Artikel

Medicastore

Informasi Penyakit

Pemberian ASI

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024
Pemberian ASI

Pemberian ASI

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Setelah bayi lahir, ibu dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Setelah itu, ibu juga didorong untuk masih menyusui bayinya setidaknya selama 12 bulan.

Mengapa ASI penting untuk diberikan?

Berikut beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dengan menyusui dan memberikan ASI pada bayi.

Selama beberapa hari pertama setelah bayi dilahirkan, terdapat cairan berwarna kuning yang keluar sebelum ASI dihasilkan, yang disebut kolostrum. Kolostrum kaya akan kalori dan protein, serta mengandung banyak zat-zat pelindung, termasuk zat anti-bakteri dan zat-zat yang memperkuat sistem kekebalan tubuh, yang sangat penting untuk bayi dan tidak didapatkan di dalam susu formula. Pengeluaran kolostrum berlangsung sangat lambat, sehingga membuat bayi belajar menyusu dan juga belajar menyelaraskan bagaimana menghisap, menelan, dan bernafas.

Setelah 3-4 hari menyusui, payudara akan mulai terasa lebih kencang, kolostrum mulai berubah menjadi air susu. Pada saat ini, jumlah produksi air susu ibu juga akan meningkat, sebagai respon dari bayi yang menyusu. Produksi ASI dipengaruhi oleh stimulasi yang diterima tubuh, dengan kata lain, semakin sering ibu menyusui, maka semakin banyak ASI yang dihasilkan.

Sumber : https://ibu.sehati.co

ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan yang paling ideal untuk bayi baru lahir. Kelebihan ASI dibandingkan susu formula :

  • ASI mengandung nutrisi penting dalam bentuk yang sangat mudah dicerna dan diserap
  • ASI mengandung antibodi dan sel-sel darah putih yang melindungi bayi dari infeksi
  • ASI mengubah keasaman (pH) pada kotoran bayi dan flora usus, sehingga melindungi bayi dari bakteri penyebab diare
  • ASI memiliki rasa yang berbeda, tergantung dari apa yang dimakan oleh ibunya. Dengan merasakan berbagai makanan yang dimakan ibunya, bayi-bayi yang mendapatkan ASI lebih mudah untuk menerima makanan padat
  • Beberapa penelitian menemukan bahwa ASI membantu mencegah terjadinya obesitas pada anak.
  • Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki IQ yang sedikit lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang mendapatkan susu formula.

Karena efek perlindungan ini, bayi yang mendapatkan ASI pada umumnya lebih jarang terkena infeksi dibandingkan bayi yang mendapatkan susu formula. Pemberian ASI juga tampaknya melindungi bayi terhadap timbulnya gangguan-gangguan kronis tertentu, seperti alergi, diabetes, dan penyakit Crohn.

Selain itu, ada juga keuntungan yang didapat oleh ibu dari menyusui:

  • Terciptanya ikatan batin dengan bayi yang lebih kuat dan ibu merasa lebih dekat dengan bayinya.
  • Mengalami waktu pemulihan yang lebih cepat setelah bersalin. Menyusui bayi juga membakar kalori ibu dan membantu rahim menyusut. Dengan demikian, ibu-ibu yang menyusui lebih mampu mendapatkan berat dan bentuk badan semula lebih cepat.
  • Memiliki efek untuk kesehatan jangka panjang, misalnya menurunkan risiko terjadinya obesitas, osteoporosis, tekanan darah tinggi, kanker payudara, kanker indung telur (ovarium), serta penyakit jantung dan pembuluh darah.
  • Ekonomis. Pemberian ASI tidak membutuhkan biaya, dibandingkan dengan susu formula yang cukup mahal. Selain itu, karena bayi-bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi-bayi yang mendapatkan susu formula, maka ibu dapat lebih menghemat biaya untuk pergi berobat.
  • Kemudahan. Orang tua tidak perlu berulang kali pergi membeli susu formula. ASI selalu tersedia dan segar. Dengan menyusui langsung bayi, orang tua tidak perlu memanaskan botol susu terlebih dahulu di tengah malam. Selain itu, ibu juga lebih mudah untuk pergi bersama bayinya karena makanan untuk bayi tersedia kapanpun bayi lapar.

Cara Pemberian ASI yang benar

Cara menyusui bayi yang salah bisa menyebabkan luka pada puting payudara. Tindakan pencegahan lebih mudah untuk dilakukan ketimbang mengobatinya. Oleh karena itu perlu diketahui cara menyusui yang benar :

  • Untuk mulai menyusui bayi, ibu terlebih dulu memposisikan diri yang nyaman dan santai. Ibu bisa duduk atau agak sedikit berbaring dengan bantuan bantal.
  • Posisi yang sering untuk menyusui adalah meletakkan bayi di pangkuan dan bayi menghadap ke ibu.
"Cara Perlekatan ASI"
Sumber : https://aido.id
  • Kaki ibu bisa disokong dengan bangku kecil sehingga membantu ibu agar tidak membungkuk ke arah bayi. Jika ibu membungkuk saat menyusui, maka bisa menimbulkan tegangan pada punggung dan membuat posisi menyusui menjadi tidak nyaman. Bantal atau gulungan selimut bisa diletakkan di bawah bayi untuk membantu menyokong bayi.
  • Ibu menopang leher dan kepala bayi dengan lengan kirinya saat bayi akan menyusu dari payudara kiri. Bayi didekatkan ke payudara, dan bukannya payudara yang didekatkan ke bayi. 
  • Puting payudara ibu tidak memerlukan persiapan khusus sebelum digunakan untuk menyusui. Secara alami, dihasilkan pelumas untuk melindungi permukaan areola dan puting yang dipersiapkan untuk menyusui.
  • Ibu memegang payudaranya, dengan ibu jari dan telunjuk di bagian puncak payudara dan jari lainnya di bawah payudara. Puting payudara disentuhkan ke tengah bibir bawah bayi dan perlahan-lahan digerakkan ke arah dagu bayi, sehingga menstimulasi mulut bayi untuk membuka (efek mencari).
  • Pastikan mulut bayi terbuka lebar dan lidah bayi berada di bawah saat menempel pada puting susu. Sebanyak mungkin areola payudara juga harus masuk ke dalam mulut bayi.
  • Pastikan puting payudara berada di tengah mulut bayi. Hal ini membantu untuk mencegah terjadinya luka pada puting payudara.
  • Pada posisi yang benar, hidung bayi hampir menyentuh payudara ibu (tidak tertekan oleh payudara ibu) dan ibu dapat mendengar bayi menelan.

Saat menyusui, bayi biasanya akan menghisap sebanyak 4-5 kali, kemudian diikuti jeda selama 5-10 detik. Jumlah hisapan bayi akan semakin banyak dengan meningkatnya produksi ASI. Saat aliran ASI mulai berkurang, pola hisapan bayi mulai menurun, menjadi 3-4 kali diselingi jeda lebih dari 10 detik.

Kebanyakan bayi akan melepaskan payudara dengan sendirinya. Jika bayi tidak juga melepaskan payudara, tetapi hisapan tampak terbatas pada bagian depan mulut saja, maka bayi dapat dilepaskan dari payudara, yaitu dengan memasukkan jari ke dalam mulut bayi (diantara gusi) untuk menghentikan hisapan dan perlahan-lahan menekan dagu bayi ke bawah.

Saat menyusui, ibu bisa berganti posisi untuk payudara kiri dan kanan. Pada awalnya, bayi cenderung menyusu selama beberapa menit pada setiap payudara.

Produksi ASI dipicu oleh refleks umpan balik yang muncul saat bayi menyusu, sehingga jumlah ASI yang dihasilkan tergantung dari berapa lama bayi menyusu. Oleh karena itu, waktu menyusui harus cukup lama agar produksi ASI bisa berjalan lancar. Untuk anak pertama, produksi ASI yang lancar biasanya terjadi dalam 72-96 jam setelah persalinan. Untuk anak berikutnya, proses pembentukan ASI akan terjadi lebih cepat.

Saat beberapa minggu pertama, bayi harus didorong untuk menyusu dari kedua payudara setiap kali menyusu. Namun, beberapa bayi bisa tertidur saat menyusu pada payudara pertama. Jika demikian, maka pada saat menyusui berikutnya harus dimulai dari payudara kedua.

Pada beberapa hari pertama menyusui, jeda waktu antara jadwal menyusui tidak boleh lebih dari 6 jam agar dapat menstimulasi produksi ASI. Pemberian ASI juga harus sesuai dengan keinginan bayi, ketimbang menurut jadwal yang diatur. Lama menyusui juga tergantung dari kebutuhan bayi.

Setelah menyusui, cobalah menepuk-nepuk punggung bayi agar bayi bisa bersendawa. Seringkali, gerakan saja sudah bisa membuat bayi bersendawa. Jika bayi banyak muntah, maka mungkin bayi butuh lebih sering ditepuk-tepuk untuk bersendawa. Namun, muntah yang terjadi setiap kali bayi menyusu mungkin merupakan suatu keadaan yang membutuhkan perhatian lebih lanjut. Muntah yang terus menerus terjadi pada bayi yang mendapat ASI bisa disebabkan oleh sumbatan pada saluran cerna yang menghalangi pengosongan lambung.

Ibu-ibu yang bekerja masih bisa menyusui bayinya saat berada di rumah dan dapat memompa ASI-nya untuk disimpan di botol, sehingga bayi bisa tetap mendapatkan ASI saat ibu sedang tidak berada di rumah.

Tanda Bayi Lapar

Ada beberapa tanda bahwa bayi lapar, antara lain: 

  • menggerakkan kepala dari satu sisi ke sisi yang lain
  • membuka mulut
  • mengeluarkan lidahnya
  • memasukkan tangan dan kepalan tangannya ke dalam mulut
  • mengkerutkan bibirnya seperti hendak menghisap
  • memperlihatkan refleks mencari (rooting reflex) 

"Tanda Awal Bayi Lapar"

Sumber : wordpress.com

Kondisi-Kondisi dimana ASI Tidak Diberikan

Ada beberapa keadaan dimana menyusui bisa membahayakan bayi. Ibu sebaiknya tidak menyusui bayinya jika:

  • positif HIV, karena bisa menularkan virus HIV ke bayinya melalui ASI
  • terkena TBC yang belum diobati
  • mendapatkan kemoterapi untuk kanker
  • menggunakan obat-obat terlarang, seperti kokain atau mariyuana
  • mengkonsumsi obat-obat tertentu, misalnya obat untuk sakit kepala, obat untuk Parkinson, atau obat untuk radang sendi
  • bayi memiliki suatu kondisi yang jarang, yang disebut galaktosemia, dan tidak bisa menerima galaktosa yang terdapat di dalam ASI

Tanda-Tanda Bayi Mendapatkan ASI yang Cukup

Ada beberapa tanda yang dapat dilihat untuk memastikan bahwa bayi mendapatkan cukup makan, antara lain : 

  • Bayi tampak puas dan kenyang setelah menyusu
  • Popok bayi basah sekitar 4-6 kali setiap hari
  • Bayi buang air besar secara teratur
  • Bayi dapat tidur dengan nyenyak
  • Bayi tampak segar saat bangun tidur, bisa menangis dengan keras, kulit tampak bagus, memiliki refleks menghisap yang kuat
  • Berat badan bayi bertambah

Bayi mungkin tidak mendapatkan cukup asupan makan jika :

  • Bayi tidak tampak kenyang setelah menyusu
  • Seringkali tampak lapar
  • Popok jarang basah atau kotor
  • Bayi menjadi rewel dan banyak menangis
  • Tidak mengalami pertambahan berat badan

Saat Berhenti Menyusui

Kapan waktu untuk berhenti menyusui tergantung dari kebutuhan dan keinginan ibu dan bayinya. Yang paling baik adalah dengan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, kemudian bayi mulai diberi makanan padat sambil tetap diberi ASI sampai usia 12 bulan. Setelah itu, pemberian ASI tergantung dari keinginan ibu dan bayinya.

Penghentian secara bertahap dalam waktu beberapa minggu atau bulan lebih mudah dilakukan untuk bayi dan ibunya, ketimbang penghentian yang tiba-tiba. Ibu awalnya bisa mengganti jadwal menyusui dengan memberikan susu formula atau jus buah (pada bayi yang berusia di atas 6 bulan). Pada saat waktu makan, jadwal menyusui harus diganti dengan makanan padat (untuk bayi-bayi yang sudah bisa mendapatkan makanan padat).

Perawatan Ibu Menyusui

Saat menyusui, payudara cenderung membengkak dan menimbulkan rasa tidak nyaman. Pembengkakan dan rasa tidak nyaman ini bisa dikurangi dengan cara :

  • lebih sering menyusui
  • mengenakan bra yang nyaman
  • memompa ASI secara manual, sehingga mengurangi tekanan.

Ibu mungkin perlu mengeluarkan ASInya secara manual sebelum menyusui agar mulut bayi dapat mencakup daerah areola yang membengkak.

Setelah menyusui, ASI yang tersisa di puting dibiarkan mengering dengan sendirinya, jangan dilap atau dicuci. Pada iklim yang sangat kering, lanolin hipoalergenik atau salep bisa dioleskan pada puting. Jangan menggunakan BH yang memiliki lapisan plastik.

Seorang ibu yang menyusui memerlukan zat gizi tambahan terutama kalsium. Produk hasil olahan susu merupakan sumber kalsium yang sangat baik. Tetapi jika ibu tidak menyukai susu, maka bisa diganti dengan kacang-kacangan dan sayuran hijau. Atau juga bisa mengkonsumsi kalsium tambahan dalam bentuk tablet. Vitamin tambahan lainnya tidak diperlukan lagi bila kebutuhan gizi sudah terpenuhi dalam makanan ibu.


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Referensi

Referensi:

  • B, Roy. Breastfeeding Overview. Web MD. 2013.
  • D, Joseph. D, Karin Y. Breastfeeding. FAQs: Getting Started. Kids Health. 2012.
  • D, Joseph. D, Karin Y. Breastfeeding. How Much and How Often. Kids Health. 2012.
  • D, Joseph. D, Karin Y. Breastfeeding vs Formula Feeding. Kids Health. 2012.
  • L, Ruth A. Feeding of Newborns and Infants. Merck Manual Handbook. 2006.

Diperbarui 28 Agustus 2023