Informasi Penyakit

Infertilitas

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024
Infertilitas

Infertilitas

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Infertilitas adalah ketidakmampuan suatu pasangan untuk bisa mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan intim secara teratur tanpa kontrasepsi selama 1 tahun.

Hubungan intim yang rutin tanpa kontrasepsi biasanya dapat menyebabkan kehamilan, yaitu:

  • 50% pasangan dalam waktu 3 bulan
  • 75% pasangan dalam waktu 6 bulan
  • 90% pasangan dalam waktu 1 tahun

Untuk memaksimalkan peluang untuk hamil, pasangan harus melakukan hubungan intim selama beberapa hari saat kemungkinan besar terjadi ovulasi. Ovulasi biasanya terjadi pada pertengahan siklus menstruasi. 

Jika wanita memiliki periode menstruasi yang teratur, maka ia dapat memperkirakan kapan ovulasi terjadi dengan mengukur suhu tubuh setiap hari sebelum ia bangun tidur. Penurunan suhu tubuh menunjukkan bahwa ovulasi akan terjadi. Peningkatan suhu tubuh 0.5oC atau lebih menunjukkan bahwa ovulasi baru saja terjadi. Namun, metode ini menyulitkan untuk banyak wanita dan tidak benar-benar dapat dipercaya. Metode ini hanya dapat memprediksi waktu ovulasi dalam 2 hari.

Infertilitas primer adalah istilah yang digunakan jika pasangan suami istri sama sekali belum pernah memiliki anak. Jika sebelumnya pasangan suami istri pernah memiliki anak (minimal 1 kali kehamilan), tetapi kehamilan berikutnya belum berhasil dicapai, maka digunakan istilah infertilitas sekunder.


Penyebab Infertilitas

Penyebab Infertilitas

Infertilitas bisa berasal dari masalah pada pria, wanita, atau keduanya, yaitu:

  • Masalah pada sperma (pada sekitar 35% atau lebih pasangan)
  • Masalah pada ovulasi (sekitar 20%)
  • Masalah pada tuba fallopi (sekitar 30%)
  • Masalah pada lendir serviks (sekitar 5% atau kurang)
  • Faktor-faktor lain yang tidak teridentifikasi (sekitar 10%)

Masalah infertilitas pada pria

1. Masalah pada sperma

Kesuburan seorang pria ditentukan oleh kemampuannya untuk mengantarkan sejumlah sperma yang normal ke dalam vagina wanita. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses tersebut sehingga bisa terjadi kemandulan:

  • Peningkatan suhu di dalam testis, misalnya akibat demam berkepanjangan atau akibat panas yang berlebihan, bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya pergerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di dalam semen. 
  • Pemakaian marijuana atau obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin).
  • Penyakit serius pada testis atau sumbatan saluran, sehingga tidak terdapat sperma sama sekali. 
  • Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada kemandulan pria. Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum. Varikokel bisa menghalangi pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan sperma.
  • Ejakulasi retrograd terjadi jika semen mengalir melawan arusnya, yaitu semen mengalir ke dalam kandung kemih dan bukan ke penis. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada pria yang telah menjalani pembedahan panggul (terutama pengangkatan prostat) dan pria yang menderita diabetes. Ejakulasi retrograd juga bisa terjadi akibat kelainan fungsi saraf.

2. Penyebab lainnya

Misalnya impotensi, kekurangan hormon, atau pembentukan jaringan parut akibat penyakit menular seksual.

Masalah infertilitas pada wanita

  • Terbentuknya jaringan parut akibat penyakit menular seksual atau endometriosis
  • Kelainan proses pelepasan sel telur oleh indung telur (ovulasi)
  • Kelainan hormon
  • Kekuarangan gizi
  • Kista ovarium
  • Tumor
  • Infeksi panggul
  • Kelainan lendir serviks, yang merupakan penghalang masuknya bakteri ke dalam rahim dan juga memperpanjang kelangsungan hidup sperma.
  • Kelainan tuba fallopi, misalnya akibat infeksi atau tindakan sterilisasi (ligasi tuba)

Diperkirakan sebanyak 10-20% pasangan mengalami ketidaksuburan. Merupakan hal yang penting untuk tidak menunda kehamilan lebih dari 1 tahun; kemungkinan hamil pada pasangan yang sehat dan keduanya berusia dibawah 30 tahun serta melakukan hubungan seksual secara teratur adalah hanya sebesar 25-30%/bulan. Puncak kesuburan seorang wanita adalah pada usia 20 tahunan; jika usia wanita diatas 30 tahun (terutama diatas 35 tahun), maka kemungkinan hamil adalah sebesar kurang dari 10%/bulan.

Usia merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuburan, terutama untuk wanita. Dengan semakin menuanya wanita, maka ia akan menjadi lebih sulit untuk hamil, dan risiko terjadinya komplikasi saat hamil meningkat. Selain itu, wanita, terutama yang berusia lebih dari 35 tahun, memiliki waktu yang terbatas untuk mengatasi masalah ketidaksuburan sebelum akhirnya masuk ke masa menopause.

Selain faktor yang berhubungan dengan usia, risiko ketidaksuburan juga meningkat akibat:

  • Berganti-ganti pasangan seksual (karena meningkatkan resiko terjadi penyakit menular seksual)
  • Penyakit menular seksual
  • Pernah menderita penyakit peradangan panggul 
  • Pernah menderita orkitis atau epididimitis (pria)
  • Gondongan (pria)
  • Varikokel (pria)
  • Pemaparan DES (dietil stilbestrol) (pria maupun wanita)
  • Siklus menstruasi anovulatoir
  • Endometriosis
  • Kelainan pada rahim (mioma) atau penyumbatan leher rahim
  • Penyakit menahun (misalnya diabetes)

Gejala Infertilitas

Gejala Infertilitas

Gejalanya berupa:

  • Tidak kunjung hamil
  • Reaksi emosional (baik pada istri, suami maupun keduanya) karena tidak memiliki anak. Kemandulan sendiri tidak menyebabkan penyakit fisik, tetapi dampak psikisnya pada suami, istri maupun keduanya bisa sangat berat. Pasangan tersebut mungkin akan menghadapi masalah pernikahan (termasuk perceraian), depresi dan kecemasan.

Diagnosis Infertilitas

Diagnosis Infertilitas

Diagnosis masalah infertilitas membutuhkan penilaian dari kedua pasangan. Biasanya, penilaian dilakukan setelah minimal 1 tahun mencoba untuk hamil. Tetapi, penilaian dapat dilakukan lebih awal jika:

  • Wanita berusia lebih dari 35 tahun
  • Periode menstruasi wanita terjadi secara tidak teratur
  • Wanita memiliki kelainan pada rahim, tuba fallopi, atau indung telur
  • Ada dugaan atau teridentifikasi masalah pada sperma pria

Untuk itu, dilakukan pemeriksaan fisik dan pengumpulan riwayat kesehatan dari suami dan istri. Beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan:

  • Analisis semen untuk menilai volume dan kekentalan semen serta menilai jumlah, pergerakan, kecepatan pergerakan dan bentuk sperma.
    2-3 hari sebelum menjalani pemeriksaan ini, suami tidak boleh melakukan ejakulasi.
  • Pengukuran suhu tubuh basal. Setiap pagi, sebelum beranjak dari tempat tidur, dilakukan pengukuran suhu tubuh wanita, jika terjadi peningkatan sebesar 0,5-1oC berarti sedang terjadi ovulasi.
  • Memperhatikan perubahan pada lendir servikal. Pada fase ovulatoir, lendir menjadi basah dan elastis.
  • Postcoital test (PCT).
    PCT dilakukan untuk menilai interaksi antara sperma dan lendir servikal dengan cara menganalisa lendir servikal yang diambil dalam waktu 2-8 jam setelah melakukan hubungan seksual. Tes ini dilakukan pada pertengahan siklus menstruasi yaitu pada saat estradiol mencapai kadar tertinggi dan pada saat terjadi ovulasi.
    Dalam keadaan normal, lendir servikal adalah jernih dan bisa diregangkan sepanjang 7,6-10 cm tanpa terputus. Bila dilihat dengan mikroskop, lendir tampak seperti pohon pakis.
  • Pemeriksaan kadar hormon pada suami dan istri
  • Histerosalpingografi (HSG) untuk menilai sistem transport dari serviks melalui rahim sampai ke tuba fallopi
  • Pemeriksaan panggul (pada wanita) untuk menentukan adanya kista atau tidak

Penanganan Infertilitas

Pengobatan Infertilitas

Pada pasangan yang belum hamil setelah setahun mencoba, lebih dari 60% pada akhirnya akan hamil, dengan atau tanpa terapi. Tujuan terapi adalah untuk mengobati penyebab infertilitas jika mungkin, meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan, dan untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk hamil.

Bahkan ketika tidak ada penyebab infertilitas yang dapat diidentifikasi, pasangan masih dapat diobati. Pada kasus seperti ini, wanita dapat diberikan obat-obat yang menstimulasi pematangan dan pelepasan beberapa sel telur. Cara lain adalah dengan melakukan teknik inseminasi buatan, yaitu dengan memilih sperma yang paling aktif.

Pada pria yang hanya memiliki sedikit sperma yang normal, bisa dilakukan inseminasi buatan atau dengan teknik bayi tabung. Pada azospermia, bisa dipertimbangkan pembuahan dengan sperma dari donor. Varikokel bisa diatasi dengan pembedahan.

Teknik Pembuahan

Setelah semua teknik pengobatan lain gagal menghasilkan kehamilan, maka banyak pasangan yang beralih ke fertilisasi in vitro (bayi tabung). Prosedur ini terdiri dari perangsangan ovarium, pengumpulan sel telur, pembuahan sel telur, penumbuhan embrio di laboratorium kemudian penanaman embrio pada rahim wanita.

Dengan panduan USG, dimasukkan sebuah jarum melalui vagina atau perut ke dalam ovarium dan diambil beberapa sel telur dari folikelnya. Di laboratorium, sel telur ditempatkan di dalam cawan pembiakan dan dibuahi oleh sperma pilihan (sperma yang paling aktif). Setelah sekitar 40 jam, 3-4 embrio dipindahkan dari cawan biakan ke dalam rahim itu melalui vagina. 

bayi tabung pada kasus infertilitas

Sumber gambar: www.medicalnewstoday.com

Jika penyebab ketidaksuburan pada wanita tidak diketahui atau jika penyebabnya adalah endometriosis tetapi fungsi tuba fallopinya normal, maka dilakukan GIFT (gammete intrafallopian tube transfer). Sel telur dan sperma pilihan diperoleh melalui prosedur yang sama dengan pada fertilisasi in vitro, tetapi sel telur tidak dibuahi di laboratorium. Sel telur dan sperma dimasukkan ke dalam ujung tuba falopii melalui dinding perut (pada proses laparoskopi) atau melalui vagina (dipandu oleh USG), sehingga pembuahan terjadi di dalam tuba falopii. Angka keberhasilan pada GIFT adalah sekitar 20-30%.

Variasi dari fertilisasi in vitro dan GIFT adalah pemindahan embrio yang lebih matang (zygote intrafallopian tube transfer), pemakaian sel telur dari donor dan pemindahan embrio yang telah dibekukan ke dalam rahim wanita lain.

Pada pengobatan infertilitas, salah satu atau kedua pasangan dapat mengalami frustasi, stress emosional, perasaan tidak mampu, dan perasaan bersalah. Mereka dapat berharap atau merasa putus asa. Stress emosional dapat menyebabkan kemarahan, rasa lelah, kecemasan, gangguan tidur atau makan, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Selain itu, masalah finansial dan waktu dapat menyebabkan perselisihan dalam rumah tangga.

Masalah-masalah ini dapat diminimalkan jika kedua pasangan terlibat dalam proses terapi dan mendapatkan informasi akan proses terapi, termasuk:

  • berapa lama terapi dilakukan, tanpa memperhatikan siapa yang memiliki masalah ketidaksuburan
  • mengetahui kemungkinan akan keberhasilan terapi, dan kesadaran bahwa terapi bisa juga tidak berhasil
  • informasi kapan mengakhiri terapi
  • kapan harus mencari opini lain
  • kapan harus berpikir bahwa adopsi anak juga membantu

Konseling dan dukungan psikologis, termasuk dukungan dari orang-orang sekitar, juga dapat membantu.

PROGNOSIS

Sekitar 85-90% kasus, kemungkinan penyebabnya bisa diketahui. Pengobatan yang tepat memungkinkan terjadinya kehamilan pada 50-60% pasangan yang sebelumnya didiagnosis mengalami ketidaksuburan. Tanpa pengobatan, 15-20% kasus ketidaksuburan pada akhirnya akan mengalami kehamilan.


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Infertilitas seringkali disebabkan oleh penyakit menular seksual, karena itu dianjurkan untuk menjalani perilaku seksual yang aman guna meminimalkan risiko kemandulan di masa yang akan datang.

Penyakit menular seksual yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah gonore dan klamidia. Kedua penyakit ini pada awalnya mungkin tidak menunjukkan gejala dan gejala baru timbul setelah terjadinya penyakit peradangan panggul atau salfingitis. Peradangan menyebabkan pembentukan jaringan parut pada tuba fallopi lalu terjadi penurunan kesuburan, infertilitas absolut atau kehamilan di luar kandungan.

Immunisasi gondongan telah terbukti mampu mencegah gondongan dan komplikasinya pada pria (orkitis). Infertilitas akibat gondongan bisa dicegah dengan menjalani immunisasi gondongan.

Beberapa jenis alat kontrasepsi memiliki risiko terjadinya infertilitas yang lebih tinggi (misalnya IUD). IUD tidak dianjurkan untuk dipakai pada wanita yang belum memiliki anak.


Referensi

Referensi:

  • R, Robert W. Overview of Infertility. Merck Manual Home Health Handbook. 2013.
  • R, Robert W. Problems With Ovulation. Merck Manual Home Health Handbook. 2013.

Diperbarui tanggal 22 Agustus 2023

Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa
Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa