluarga, sehingga diduga ada faktor yang diturunkan yang membuat seseorang lebih rentan untuk mengalami PPOK.
Gejala Penyakit paru obstruktif kronis
Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Gejala-gejala PPOK biasanya belum muncul sampai terjadi kerusakan paru yang signifikan, dan biasanya akan memberat dengan berjalannya waktu. Pada bronkitis kronis, gejala utama yang terjadi adalah batuk yang dialami setidaknya selama 3 bulan dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut.
Tanda dan gejala lain yang dapat ditemukan pada PPOK antara lain:
- sesak napas, terutama saat melakukan aktivitas fisik
- mengi
- dada seperti diikat
- perlu mengeluarkan dahak di pagi hari karena adanya lendir (mukus) yang berlebihan di paru-paru
- batuk kronis dengan dahak yang bening, putih, kuning, atau kehijauan
- bibir atau ujung jari membiru
- sering terjadi infeksi pernapasan
- tidak bertenaga
- penurunan berat badan yang tidak diinginkan
Orang-orang dengan PPOK juga cenderung mengalami episode-episode perburukan, dimana gejala-gejala menjadi semakin berat dan menetap untuk beberapa hari atau lebih lama.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera cari pertolongan medis bila Anda kesulitan bernapas, bibir atau kuku berwarna kebiruan, dada berdebar-debar, kebingungan, dan sulit konsentrasi.
Konsultasikan juga bila gejala tidak membaik setelah pengobatan atau gejala memburuk, atau bila ada tanda-tanda infeksi seperti demam, atau dahak yang berubah warna.
Diagnosis Penyakit paru obstruktif kronis
Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Jika didapatkan adanya gejala-gejala PPOK dan riwayat paparan terhadap iritan untuk paru, terutama asap rokok, maka bisa dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk membantu mendiagnosis, antara lain:
- Tes fungsi paru, misalnya spirometri. Spirometri dapat mendeteksi adanya PPOK bahkan sebelum timbul gejala. Pemeriksaan ini juga bisa digunakan untuk melihat perkembangan penyakit dan memantau keberhasilan terapi.
- Foto sinar-x atau CT Scan dada.
- Pemeriksaan gas darah. Pemeriksaan darah ini mengukur seberapa baik paru-paru mengantar oksigen ke dalam darah dan membuang karbon dioksida.
Penanganan Penyakit paru obstruktif kronis
Penanganan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Penanganan untuk PPOK dilakukan dengan cara:
- Berhenti Merokok. Langkah paling penting dalam rencana pengobatan untuk PPOK adalah berhenti merokok. Tindakan ini adalah satu-satunya cara untuk mencegah terjadinya perburukan pada PPOK. Selain itu, sedapat mungkin hindari agar tidak menjadi perokok pasif dan hindari paparan terhadap bahan iritan lainnnya di udara.
- Pengobatan untuk mengatasi gejala dan komplikasi PPOK, sehingga membuat seseorang dapat bernapas dengan lebih lega. Jika tidak terdapat cukup oksigen di dalam darah, maka bisa diberikan oksigen tambahan.
- Terapi Paru. Progam rehabilitasi paru bisa dilakukan, biasanya berupa kombinasi dari edukasi tentang penyakit yang dialami, pelatihan olahraga, nasihat gizi, dan konseling psikologis. Program ini tidak dapat memperbaiki fungsi paru, tetapi bisa membantu orang-orang dengan PPOK dengan cara memperbaiki kemandirian dan kualitas hidup, mengurangi frekuensi dan lama waktu rawat inap di rumah sakit, serta memperbaiki kemampuan untuk beraktivitas.
- Pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan terapi untuk beberapa orang dengan emfisema berat yang tidak dapat teratasi dengan baik oleh pemberian obat-obatan saja. Pembedahan yang dilakukan bisa berupa pengangkatan sebagian jaringan paru yang mengalami kerusakan, sehingga jaringan paru yang tersisa dapat bekerja dengan lebih efisien.
Selain itu, bisa juga dilakukan transplantasi paru. Transplantasi bisa memperbaiki kemampuan seseorang untuk bernapas dengan baik dan menjadi lebih aktif. Tetapi, tindakan ini merupakan operasi besar dengan risiko yang signifikan, misalnya adanya reaksi penolakan tubuh terhadap jaringan yang ditransplantasi. Tindakan ini juga mengharuskan seseorang untuk terus mengkonsumsi obat-obat yang menekan imunitas tubuh.
Komplikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
PPOK dapat menyebabkan berbagai komplikasi, misalnya:
- Infeksi. Penderita PPOK mudah terkena pilek, flu dan pneumonia. Infeksi pernapasan dapat membuat napas semakin sulit, dan jaringan paru dapat semakin rusak.
- Kanker paru. Penderita PPOK berisiko lebih tinggi untuk mengalami kanker paru.
- Gangguan jantung. PPOK dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, termasuk serangan jantung, meskipun alasannya tidak diketahui dengan pasti mengapa hal ini dapat terjadi.
- Tekanan darah di paru yang tinggi. PPOK dapat menyebabkan tekanan darah di pembuluh arteri yang membawa darah ke paru meningkat (hipertensi pulmonal).
- Depresi. Sulit bernapas dapat membatasi banyak hal termasuk melakukan hobi. Penderita PPOK dapat mengalami depresi karena penyakit yang berat.
Prognosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Sekitar 30% penderita PPOK dengan sumbatan yang berat akan meninggal dalam waktu sekitar 1 tahun, dan 95% meninggal dalam waktu 10 tahun. Kematian bisa disebabkan oleh kegagalan pernapasan, pneumonia, pneumotoraks (masuknya udara ke dalam rongga paru), aritmia jantung atau emboli paru (penyumbatan arteri yang menuju ke paru-paru). Penderita PPOK juga berisiko tinggi untuk terjadinya kanker paru.
Dokter Spesialis
Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Pencegahan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Orang-orang dengan PPOK lebih rentan untuk terkena infeksi paru, sehingga sebaiknya dilakukan vaksinasi secara rutin, misalnya vaksinasi terhadap pneumokokus untuk mencegah pneumonia dan vaksin flu.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga tubuh agar tetap sehat:
- hindari segala sesuatu yang dapat mengiritasi paru-paru, misalnya asap, polusi, serta udara yang kering dan dingin.
- gunakan filter udara di rumah
- ambil waktu untuk beristirahat sejenak
- olahraga secara teratur
- makan makanan bergizi
Sebagian besar kasus PPOK berhubungan langsung dengan merokok, sehingga cara paling baik untuk mencegah PPOK adalah dengan cara tidak pernah merokok, atau berhenti merokok.
Paparan dari lingkungan kerja terhadap uap kimia dan debu merupakan faktor risiko PPOK yang lain. Untuk mengatasinya, lakukan berbagai cara untuk melindungi paru-paru dari iritan tersebut, misalnya dengan menggunakan alat proteksi pernapasan.
Referensi
Referensi:
- Mayo Clinic. COPD. 2020.
- W, Robert A. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Merck Manual. 2013.
- Web MD. COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease). 2011.
Diperbarui tanggal 4 Januari 2024