Informasi Penyakit

Difteri

BELLA PRICYLLA
21 Mei 2024
Difteri

Difteri

BELLA PRICYLLA
21 Mei 2024

Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil toksin (racun) Corynebacterium diphtheriae.

Beberapa tahun yang lalu, difteri merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak. Saat ini, di negara berkembang, difteri jarang ditemukan karena vaksin difteri telah digunakan secara luas.

Biasanya penyakit ini menyerang saluran pernapasan (terutama laring, amandel dan tenggorokan); tetapi bisa juga menyerang kulit dan toksin yang dihasilkan bisa menyebabkan kerusakan pada saraf dan jantung.


Penyebab Difteri

Penyebab Difteri

Penyebabnya adalah bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri.

Biasanya bakteri berkembangbiak pada atau di sekitar permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan. Beberapa jenis bakteri ini menghasilkan toksin yang sangat kuat, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan otak.

bakteri penyebab difteri


Gejala Difteri

Gejala Difteri

Gejala biasanya diawali dengan nyeri tenggorokan ringan dan nyeri saat menelan. Anak mengalami demam, denyut jantung cepat, mual, muntah, menggigil dan sakit kepala. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di leher.

Bakteri juga bisa menimbulkan pilek yang biasanya hanya terjadi pada salah satu lubang hidung. Peradangan bisa menyebar ke tenggorokan dan menyebabkan pembengkakan, sehingga saluran napas menyempit dan terjadi sesak napas.

Bakteri membentuk suatu pseudomembran (selaput tebal berwarna abu-abu, yang terdiri dari sel-sel darah putih yang mati, bakteri dan bahan lainnya) di daerah amandel dan tenggorokan. Jika pseudomembran dilepaskan secara paksa, maka lapisan di bawahnya akan berdarah. Pseudomembran bisa menyebabkan penyempitan saluran nafas atau tiba-tiba terlepas dan menyumbat saluran napas, sehingga anak mengalami kesulitan bernapas. Bisa terjadi henti napas dan sianosis (kulit tampak membiru karena kekurangan oksigen). Pada difteri yang ringan jarang terbentuk pseudomembran.

Jika bakteri melepaskan toksin, maka toksin ini akan beredar melalui aliran darah dan bisa menyebabkan kerusakan jaringan di seluruh tubuh, terutama jantung dan saraf. Kerusakan jantung bisa tampak sebagai kelainan ringan pada EKG, atau bersifat sangat berat, menyebabkan gagal jantung dan kematian mendadak.

Toksin biasanya menyerang saraf tertentu, misalnya saraf di tenggorokan sehingga penderita mengalami kesulitan menelan. Selain itu, bisa terjadi peradangan pada saraf lengan dan tungkai, sehingga terjadi kelemahan pada lengan dan tungkai. Pemulihan jantung dan saraf akan berlangsung secara perlahan selama berminggu-minggu.

Difteri juga bisa menyerang kulit dan keadaannya disebut difteri kutaneus, yang terutama ditemukan pada orang-orang dengan tingkat kebersihan yang jelek. Kadang difteri juga menyerang mata.


Kapan harus ke dokter ?

Segeralah konsultasikan anak anda ke dokter jika anak anda mempunyai keluhan seperti nyeri menelan, terlihat pada tenggorokkan anak terdapat selaput putih, ataupun keluhan lainnya yang membuat anda khawatir.

Difteri perlu mendapatkan penanganan segera, karena selaput putih pada tenggorokkan dikhawatirkan menutup jalan napas yang dapat memperburuk kondisi penderita.


Diagnosis Difteri

Diagnosis Difteri

Diagnosis didasarkan dari gejala-gejala yang ada dan hasil pemeriksaan fisik. Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan terhadap apusan tenggorokan dan dibuat biakan di laboratorium. Untuk melihat kelainan jantung, bisa dilakukan pemeriksaan EKG.


Penanganan Difteri

Pengobatan Difteri

Seorang anak yang menderita difteri harus dirawat di unit perawatan intensif di rumah sakit. Anak akan diisolasi untuk mencegah penularan ke orang lain. Segera diberikan antitoksin (antibodi untuk mengatasi toksin difteri), dalam bentuk suntikan. Dilakukan pemantauan ketat terhadap sistem pernapasan dan jantung. Antibiotik perlu diberikan untuk menghilangkan bakteri difteri. Setelah antibiotik selesai diberikan, dilakukan kultur bakteri ulang. Anak perlu tetap di-isolasi hingga hasil 2x kultur bakteri menunjukkan bahwa sudah tidak terdapat bakteri.


Komplikasi Difteri

Toksin difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf, ginjal ataupun organ lainnya:

  • Miokarditis bisa menyebabkan gagal jantung
  • Gamggiam saraf menyebabkan gerakan menjadi tidak terkoordinasi dan gejala lainnya
  • Kerusakan saraf yang berat bisa menyebabkan kelumpuhan
  • Kerusakan ginjal

Prognosis Difteri

Angka kematian akibat difteri adalah sebesar 10%. Pemulihan difteri yang berat berlangsung perlahan dan anak tidak boleh terlalu banyak bergerak atau kelelahan karena dapat membebani jantung yang mengalami gangguan.


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Pencegahan Difteri

Untuk mencegah penyakit ini, dilakukan imunisasi serial rutin pada masa kanak-kanak (DPT) dan booster setelah dewasa (DT).

Setelah imunisasi serial selesai diberikan saat masa kanak-kanak, maka diperlukan vaksinasi difteri ulang karena kekebalan terhadap difteri perlahan-lahan akan menghilang seiring dengan waktu. Anak-anak memerlukan vaksinasi ulang pertama pada usia sekitar 12 tahun. Vaksinasi ulang selanjutnya dianjurkan untuk dilakukan 10 tahun kemudian, kemudian diulang setiap 10 tahun.

vaksin difteri

Sumber gambar: CDC

Semua orang yang berhubungan dengan penderita difteri (termasuk petugas rumah sakit) harus menjalani pemeriksaan apus tenggorokan. Antibiotik perlu diberikan selama 7 hari sebagai tindakan pencegahan.

Seorang karier (hasil biakan positif, tetapi tidak menunjukkan gejala) tetap dapat menularkan difteri, karena itu perlu diberikan antibiotik dan kemudian dilakukan biakan bakteri ulang pada apus tenggorokannya.

 


Referensi

Referensi:

  • Mayo Clinic. Diphtheria. 2013.
  • W, Geoffrey A. Diphtheria. Merck Manual Home Health Handbook. 2006.
Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa
Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa