Prof. Dr. H. Jusuf Misbach, SpS (K), FAAN |
Gejala yang timbul seperti penglihatan kabur (blurred) atau penglihatan ganda (double vision), kesemutan, tak dapat kencing, kehilangan keseimbangan dan rasa nyeri di bagian tubuh lainnya. Gejala ini bisa mereda dan tiba-tiba kembali menyerang dalam beberapa tahun mendatang.
Itulah beberapa gejala Multiple Sclerosis (MS) yang diungkapkan oleh Prof. Dr. H. Jusuf Misbach, SpS (K), FAAN dalam media edukasi yang diselenggarakan 13 Juni 2007 lalu di Hotel Manhattan, Jakarta.
Tidak banyak yang tahu tentang Multiple Sclerosis (MS). Penyakit yang masih menyimpan banyak rahasia ini adalah suatu penyakit autoimun yang menyerang saraf. Multiple sclerosis (multiple=banyak, sclerosis=pengerasan) adalah penyakit autoimun dengan peradangan di susunan saraf pusat otak dan sumsum tulang belakang yang dipicu oleh infeksi virus.
Multiple Sclerosis Berujung Kelumpuhan
Pada penderita MS, sistem imun tubuh menyerang dan merusak secara reversibel myelin yaitu lapisan pelindung dari lipoprotein yang mengisolasi saraf pusat otak dan sumsum tulang belakang. Kerusakan itu tampak pada scan sebagai daerah yang penuh dengan parut/bercak (plak) keras.
Penyakit yang menyerang usia 20-40 tahun ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Penderita MS banyak ditemukan di daerah beriklim dingin, sedangkan di daerah yang beriklim panas seperti Indonesia, MS menjadi penyakit yang langka.
MS termasuk penyakit kronis yang dapat berlangsung progresif selama 10 tahun atau lebih dan selalu akan berakhir dengan kelumpuhan bahkan kematian. Oleh sebab itu, perlu strategi pengobatan untuk mengatasi jangan sampai terjadi kelumpuhan.
Strategi Pengobatan MS
Secara medis, belum ada obat yang menyembuhkan MS. Obat-obatan yang ada sekarang hanya dapat memperlambat progresivitas penyakit. Pengobatan MS terdiri dari pengobatan jangka pendek dengan steroid untuk mengatasi gejala akut, pengobatan simtomatik untuk menghilangkan gejala-gejala seperti nyeri, kesemutan dan kekakuan, serta pengobatan yang memodifikasi perjalanan penyakit dan mencegah perkembangan penyakit, seperti interferon beta-1b.
Pengobatan MS lebih baik dilakukan segera setelah serangan klinis pertama dibandingkan pengobatan ditunda yaitu pengobatan yang diberikan setelah serangan klinis kedua atau setelah 2 tahun.
Semakin dini pengobatan diberikan, risiko cacat akibat penyakit MS dapat ditunda untuk waktu yang cukup panjang. Demikian menurut hasil studi BENEFIT (Betaferon in newly emerging multiple sclerosis for initial treatment) yang telah dipresentasikan pada pertemuan American Academy of Neurology ke-59 di Boston, AS, beberapa waktu lalu.
Prof. Dr. H. Jusuf Misbach, SpS (K), FAAN, Ketua PERDOSSI (Perhimpunan Spesialis Saraf Indonesia) yang juga menghadiri pertemuan di Boston tersebut menjelaskan hasil temuan studi BENEFIT dalam meningkatkan quality of life penderita MS.
Penemuan dari studi BENEFIT membuktikan bahwa pengobatan segera dengan interferon beta-1b pada pasien yang mengalami serangan pertama yang mengarah pada MS dapat menurunkan risiko kerusakan saraf seperti yang diukur dengan Expanded Disability Status Scale (Skala Status Ketidakmampuan) sebesar 40% selama lebih dari 3 tahun jika dibandingkan dengan pengobatan yang ditunda.