Obstruksi (Sumbatan) Usus
Obstruksi usus merupakan sumbatan yang benar-benar menghentikan atau sangat mengganggu aliran isi usus.
Obstruksi usus bisa terjadi di bagian manapun di sepanjang usus halus atau usus besar. Sumbatan yang terjadi bisa bersifat sebagian atau total. Bagian usus yang terletak di atas sumbatan tetap bisa berfungsi. Bagian ini terisi dengan makanan, cairan, sekresi saluaran cerna, dan gas, sehingga akan membesar. Akibat kondisi ini, permukaan usus akan membengkak dan meradang. Jika tidak diatasi, maka usus bisa pecah, isi usus akan keluar dan menyebabkan peradangan serta infeksi pada rongga perut (peritonitis).
Penyebab Obstruksi usus
Penyebab terjadinya obstruksi (sumbatan) usus berbeda-beda, antara lain:
- kelainan bawaan
- adanya massa isi usus yang keras (mekonium)
- terpuntirnya usus (volvulus)
- atresia usus (saluran usus yang buntu)
- masuknya suatu bagian usus ke bagian usus lainnya (intususepsi)
- perlengketan akibat terbentuknya jaringan ikat dari operasi perut sebelumnya
- adanya bagian usus yang menonjol dari celah di perut (hernia)
- tumor, kanker, atau kumpulan cacing yang terdapat di dalam usus
- terbentuknya jaringan parut akibat ulkus
Jika sumbatan usus menyebabkan terhentinya aliran darah ke usus, maka kondisi ini disebut sebagai strangulasi. Strangulasi terjadi pada hampir 10-20% orang dengan sumbatan usus halus. Strangulasi biasanya terjadi jika ada segmen usus yang terjepit pada celah di perut (hernia strangulata), volvulus, atau intususepsi. Jika terjadi strangulasi, maka bisa timbul gangren dalam waktu sedikitnya 6 jam. Dinding usus akan mengalami kematian dan biasanya menyebabkan perforasi, dimana terjadi kebocoran isi usus keluar, sehingga terjadi peritonitis, syok, dan kematian jika tidak segera diatasi.
Gejala Obstruksi usus
Gejala-gejala obstruksi (sumbatan) usus yang bisa terjadi antara lain:
- Kram perut yang terasa nyeri, disertai rasa kembung dan hilangnya nafsu makan.
- Muntah, sering terjadi pada sumbatan usus halus, tetapi jarang ditemukan pada sumbatan usus besar (biasanya baru ditemukan kemudian).
- Konstipasi berat (sembelit), bisa terjadi akibat sumbatan total.
- Diare, bisa terjadi pada sumbatan parsial (sebagian).
- Nyeri perut semakin hebat dan menetap jika terjadi strangulasi.
- Demam, terutama jika terjadi perforasi dinding usus.
Diagnosis Obstruksi usus
Diagnosis didasarkan dari gejala-gejala yang ada dan hasil pemeriksaan fisik, di mana perut diperiksa apakah terdapat rasa nyeri, pembesaran, atau adanya massa. Pada pemeriksaan foto sinar-X bisa tampak adanya pelebaran usus yang menandakan lokasi sumbatan. Selain itu, bisa tampak adanya udara bebas di sekitar usus atau dibawah diafragma yang menandakan adanya perforasi atau kematian jaringan usus.
Penanganan Obstruksi usus
Penanganan yang dilakukan antara lain berupa:
- Setiap orang yang dicurigai mengalami sumbatan usus harus dirawat inap di rumah sakit.
- Biasanya perlu dilakukan pemasangan selang melalui hidung ke dalam lambung atau usus untuk mengeluarkan isi saluran cerna yang telah terakumulasi di bagian atas sumbatan.
- Cairan dan elektrolit diberikan melalui infus untuk mengganti air dan garam yang hilang saat muntah atau diare.
- Mengatasi sumbatan usus
- Terkadang sumbatan bisa membaik dengan sendirinya tanpa terapi lebih lanjut, terutama jika sumbatan disebabkan oleh perlengketan.
- Adakalanya, endoskopi yang dimasukkan melalui anus atau pemeriksaan dengan barium enema yang melebarkan usus besar bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan tertentu, misalnya terpuntirnya segmen usus pada usus besar bagian bawah.
- Pembedahan, merupakan tindakan yang paling sering dilakukan. Pembedahan perlu dilakukan sesegera mungkin jika dicurigai terjadi strangulasi.
Dokter Spesialis
Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Referensi
- A, Parswa. Intestina Obstruction. Merck Manual Home Health Handbook. 2012.