Artikel

Medicastore

Informasi Penyakit

Keratoconus

VIDYA HARTIANSYAH
12 Desember 2023
Keratoconus

Keratoconus

VIDYA HARTIANSYAH
12 Desember 2023

Keratoconus adalah gangguan degeneratif non-peradangan mata di mana perubahan-perubahan struktural dalam kornea menyebabkannya tipis dan mengubah ke bentuk lebih kerucut daripada normal, bahkan kurva, sehingga menyebabkan distorsi (kabur/buram) dan mengurangi penglihatan.

Kita melihat melalui kornea, yaitu bagian mata yang  jernih dan terletak di tengah permukaan depan mata. Kornea normal berbentuk kubah. Namun kadang-kadang, struktur kornea tidak cukup kuat untuk menahan bentuk kubah tersebut sehingga kornea menonjol keluar seperti kerucut. Kondisi inilah yang disebut sebagai keratoconus.

Mata Dengan Kornea Normal Dan Keratoconus

Sumber : https://www.clevelandeyeclinic.com/

 


Penyebab Keratoconus

Penyebab Keratoconus

Penyebabnya tidak diketahui. Keratokonus lebih sering ditemukan pada pemakai lensa kontak dan penderita rabun dekat. Beberapa faktro risiko terbentuknya keratokonus:

  • Riwayat keluarga dengan keratokonus, Keratoconus tampaknya diturunkan dalam keluarga.
  • Kelainan atopi, Kondisi ini lebih sering terjadi pada orang dengan masalah medis tertentu, termasuk kondisi alergi.
  • Cedera mata (misalnya menggisik-gisik mata atau memakai lensa kontak yang keras selama bertahun-tahun), Namun seringkali, tidak ada riwayat cedera mata atau penyakit yang dapat menjelaskan mengapa bentuk mata mulai berubah.
  • Penyakit mata tertentu (misalnya retinitis pigmentosa, retinopati, konjungtivitis vernal).
  • Beberapa kelainan jaringan ikat, seperti sindroma Ehlers-Danlos, sindroma Marfan, dan osteogenesis imperfecta
  • Penyakit sistemik (misalnya amorosis kongenitalis Leber, sindroma Ehlers-Danlos, sindroma Down dan osteogenesis imperfekta).
  • Kelainan bawaan (kongenital) dengan gangguan penglihatan, misalnya neuropati optik kongenital, ROP-Retinopathy of Prematurity, dan aniridia

Serat protein di dalam mata, yang disebut kolagen, berperan menjaga kornea pada tempatnya dan agar kornea tidak menonjol. Ketika serat ini melemah, maka serat tidak dapat menjaga bentuk kubah kornea dan menyebabkan kornea menjadi semakin mengerucut.


Gejala Keratoconus

Gejala Keratoconus

Keratoconus berpengaruh pada penglihatan dalam dua cara:

  • Perubahan kornea dari bentuk kubah ke bentuk kerucut, disertai permukaan yang sedikit bergelombang sehingga terjadi silindris (astigmatism) tidak teratur.
  • Bagian depan kornea mengembang sehingga penglihatan menjadi lebih rabun. Hal ini berarti, hanya benda-benda dekat yang dapat terlihat dengan jelas. Benda atau sesuatu yang terlalu jauh akan terlihat buram.

Gejala-gejala yang bisa disebabkan oleh keratoconus, antara lain:

  • Perubahan penglihatan yang tiba-tiba pada satu mata.
  • Penglihatan ganda ketika melihat dengan satu mata saja.
  • Benda yang dekat dan jauh terlihat seperti terdistorsi (buram/kabur).
  • Cahaya yang terang tampak seperti memiliki lingkaran di sekitarnya.
  • Sinar/cahaya tampak bergaris-garis.
  • Penglihatan berbayang (1 benda terlihat menjadi banyak/triple ghost image)

Kebanyakan penderita keratoconus mengalami kondisi ini pada kedua matanya dan dapat dengan tingkat yang berbeda. Biasanya terjadi pada satu mata dan kemudian ke mata lainnya.

"Penglihatan Keratoconus"

Sumber: www.my-mata.com


Diagnosis Keratoconus

Diagnosis Keratoconus

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kornea dengan

  • Slit lamp  
  • Pengukur kelengkungan kornea. Ada beberapa cara pengukuran yang dapat dilakukan antara lain:
  1. Instrumen keratometer, yaitu kornea disinari cahaya dan pantulan sinar memberitahu dokter bagaimana kelengkungan kornea mata.
  2. Instrumen komputerisasi yang membuat peta tiga-dimensi dari kornea.
  • Pakimetri, Dengan pakimetri pada keratokonus stadium lanjut, penipisan kornea bisa diukur.

 


Penanganan Keratoconus

Pengobatan Keratoconus

Mengobati keratoconus melibatkan menghentikan perkembangan penyakit dan memperbaiki penglihatan. Tautan silang kornea adalah pilihan pengobatan yang relatif baru untuk menghentikan perkembangan keratoconus. Dalam kebanyakan kasus, melibatkan menghilangkan lapisan permukaan kornea dan menanamkan riboflavin (sejenis vitamin B) ke kornea. Ini kemudian diaktifkan dengan sinar UV. Reaksi selanjutnya menciptakan ikatan tambahan antara serat kolagen yang memperkuat kornea.

Metode untuk meningkatkan penglihatan termasuk penggunaan kacamata atau lensa kontak lunak dalam kasus ringan. Namun, seiring perkembangan penyakit, ini bukan lagi pilihan yang cocok karena kornea yang sangat tidak teratur.

Pilihan pengobatan untuk penyakit sedang hingga berat meliputi:

1) Lensa Kontak Permeabel Gas Kaku (RGP)

Lensa ini kaku dan karena itu mempertahankan bentuk bolanya pada mata alih-alih menyesuaikan dengan kornea yang tidak teratur. Ini bertindak untuk membentuk kembali permukaan kornea.

2) Intacs

Intacs adalah jenis segmen cincin kornea yang dapat ditanamkan ke dalam kornea untuk meningkatkan penglihatan. Implan meratakan kornea memungkinkan sinar cahaya untuk fokus dengan benar pada kornea.

3) Transplantasi kornea

Transplantasi kornea adalah jenis operasi yang bertujuan untuk mengangkat jaringan kornea yang sakit dan menggantinya dengan jaringan donor yang sehat untuk meningkatkan penglihatan.

Ini mungkin transplantasi ketebalan penuh atau sebagian ketebalan, bergantung pada tingkat keparahan penyakit.


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Referensi

Referensi:

  • Davies PD, Lobascher D, Menon JA, Rahi AHS, Ruben M. Immunological studies in keratoconus. Trans Ophthalmol Soc UK 1976;9:173-8.
  • Galin MA, Berger R(1958) Atopy and keratoconus. Am J Ophthalmol 45:904–906.[Medline]
  • Marechal-Courtois C. Topographic study of the cornea at different stages of  the development of keratoconus. Bull Soc Belge Ophtalmol 1967;147: 495-505.
  • Mayo Foundation for Medical Education and Research. Keratoconus. 2013.
  • oasiseye.id/we-treat/keratokonus/
  • R, Melvin. Keratoconus. The Merck Manual. 2012.
  • Spencer WH, Fisher JJ. (1959) The association of keratoconus with atopic dermatitis. Am J Ophthalmol 47:332–334.[Medline]

Diperbarui 24 Agustus 2023