Artikel

Medicastore

Informasi Penyakit

Epilepsi

BELLA PRICYLLA
12 Januari 2024
Epilepsi

Epilepsi

BELLA PRICYLLA
12 Januari 2024

Epilepsi adalah sebuah gangguan yang terjadi disistem saraf otak manusia yang disebabkan adanya aktivitas kelompok sel neuron yang terlalu berlebihan hingga akhirnya terjadi berbagai reaksi pada diri penderita, seperti kejang-kejang yang bukan karena alkohol dan tekanan darah yang sangat rendah, atau dapat diartikan pula sebagai kejang spontan.

Aktivitas listrik terjadi pada otak kita setiap saat. Epilepsi terjadi akibat adanya pelepasan muatan listrik berlebihan di otak secara tiba-tiba yang menyebabkan timbulnya kejang berulang. Bentuk serangan yang terjadi bervariasi. Pada sebagian orang dengan epilepsi serangan dapat berupa pandangan kosong selama beberapa detik, sedangkan yang lainnya mengalami kejang. Epilepsi dalam bahasa sehari-hari sering disebut dengan ayan.

 


Penyebab Epilepsi

Penyebab Epilepsi

Sebagian kasus epilepsi tidak diketahui penyebabnya. Pada sebagian lainnya, epilepsi dapat berkaitan dengan berbagai faktor:

  • Pengaruh genetik. Beberapa jenis epilepsi, yang dikategorikan sebagai kejang, diturunkan di dalam keluarga, sehingga mungkin sekali ada pengaruh genetik. Pada sebagian besar orang, faktor genetik hanya merupakan salah satu bagian dari penyebab terjadinya epilepsi, yang membuat seseorang lebih rentan terhadap faktor lingkungan yang memicu terjadinya kejang.
  • Trauma kepala 
  • Gangguan medis lain, seperti stroke atau serangan jantung, yang menyebabkan kerusakan pada otak
  • Demensia merupakan penyebab tersering epilepsi pada orang tua.
  • Penyakit, seperti meningitis, AIDS, dan ensefalitis virus
  • Cedera sebelum lahir. Sebelum dilahirkan, bayi rentan untuk mengalami kerusakan otak, yang dapat disebabkan oleh infeksi pada ibu, nutrisi yang buruk, atau kekurangan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan palsy serebral pada anak. Sekitar 20% kejang pada anak-anak berhubungan dengan serebral palsy.
  • Gangguan perkembangan. Epilepsi terkadang dapat berhubungan dengan gangguan perkembangan, seperti autisme dan sindroma Down.
  • Riwayat demam tinggi
  • Riwayat ibu-ibu yang mempunyai faktor resiko tinggi, seperti wanita pekerja keras, wanita dengan latar belakang susah melahirkan, penggunaan obat-obatan diabetes atau hipertensi.
  • Asfiksia neonatorum
  • Riwayat bayi dari ibu yang menggunakan obat antikonvulsan yang digunakan sepanjang kehamilan.
  • Riwayat intoksikasi obat-obatan atau alkohol.
  • Adanya riwayat penyakit pada masa kanak-kanak, seperti campak, gondongan atau epilepsi bakteri.
  • Riwayat gangguan metabolisme dan nutrisi atau gizi

Gejala Epilepsi

Gejala Epilepsi

Gejala-gejala yang muncul tergantung dari jenis serangannya. Pada sebagian besar kasus, seseorang dengan epilepsi cenderung memiliki jenis serangan yang sama setiap kali terjadi serangan. 

Jenis serangan kejang dapat dibagi menjadi fokal atau umum, tergantung dari bagaimana aktivitas listrik abnormal di otak dimulai.

Kejang Fokal (Focal Seizure)

Serangan berasal dari aktivitas listrik abnornal pada satu bagian otak dan tidak meluas. Serangan jenis ini dapat dibedakan menjadi:

  • Serangan Fokal Simpleks. Serangan jenis ini tidak menimbulkan hilangnya kesadaran. Serangan dapat menyebabkan gangguan emosi atau adanya perubahan dari sesuatu yang dilihat, didengar, dirasakan, dikecap, atau dicium. Selain itu juga dapat terjadi hentakan-hentakan bagian dari tubuh yang involunter, misalnya tangan atau kaki, dan juga gejala sensorik seperti kesemutan, vertigo, dan kilatan cahaya. Gangguan sensasi, gerakan atau emosi yang abnormal yang dialami tergantung kepada daerah otak yang terkena. 
  • Serangan Fokal Kompleks. Serangan jenis ini mengganggu kesadaran sesaat. Serangan dapat berupa tatapan kosong dan gerakan-gerakan tanpa tujuan, misalnya menggosok-gosok tangan, mengunyah-ngunyah, menelan, berjalan melingkar, mengeluarkan suara-suara yang tak berarti, tidak mampu memahami apa yang orang lain katakan, dan menolak bantuan. Kebingungan berlangsung selama beberapa menit, dan diikuti dengan pemulihan total.

Kejang Umum (Generalized seizure)

Serangan berasal dari aktivitas abnormal di otak yang mengenai seluruh bagian otak. Terdapat berbagai jenis serangan untuk kejang umum : 

  • Serangan absanse (Absence seizure atau disebut juga petit mal). Serangan tipe ini biasanya dimulai saat anak-anak, biasanya antara usia 5 - 15 tahun dan tidak berlanjut sampai dewasa. Namun, orang dewasa adakalanya memiliki serangan tipe ini. Serangan tidak menyebabkan timbulnya kejang. Serangan ditandai dengan adanya tatapan kosong dengan getaran pada kelopak mata dan terkadang kedutan-kedutan pada otot wajah. Penderita sama sekali tidak menyadari lingkungan sekitarnya. Serangan ini berlangsung sekitar 10-30 detik. Penderita tiba-tiba berhenti mengerjakan sesuatu yang sedang dikerjakannya dan setelah serangan reda, mereka kembali melanjutkan pekerjaannya. Penderita tidak menyadari serangan yang terjadi.  
  • Serangan tonik. Serangan jenis ini biasanya terjadi saat tidur. Tonus otot meningkat sehingga menyebabkan kekakuan pada otot-otot menyeluruh, yaitu pada punggung, tangan, dan kaki. Serangan biasanya berlangsung selama 10-15 detik. Penderita dapat terjatuh jika sedang berdiri. Kebanyakan penderita tetap sadar.
  • Serangan klonik, berhubungan dengan kontraksi-kontraksi otot yang menimbulkan hentakan-hentakan ritmik, biasanya mengenai tangan, leher, dan wajah.
  • Serangan mioklonik. Serangan ini biasanya muncul sebagai hentakan-hentakan tangan dan kaki yang tiba-tiba dan sesaat. 
  • Serangan atonik. Serangan ini menimbulkan hilangnya tonus otot normal dan kesadaran, sehingga menyebabkan penderita tiba-tiba jatuh.
  • Serangan tonik-klonik (disebut juga grand mal). Serangan jenis ini merupakan serangan paling hebat, yang ditandai dengan hilangnya kesadaran sementara dan kejang muncul ketika aktivitas abnormal menyebar ke kedua sisi otak. Serangan ditandai dengan adanya spasme otot, timbul kekakuan dan hentakan-hentakan diseluruh tubuh, penderita terjatuh, dengan kuat akan memutar kepala ke satu sisi, mengatupkan giginya, dan terkadang juga hilangnya kontrol dalam berkemih. Penderita juga seringkali terggigit lidahnya. Serangan berlangsung sekitar 1-2 menit. Sesudahnya, beberapa penderita mengalami sakit kepala, kebingungan sementara, dan merasa sangat capai. Kebanyakan penderita tidak ingat apa yang terjadi saat serangan.

Status epileptikus merupakan gangguan kejang yang paling serius dan bersifat darurat, karena kejang tidak berhenti. Aktivitas listrik abnormal terjadi di seluruh otak, menyebabkan serangan tonik klonik menyeluruh. Status epileptikus dinyatakan jka serangan menetap lebih dari 5 menit atau jika penderita tidak sadar penuh diantara serangan. Penderita mengalami kejang dengan kontraksi-kontraksi otot yang hebat dan tidak dapat bernafas dengan adekuat. Tanpa penanganan yang cepat, maka dapat terjadi kerusakan otak dan jantung permanen, dan terkadang menyebabkan kematian.

Gejala kejang berdasarkan sisi otak yang terkena

Sisi otak yg terkena Gejala
Lobus frontalis Kedutan pada otot tertentu
Lobus oksipitalis Halusinasi kilauan cahaya
Lobus parietalis Mati rasa atau kesemutan di bagian tubuh tertentu
Lobus temporalis Halusinasi gambaran dan perilaku repetitif yang kompleks
misalnya berjalan berputar-putar
Lobus temporalis anterior Gerakan mengunyah, gerakan bibir mencium
Lobus temporalis anterior sebelah dalam Halusinasi bau, baik yg menyenangkan maupun yg tidak menyenangkan

 


Kapan harus ke dokter?

Konsultasikan diri anda atau keluarga anda ke dokter, jika mengalami keluhan dan tanda yang mengarah ke epilepsi.

Segera bawa diri anda atau keluarga ke rumah sakit terdekat jika mengalami kejang disertai dengan:

  • Kejang lebih dari 5 menit
  • Pernapasan atau kesadaran tidak kembali setelah kejang
  • Mengalami kejang berulang
  • Demam
  • Hamil
  • Diabetes
  • Mengalami cedera
  • Kejang masih terjadi, walaupun obat anti-kejang telah dikonsumsi

Diagnosis Epilepsi

Diagnosis Epilepsi

Diagnosis didasarkan dari gejala-gejala yang disampaikan oleh orang lain yang menyaksikan terjadinya serangan epilepsi pada penderita. Berbagai pemeriksaan dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis:

  • Pemeriksaan fisik dan neurologis lengkap pada kekuatan otot, refleks, penglihatan, pendengaran dan kemampuan untuk mendeteksi berbagai sensasi.
  • Pemeriksaan darah untuk melihat apakah terdapat tanda-tanda infeksi, gangguan elektrolit, anemia, atau diabetes, yang dapat berhubungan dengan terjadinya kejang, tes darah ini bermaksud untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain.
  • EEG (elektroensefalogram). Pemeriksaan ini paling sering dilakukan untuk membantu mendiagnosis epilepsi. EEG merekam aktivitas listrik di otak melalui elektroda yang ditempelkan pada kulit kepala.
  • CT scan, dilakukan untuk melihat apakah terdapat kelainan pada otak yang dapat menimbulkan serangan, misalnya tumor, perdarahan, atau kista.
  • MRI, memberikan informasi yang mirip dengan CT scan, tetapi lebih detail.
  • PET (Positron Emission Tomography). PET scan menggunakan material radioaktif dengan dosis kecil yang disuntikkan ke pembuluh darah untuk membantu melihat area yang aktif pada otak dan mendeteksi kelainan.
  • SPECT (Single photon emission computed tomography). Pemeriksaan ini menggunakan material radioaktif dosis kecil yang disuntikkan ke pembuluh darah untuk menghasilkan gambaran aliran darah pada otak selama serangan.
  • EKG (elektrokardiogram) dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan irama jantung sebagai akibat dari tidak adekuatnya aliran darah ke otak, yang bisa menyebabkan seseorang mengalami pingsan. 
  • Terkadang dilakukan punksi lumbal utnuk mengetahui apakah telah terjadi infeksi otak.

Penanganan Epilepsi

Pengobatan Epilepsi

Jika penyebab terjadinya serangan adalah tumor, infeksi atau kadar gula maupun natrium yang abnormal, maka keadaan tersebut harus diobati terlebih dahulu.

Sekitar 70% kasus epilepsi dapat disembuhkan dengan pengobatan yang teratur. Kepatuhan dalam mengkonsumsi obat anti epilepsi adalah kunci utama dalam mengontrol serangan epilepsi. Obat anti-epilepsi diberikan sesuai dengan jenis serangan dan untuk jangka panjang. Namun seringkali terdapat masalah dalam kepatuhan penyandang epilepsi untuk minum obat.

Untuk dapat mengontrol serangan, maka:

  • Minum obat-obat sesuai yang diberikan oleh dokter
  • Konsultasikan dulu dengan dokter Anda, jika hendak mengubah obat menjadi obat generik, atau mengganti ke obat yang lain.
  • Jangan pernah menghentikan pengobatan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter Anda.
  • Pada kasus yang jarang, obat anti epilepsi dapat menimbulkan depresi, maka segera beritahu dokter Anda jika timbul depresi, perubahan mood, atau tingkah laku.

Pembedahan dapat dilakukan jika pemberian obat tidak berhasil mengatasi epilepsi atau efek sampingnya tidak dapat ditoleransi. Pembedahan terutama dapat dilakukan jika lokasi gangguan yang terjadi pada otak terletak pada suatu area yang tidak mempengaruhi fungsi vital tubuh, seperti bicara, fungsi berbahasa, dan mendengar.

Keluarga penderita hendaknya dilatih untuk membantu penderita jika terjadi serangan epilepsi. Langkah yang penting adalah menjaga agar penderita tidak terjatuh, melonggarkan pakaian (terutama di daerah leher) dan memasang bantal di bawah kepala penderita. Jika penderita tidak sadarkan diri, sebaiknya posisinya dimiringkan agar lebih mudah bernafas dan tidak boleh ditinggalkan sendirian sampai benar-benar sadar dan bisa bergerak secara normal.

Berbagai Jenis Obat Kejang

Obat Jenis Serangan Efek samping yang mungkin terjadi

Carbamazepine

Generalisata, parsial Jumlah sel darah putih dan sel darah merah berkurang

Ethosuximide

Methsuximide

Petit mal Jumlah sel darah putih dan sel darah merah berkurang
Gabapentin Parsial Tenang

Lamotrigine

Generalisata, parsial Ruam kulit

Phenobarbital

Generalisata, parsial Tenang

Phenytoin

Generalisata, parsial Pembengkakan gusi
Primidon Generalisata, parsial Tenang

Asam Valproat

Kejang infantil, petit mal Penambahan berat badan, rambut rontok

Ezogabine

Parsial

Mengantuk, pusing, vertigo, tremor, hilang ingatan, penglihatan ganda  

Zonisamide

Generalisata, parsial Hipohidrosis

Felbamate

Generalisata, parsial Anemia aplastik, gangguan hati

Topiramate

Generalisata, parsial Gangguan psikomotor , gangguan daya ingat

Levetiracetam

parsial Tenang

Rufinamide

Generalisata, parsial Tenang
Clobazam Parsial Ataksia , somnolen, disartria

Komplikasi Epilepsi

Epilepsi dapat menimbulkan komplikasi atau masalah tergantung dimana mereka berada, seperti:

  • Tenggelam. Penderita epilepsi berisiko untuk tenggelam dan mengalami kejang saat berenang atau berendam ditempat yang cukup dalam.
  • Jatuh. Mempunyai riwayat epilepsi, berisiko untuk jatuh saat serangan terjadi.
  • Kecelakaan mobil. Jika penderita epilepsi mengendarai mobil, berisiko untuk mengelami kecelakaan karena penderita sewaktu-waktu dapat mengalami kejang pada saat berkendara.
  • Gangguan emosional. Kecemasan, depresi, atau keinginan bunuh diri sering dialami oleh penderita epilepsi. 1 dari 3 penderita epilepsi dapat mengalami gangguan emosional, dibutuhkan penangan segera jika mereka mereka mengalami hal ini.
Epilesi juga dapat menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa, seperti:
  • Status epileptikus. Suatu kondisi dimana kejang terjadi secara terus-menerus dan berlangsung selama lebih dari 5 menit.
  • Sudden Unexpected Death in Epilepsy (SUDEP). Suatu kondisi medis dimana mengalami kematian yang tiba-tiba pada penderita epilepsi yang penyebabnya tidak diketahui, tetapi kondisi ini jarang terjadi. SUDEP berisiko dialami oleh penderita epilepsi yang tidak mendapatkan pengobatan atau sering mengalami kejang tonik-klonik.

 


Prognosis Epilepsi

 

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prognosis epilpesi, seperti jenis kejang, respon pengobatan, dan gaya hidup penderita.

70 % penderita epilepsi yang mendapatkan terapi dapat mengendalikan kejang dengan baik dengan obat-obatan, namun 30% sisanya, kejang terus berlanjut meskipun sudah diobati.

Pengobatan alternatif lain, seperti pembedahan atau neurostimulasi, masih dicoba pada kasus epilepsi yang resistan terhadap pengobatan anti epilepsi . Antara 60% dan 80% pasien dapat bebas kejang selama 5 tahun, dengan atau tanpa pengobatan.

 

 


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Pencegahan Epilepsi

Kepatuhan dalam mengkonsumsi obat anti epilepsi adalah kunci utama dalam mengontrol serangan epilepsi.


Referensi

Referensi:

  • A, Bola. Seizure Disorder. Merck Manual Home Health Handbook. 2008.
  • Mayo Clinic. Epilepsy. 2023.
  • Hospital Barcelona. Prognosis for Epilepsy. 2018
  • Very Well Health. Symptoms of Epilepsy. 2023
  • Yayasan Epilepsi Indonesia. www.ina-epsy.org

(Diperbarui 12 Januari 2024)