Kehamilan Risiko Tinggi
Kehamilan risiko tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan.
Untuk menentukan suatu kehamilan risiko tinggi, perlu dilakukan penilaian terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah ibu hamil memiliki keadaan atau ciri-ciri yang menyebabkan ibu ataupun janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian.
FAKTOR RISIKO SEBELUM KEHAMILAN
Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang menyebabkan meningkatnya risiko selama kehamilan. Selain itu, jika seorang wanita mengalami masalah pada kehamilan yang lalu, maka risikonya untuk mengalami hal yang sama pada kehamilan yang akan datang adalah lebih besar.
Karakteristik Ibu
Usia wanita mempengaruhi risiko kehamilan. Anak perempuan berusia 15 tahun atau kurang lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklampsi (suatu keadaan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein dalam air kemih dan penimbunan cairan selama kehamilan) dan eklampsi (kejang akibat pre-eklampsi). Mereka juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bayi kurang gizi.
Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi, diabetes atau fibroid di dalam rahim serta lebih rentan terhadap gangguan persalinan. Di atas usia 35 tahun, risiko memiliki bayi dengan kelainan kromosom (misalnya sindroma Down) semakin meningkat. Pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun bisa dilakukan pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis) untuk menilai kromosom janin.
Seorang wanita yang pada saat tidak hamil memiliki berat badan kurang dari 50 kg, lebih mungkin melahirkan bayi yang lebih kecil dari usia kehamilan (KMK, kecil untuk masa kehamilan). Jika kenaikan berat badan selama kehamilan kurang dari 7,5 kg, maka risikonya meningkat sampai 30%. Sebaliknya, seorang wanita gemuk lebih mungkin melahirkan bayi besar. Obesitas juga menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya diabetes dan tekanan darah tinggi selama kehamilan.
Seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 1,5 meter, lebih mungkin memiliki panggul yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang sangat kecil.
Peristiwa pada kehamilan yang lalu
Seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester pertama, memiliki risiko sebesar 35% unuk mengalami keguguran lagi. Keguguran juga lebih mungkin terjadi pada wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal pada usia kehamilan 4-8 minggu atau pernah melahirkan bayi prematur.
Sebelum mencoba hamil lagi, sebaiknya seorang wanita yang pernah mengalami keguguran perlu menjalani pemeriksaan untuk:
- kelainan kromosom atau hormon
- kelainan struktur rahim atau leher rahim
- penyakit jaringan ikat (misalnya lupus)
- reaksi kekebalan pada janin (biasanya ketidaksesuaian Rh)
Jika penyebab terjadinya keguguran diketahui, maka dapat dilakukan pengobatan.
Kematian di dalam kandungan atau kematian bayi baru lahir bisa terjadi akibat:
- Kelainan kromosom pada bayi
- Diabetes
- Penyakit ginjal atau pembuluh darah menahun
- Tekanan darah tinggi
- Penyalahgunaan obat
- Penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya lupus)
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya. Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 1,5 kg, memiliki risiko sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 5 kg, maka mungkin dia menderita diabetes. Jika selama kehamilan seorang wanita menderita diabetes, maka risiko terjadinya keguguran atau risiko kematian ibu maupun bayinya meningkat. Pemeriksaan kadar gula darah perlu dilakukan pada wanita hamil ketika memasuki usia kehamilan 20-28 minggu.
Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin mengalami:
- kontraksi yang lemah pada saat persalinan
- perdarahan setelah persalinan
- persalinan yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya risiko perdarahan vagina yang berat
- plasenta letak rendah
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi yang menderita kelainan hemolitik, maka bayi berikutnya memiliki risiko menderita penyakit yang sama. Penyakit ini terjadi jika darah ibu memiliki Rh-negatif, darah janin memiliki Rh-positif dan ibu membentuk antibodi untuk menyerang darah janin; antibodi ini menyebabkan kerusakan pada sel darah merah janin.
Pada kasus seperti ini, perlu dilakukan pemeriksaan darah ibu dan ayah. Jika ayah memiliki 2 gen untuk Rh-positif, maka semua anaknya akan memiliki Rh-positif; jika ayah hanya memiliki 1 gen untuk Rh-positif, maka peluang anak-anaknya untuk memiliki Rh-positif adalah sebesar 50%.
Seorang wanita yang pernah mengalami pre-eklampsi atau eklampsi, kemungkinan akan mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan ia menderita tekanan darah tinggi menahun.
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan kelainan genetik atau cacat bawaan, biasanya sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, dilakukan analisa genetik pada bayi dan kedua orangtuanya.
Kelainan struktur
Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim ganda atau leher rahim yang lemah) bisa meningkatkan risiko terjadinya keguguran. Untuk mengetahui adanya kelainan struktur, bisa dilakukan pembedahan diagnostik, USG atau rontgen.
Fibroid (tumor jinak) di dalam rahim bisa meningkatkan risiko terjadinya:
- kelahiran prematur
- gangguan selama persalinan
- kelainan letak janin
- kelainan letak plasenta
- keguguran berulang
Keadaan kesehatan
Keadaan kesehatan tertentu pada wanita hamil bisa membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya. Keadaan kesehatan yang sangat penting adalah:
- Tekanan darah tinggi menahun
- Penyakit ginjal
- Diabetes
- Penyakit jantung yang berat
- Penyakit sel sabit
- Penyakit tiroid
- Lupus
- Kelainan pembekuan darah
Riwayat keluarga
Riwayat adanya keterbelakangan mental atau penyakit keturunan lainnya di keluarga ibu atau ayah menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya kelainan tersebut pada bayi yang dikandung. Kecenderungan memiliki anak kembar juga sifatnya diturunkan.
FAKTOR RISIKO SELAMA KEHAMILAN
Seorang wanita hamil dengan risiko rendah bisa mengalami suatu perubahan yang menyebabkan bertambahnya risiko yang dimilikinya, misalnya terpapar teratogen (bahan yang bisa menyebabkan cacat bawaan), seperti radiasi, bahan kimia tertentu, obat-obatan dan infeksi; atau bisa juga mengalami kelainan medis atau komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan.
Obat-obatan atau Infeksi
Obat-obatan yang diketahui bisa menyebabkan cacat bawaan jika diminum selama hamil adalah:
- Alkohol
- Fenitoin
- Obat-obat yang kerjanya melawan asam folat (misalnya triamteren atau Trimethoprim)
- Lithium
- Streptomycin
- Tetracyclin
- Talidomide
- Warfarin
Infeksi yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah:
- Herpes simpleks
- Hepatitis virus
- Influenza
- Gondongan
- Campak Jerman (rubella)
- Cacar air (varisela)
- Sifilis
- Listeriosis
- Toksoplasmosis
- Infeksi oleh virus coxsackie atau sitomegalovirus
Merokok berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya, tetapi hanya sekitar 20% wanita yang berhenti merokok selama hamil. Efek yang paling sering terjadi akibat merokok selama hamil adalah berat badan bayi yang rendah. Selain itu, wanita hamil yang merokok juga lebih rentan mengalami:
- komplikasi plasenta
- ketubah pecah sebelum waktunya
- persalinan prematur
- infeksi rahim
Seorang wanita hamil yang tidak merokok sebaiknya menghindari asap rokok dari orang lain karena bisa memberikan efek yang sama terhadap janinnya.
Cacat bawaan pada jantung, otak dan wajah lebih sering ditemikan pada bayi yang ibunya merokok. Merokok selama hamil juga bisa menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya sindroma kematian bayi mendadak. Selain itu, anak-anak yang dilahirkan oleh ibu perokok bisa mengalami gangguan ringan dalam hal pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual dan perilaku.
Efek ini diduga disebabkan oleh karbon monoksida (yang menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh) dan nikotin (yang merangsang pelepasan hormon yang menyebabkan pengkerutan pembuluh darah yang menuju ke plasenta dan rahim).
Mengkonsumsi alkohol selama masa kehamilan bisa menyebabkan cacat bawaan. Sindroma alkohol pada janin merupakan salah satu akibat utama dari pemakaian alkohol selama masa kehamilan. Sindroma ini ditandai dengan:
- keterbelakangan pertumbuhan sebelum atau sesudah lahir
- kelainan wajah
- mikrosefalus (ukuran kepala lebih kecil), yang kemungkinan disebabkan oleh pertumbuhan otak yang dibawah normal
- kelainan perkembangan perilaku
Sindroma alkohol pada janin seringkali menyebabkan keterbelakangan mental. Selain itu, alkohol juga bisa menyebabkan keguguran dan gangguan perilaku yang berat pada bayi maupun anak yang sedang tumbuh (misalnya perilaku antisosial dan kurang memperhatikan).
Risiko terjadinya keguguran pada wanita hamil yang mengkonsumsi alkohol adalah 2 kali lipat, terutama jika wanita tersebut adalah peminum berat. Berat badan bayi yang dilahirkan berada di bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg.
Pemeriksaan laboratorium bisa digunakan untuk mengetahui pemakaian heroin, morfin, amfetamin, barbiturat, kodein, kokain, marijuana, metadon atau fenotiazin pada wanita hamil. Wanita yang menggunakan obat suntik memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya bakteremia, hepatitis, anemia, abses kulit, pneumonia, tetanus, atau penyakit menular seksual (termasuk AIDS).
Sekitar 75% bayi yang menderita AIDS, ibunya adalah pemakai obat suntik atau pramuria. Bayi-bayi tersebut juga memiliki risiko menderita penyakit menular seksual lainnya, hepatitis dan infeksi. Pertumbuhan mereka di dalam rahim kemungkinan mengalami kemunduran dan mereka bisa lahir prematur.
Kokain merangsang sistem saraf pusat, bertindak sebagai obat bius lokal dan menyebabkan pengkerutan pembuluh darah. Pembuluh darah yang mengkerut bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah sehingga kadang janin tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Berkurangnya aliran darah dan oksigen bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan berbagai organ dan biasanya menyebabkan cacat kerangka serta penyempitan sebagian usus.
Pemeriksaan air kemih untuk mengatahui adanya kokain biasanya dilakukan jika:
- seorang wanita hamil tiba-tiba menderita tekanan darah tinggi yang berat
- terjadi perdarahan akibat pelepasan plasenta sebelum waktunya
- terjadi kematian dalam kandungan yang sebabnya tidak diketahui
31% dari wanita pemakai kokain mengalami persalinan prematur, 19% melahirkan bayi yang pertumbuhannya terhambat dan 15% mengalami pelepasan plasenta sebelum waktunya. Jika pemakaian kokain dihentikan setelah trimester pertama, maka risiko persalinan prematur dan pelepasan plasenta sebelum waktunya tetap meningkat, tetapi pertumbuhan janinnya normal.
Keadaan kesehatan
Tekanan darah tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh kehamilan atau keadaan lain. Tekanan darah tinggi di akhir kehamilan bisa merupakan ancaman serius terhadap ibu dan bayinya dan harus segera diobati.
Jika seorang wanita hamil pernah menderita infeksi kandung kemih, maka dilakukan pemeriksaan air kemih pada awal kehamilan. Jika ditemukan bakteri, segera diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi ginjal yang bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya.
Infeksi vagina oleh bakteri selama hamil juga bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut perlu diberikan antibiotik.
Penyakit yang menyebabkan demam (suhu lebih tinggi dari 39,4oCelsius) pada trimester pertama menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya keguguran dan kelainan sistem saraf pada bayi. Demam pada trimester akhir menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya persalinan prematur.
Komplikasi Kehamilan
- Inkompatibilitas Rh
Ibu dan janin yang dikandungnya bisa memiliki jenis darah yang tidak sesuai. Yang paling sering terjadi adalah inkompatibilitas Rh, yang bisa menyebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.
Penyakit hemolitik bisa terjadi jika ibu memiliki Rh-negatif, ayah memiliki Rh-positif, janin memiliki Rh-positif dan tubuh ibu membuat antibodi untuk melawan darah janin.
Jika seorang ibu hamil memiliki Rh-negatif, maka dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap janin setiap 2 bulan.
Risiko pembentukan antibodi ini meningkat pada keadaan berikut:
- setelah terjadinya perdarahan dimana darah ibu dan darah janin bercampur
- setelah pemeriksaan amniosentesis
- dalam waktu 72 jam setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif.
Pada kasus ini, pemberian imunoglobulin Rho(D) kepada ibu akan menghancurkan antibodi Rh.
- Perdarahan
Penyebab perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah:
- Kelainan letak plasenta
- Pelepasan plasenta sebelum waktunya
- Penyakit pada vagina atau leher rahim (misalnya infeksi)
Perdarahan pada trimester ketiga memiliki risiko terjadinya kematian bayi, perdarahan hebat dan kematian ibu pada saat persalinan.
Untuk menentukan penyebab terjadinya perdarahan bisa dilakukan pemeriksaan USG, pengamatan leher rahim dan Pap smear.
- Kelainan pada cairan ketuban
Air ketuban yang terlalu banyak akan menyebabkan peregangan rahim dan menekan diafragma ibu. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pernapasan yang berat pada ibu atau terjadinya persalinan prematur.
Air ketuban yang terlalu banyak cenderung terjadi pada:
- ibu yang menderita diabetes yang tidak terkontrol
- kehamilan ganda
- inkompatibilitas Rh
- bayi dengan cacat bawaan (misalnya sumbatan kerongkongan atau kelainan sistem saraf)
Air ketuban yang terlalu sedikit ditemukan pada:
- bayi yang memiliki cacat bawaan pada saluran kemih
- bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan
- bayi yang meninggal di dalam kandungan
- Persalinan prematur
Persalinan prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut:
- ibu memiliki kelainan struktur pada rahim atau leher rahim
- perdarahan
- stress fisik atau mental
- kehamilan ganda
- ibu pernah menjalani pembedahan rahim
Persalinan prematur seringkali terjadi jika:
- bayi berada dalam posisi sungsang
- plasenta terlepas dari rahim sebelum waktunya
- ibu menderita tekanan darah tinggi
- air ketuban terlalu banyak
- ibu menderita pneumonia, infeksi ginjal atau apendisitis
- Kehamilan ganda
Kehamilan lebih dari 1 janin juga bisa menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya cacat bawaan dan kelainan pada saat persalinan.
- Kehamilan lewat waktu
Pada kehamilan yang terus berlanjut sampai lebih dari 42 minggu, kemungkinan terjadinya kematian bayi adalah 3 kali lebih besar.
Penilaian Kehamilan Risiko Tinggi
Nilai 10 atau lebih menunjukkan risiko tinggi.
Faktor Risiko | Skor |
SEBELUM KEHAMILAN | |
Karakteristik ibu | |
Usia 35 tahun atau lebih atau 15 tahun atau kurang | 5 |
Berat badan kurang dari 50 kg atau lebih dari 100 kg | 5 |
Peristiwa pada kehamilan yg lalu | |
Kematian dalam kandungan | 10 |
Kematian bayi baru lahir | 10 |
Bayi prematur | 10 |
Kecil untuk masa kehamilan | 10 |
Transfusi darah janin untuk penyakit hemolitik | 10 |
Persalinan terlambat (lebih dari 42 minggu) | 10 |
Keguguran berulang | 5 |
Bayi besar (lebih dari 5 kg) | 5 |
Hamil sebanyak 6 kali atau lebih | 5 |
Riwayat eklamsi | 5 |
Operasi sesar | 5 |
Epilepsi atau kelumpuhan serebral pada ibu | 5 |
Riwayat pre-eklampsi | 1 |
Cacat bawaan pada bayi sebelumnya | 1 |
Kelainan struktur | |
Rahim ganda | 10 |
Kelemahan pada leher rahim | 10 |
Panggul sempit | 5 |
Keadaan medis | |
Tekanan darah tinggi menahun | 10 |
Penyakit ginjal sedang sampai berat | 10 |
Penyakit jantung berat | 10 |
Diabetes yang tergantung kepada insulin | 10 |
Penyakit sel sabit | 10 |
Hasil Pap smear yang abnormal | 10 |
Penyakit jantung sedang | 5 |
Penyakit tiroid | 5 |
Riwayat tuberkulosis | 5 |
Penyakit paru-paru (misalnya asma) | 5 |
Hasil pemeriksaan darah yang positif untuk sifilis atau HIV | 5 |
Riwayat infeksi kandung kemih | 1 |
Riwayat keluarga yang menderita diabetes | 1 |
SELAMA KEHAMILAN | |
Obat-obatan dan infeksi | |
Pemakaian obat atau alkohol | 5 |
Penyakit virus (misalnya campak Jerman) | 5 |
Influenza berat | 5 |
Merokok | 1 |
Komplikasi medis | |
Pre-eklampsi sedang sampai berat | 10 |
Pre-eklampsi ringan | 5 |
Infeksi ginjal | 5 |
Diabetes gestasional | 5 |
Anemia berat | 10 |
Infeksi kandung kemih | 1 |
Anemia ringan | 1 |
Komplikasi kehamilan pada ibu | |
Plasenta previa | 10 |
Pelepasan plasenta prematur | 10 |
Cairan ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak | 10 |
Infeksi plasenta | 10 |
Robekan pada rahim | 10 |
Persalinan terlambat (lebih dari 42 minggu atau terlambat lebih dari 2 minggu) | 10 |
Sensitisasi Rh pada darah janin | 5 |
Bercak perdarahan | 5 |
Persalinan prematur | 5 |
Ketuban pecah lebih dari 12 jam sebelum persalinan | 5 |
Leher rahim berhenti melebar | 5 |
Persalinan berlangsung lebih dari 20 jam | 5 |
Mengedan lebih dari 2 jam | 5 |
Persalinan cepat (kurang dari 3 jam) | 5 |
Operasi sesar | 5 |
Induksi persalinan karena alasan medis | 5 |
Induksi persalinan | 1 |
Komplikasi kehamilan pada bayi | |
Mekonium dalam cairan ketuban (hijau tua) | 10 |
Letak bayi abnormal (misalnya letak bokong) | 10 |
Persalinan letak bokong, dibantu seluruhnya | 10 |
Kehamilan ganda (terutama 3 atau lebih) | 10 |
Denyut jantung lambat atau sangat cepat | 10 |
Prolapsus tali pusat | 10 |
Berat badan kurang dari 2,75 kg | 10 |
Mekonium dalam cairan ketuban (hijau muda) | 5 |
Persalinan dengan bantuan forseps atau ekstraksi vakum | 5 |
Persalinan letak bokong, tidak dibantu atau dibantu sebagian | 5 |
Pembiusan total pada ibu selama persalinan | 5 |
Bayi kecil
- Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu
- Bayi lahir dengan berat badan rendah adalah bayi yang pada saat dilahirkan memiliki berat badan 2,75 kg atau kurang
- Kecil untuk masa kehamilan adalah bayi yang berat badannya lebih kecil jika dibandingkan dengan usia kehamilan
- Bayi yang pertumbuhannya terhambat adalah bayi yang pertumbuhannya (berat dan tinggi badan) di dalam rahim terhambat.
Penyebab Kehamilan risiko tinggi
Dokter Spesialis
Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi
Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kehamilan risiko tinggi:
- Berkonsultasi ke dokter sebelum berencana untuk hamil
Sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter sebelum berencana untuk hamil, sehingga dokter bisa melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh terhadap pasangan untuk mengetahui apakah ada faktor-faktor yang bisa mempengaruhi kehamilan nantinya dan melakukan hal-hal yang diperlukan untuk mengatasinya bila perlu. Bila sedang menjalani pengobatan tertentu, maka dokter juga akan melakukan penyesuaian pengobatan sebagai bagian untuk persiapan kehamilan. Selain itu, dokter juga akan mendiskusikan kemungkinan resiko untuk mempunyai bayi dengan kondisi genetik tertentu. Pemberian vitamin harian untuk mempersiapkan tubuh terhadap kehamilan juga bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan.
- Perhatian khusus bila berencana untuk hamil dengan bayi tabung
Jika berencana untuk menggunakan teknologi reproduksi yang dibantu (assisted reproductive technology) seperti misalnya pada bayi tabung, maka perlu diperhatikan juga mengenai jumlah embrio yang akan ditanamkan ke rahim. Hal ini karena kehamilan dengan > 1 janin bisa meningkatkan risiko cacat pada janin atau kelahiran prematur.
- Lakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan secara teratur bisa membantu dokter melakukan pengawasan kesehatan terhadap ibu & janin yang dikandungnya. Kemudian tergantung dari kondisi kehamilannya, maka bisa juga dokter akan merujuk ke dokter spesialis lain untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
- Makan makanan yang sehat dan bergizi.
Pada saat hamil maka wanita memerlukan asupan asam folat, kalsium, zat besi serta nutrisi lainnya lebih banyak lagi. Vitamin kehamilan harian bisa membantu memenuhi kebutuhan tubuh untuk nutrisi-nutrisi tersebut. Bila mempeunyai kondisi kesehatan tertentu, seperti misalnya diabetes, maka konsultasikan ke dokter mengenai asupan nutrisi yang tepat untuk kehamilan tanpa memperburuk penyakit tersebut.
- Menjaga kenaikan berat badan
Menjaga kenaikan berat badan secara bijaksana bisa membantu mendukung kesehatan bayi. Untuk wanita dengan berat badan sehat sebelum hamil maka saat hamil, kenaikan berat badan yang direkomendasikan adalah 11-16 kg. Jika mengalami kelebihan berat badan sebelum hamil, maka kenaikan berat badan saat hamil yang dianjurkan, lebih sedikit dari itu. Bila sedang hamil kembar maka kenaikan berat badannya bisa lebih banyak lagi. Konsultasikan ke dokter mengenai kenaikan berat badan yang tepat dan sesuai dengan kondisi masing-masing orang.
- Hindari menggunakan zat berbahaya
Bila merokok maka sebaiknya berhenti sebelum memulai kehamilan. Konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang juga sebaiknya tidak dilakukan. Pastikan dokter sudah menyatakan tidak ada masalah bila ingin memulai kehamilan. Konsumsi obat-obatan tertentu atau suplemen kesehatan juga perlu dikonsultasikan dan dihentikan bila dokter menyarankan demikian.
Referensi
Referensi:
- B, Christian M. M, John. Definition of High-Risk Pregnancy. Merck Manual. 2008.
- B, Christian M. M, John. Risk Factors Present Before Pregnancy. Merck Manual. 2008.
- B, Christian M. M, John. Risk Factors Present During Pregnancy. Merck Manual. 2008.
- Mayoclinic. High-risk pregnancy: Know what to expect. 2012.
- www.mycord.com (Gambar Cover)
Diperbarui tanggal 22 Agustus 2023