Cedera karena Olahraga
Cedera olahraga adalah segala bentuk ruda paksa/trauma sebagai akibat berolahraga. Cedera olahraga terjadi karena ketidakmampuan jaringan (otot, persendian, tendon, kulit) dan organ tubuh lainnya dalam menerima beban latihan pada saat berolahraga.
Cedera karena olahraga mencakup seperempat dari semua cedera yang terkait pada anak-anak dan remaja, dan insiden ini meningkat karena meningkatnya partisipasi olahraga oleh orang dari berbagai rentang umur. Pencegahan cedera olahraga dapat terwujud dengan adanya peningkatan penyuluhan untuk para olahragawan tentang kebutuhan spesifik dari olahraga tertentu dan risikonya.
Penyebab Cedera karena olahraga
Penyebab Cedera karena olahraga
Menurut penyebabnya:
1. Overuse injury
Overuse injury disebabkan oleh gerakan berulang yang terlalu banyak dan terlalu cepat.
2. Traumatic injury
Traumatic injury disebabkan adanya benturan atau gerak melebihi kemampuan
Faktor yang mempengaruhi terjadinya cedera
a. Kondisi individu/perorangan
Umur, Kemampuan fungsi tubuh akan menurun setelah usia 30 tahun sehingga lebih beresiko mengalami cedera.
- Jenis Kelamin, Perempuan lebih rentan terhadap cedera dibandingkan laki-laki karena perbedaan struktur anatomi dan kemampuan fisiologi.
- Karakter, Tipe kepribadian yang temperamental/emosional akan meningkatkan resiko terjadinya cedera.
- Pemanasan (Warming Up), Pemanasan yang kurang baik akan mempengaruhi kesiapan tubuh dalam menerima beban saat berolahraga.
- Kelainan postur, Tubuh yang sehat, kelelahan, dan berat badan berlebih akan memudahkan terjadinya cedera olahraga
b. Sarana olahraga
-
Peralatan yang bentuk dan ukurannya tidak sesuai dengan masing-masing individu akan memudahkan terjadinya cedera
c. Karakteristik olahraga
-
Jenis olahraga akan mempengaruhi bagian tubuh yang rentan cedera, olah karena itu bila diperlukan dapat menggunakan pelindung tubuh sesuai kebutuhan
d. Lingkungan fisik
-
Suhu dan kelembaban udara yang ekstrem mempengaruhi tubuh saat berolahraga
Gejala Cedera karena olahraga
Gejala Cedera karena olahraga
- Strain. Merupakan kerusakan yang terjadi pada saat otot dan atau tendon karena penggunaan atau peregangan yang berlebihan. Jenis cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap. Strain sering terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha), otot hamstrings (otot paha bagian bawah/belakang), dan otot quadriceps(otot bagian depan paha).
"Perbedaan Strain dan Sprain"
Sumber : https://medisarfkikuaj.weebly.com
-
Sprain (keseleo)Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi.
-
Contusio (benturan). Merupakan kerusakan yang terjadi pada jaringan lunak karena benturan langsung pada otot atau ligamen. Bila disertai dengan perdarahan disebut hematom (memar).
-
Dislocation. Merupakan pergeseran letak sendi dari tempat yang seharusnya disertai dengan kerusakan kapsul sendi dan ligamen yang mengelilinginya
-
Frakture/patah tulang. Merupakan terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan baik komplit maupun tidak komplit.
Macam-macam patah tulang:
• Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.
• Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.
-
Heat exhaustion (sengatan panas). Merupakan kelelahan akibat sengatan panas. Bila tidak segera ditangani dapat menimbulkan gangguan pembuluh darah otak (heat stroke).
-
Luka. Merupakan hilangnya/diskontinuitas jaringan yang menyebabkan terpaparnya jaringan dengan dunia luar, misalnya laserasi, maserasi, ekskoriasi (lecet).
Gejala Yang Muncul:
- Nyeri pada persendian tulang, nyeri bila anggota badan digerakkan khususnya dilokasi cedera,
- Nyeri tekan,
- Inflamasi/peradangan (bengkak),
- ketidakmampuan menggerakkan tungkai,
- Spasme otot,
- kehilangan kekuatan,
- Memar dan bengkak disekitar persendian tulang yang terkena cedera,
- Perubahan warna kulit terjadi hemarthrosis atau pendarahan sendi, persendian terganggu, dll,
- ROM (range of movement/keterbatasan lingkup gerak sendi) menurun
- Kekuatan organ yang cedera melemah dibanding dengan organ yang tidak mengalami cedera.
Gejala di atas tidak semua terjadi, tergantung jenis, lokasi dan trauma/proses cedera yang dialami.
Diagnosis Cedera karena olahraga
Diagnosis Cedera karena Olahraga
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, keterangan dari penderita mengenai aktivitas yang dilakukannya dan hasil pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan meliputi:
- Rontgen
- CT scan
- MRI
- Artroskopi
- Elektromiografi
- Pemeriksaan dengan bantuan komputer lainnya untuk menilai fungsi otot dan sendi.
Penanganan Cedera karena olahraga
Pengobatan Cedera karena Olahraga
PENANGANAN DASAR CEDERA
- Rest: istirahatkan bagian yang cedera.
- Ice: kompres es segera setelah trauma, selama 42 jam pertama(2 hari), kompres 10-15menit diulangi tiap 2-4 jam
- Compression: tekan dengan pembalutan.
- Elevation: Naikkan bagian cedera lebih tinggi dari jantung.
- Kompres panas: boleh dilkukan setelah pembengkakan jenuh,biasanya 72 jam stealah cedera.
- Hydrotherapy/Electrotherapy (Fisioterapi).
- Massage (pijat) dilakukan setelah 72 jam setelah cedera, namun masih jadi perdebatan karena hal ini dapat memperburuk kondisi cedera.
- Obat anti sakit dan anti radang.
- Penanganan patah tulang dilakukan sebagai berikut:
Olahragawan tidak boleh melanjutkan pertandingan, pertolongan pertama dilakukan oleh dokter secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, karena pada waktu itu olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan reposisi, kemudian dipasang spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta menghentikan perdarahan.
Yang harus diperhatikan pada penanganan cedera
1. Bila terjadi cedera, segera diobati sampai sembuh sempurna
2. Lakukan latihan pasca cedera, yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi seperti semula
Cara:
Latihan peregangan (stretching exercise)
Latihan kekuatan (strengthening exercise)
Latihan daya tahan
Yang harus dihindari saat terjadi cedera adalah HARM, yaitu:
H: Heat (Panas), akan melebarkan pembuluh darah sehingga bisa terjadi perdarahan/bleeding.
A: Alkohol, akan meningakatkan/memperbesar bengkak.
R: Running (Lari/Olahraga), akan memperburuk cedera.
M: Massage (Pijat), tidak boleh dilakukan pada 3 hari pertama cedera karena akan memperburuk cedera dan bengkak akan membesar.
Dokter Spesialis
Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Pencegahan Cedera karena Olahraga
- Pemanasan sebelum melakukan latihan yang berat dapat membantu mencegah terjadinya cedera.
Latihan ringan selama 3-10 menit akan menghangatkan otot sehingga otot lebih lentur dan tahan terhadap cedera.
Metode pemanasan yang aktif lebih efektif daripada metode pasif seperti air hangat, bantalan pemanas, ultrasonik atau lampu infra merah. Metode pasif tidak menyebabkan bertambahnya sirkulasi darah secara berarti.
- Pendinginan adalah mengurangi latihan secara bertahap sebelum latihan dihentikan.
Pendinginan mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah. Jika latihan yang berat dihentikan secara tiba-tiba, darah akan terkumpul di dalam vena tungkai dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke kepala.
Pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya asam laktat dari otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak mencegah sakit otot pada hari berikutnya, yang disebabkan oleh kerusakan serat-serat otot.
- Latihan peregangan tampaknya tidak mencegah cedera, tetapi berfungsi memperpanjang otot sehingga otot bisa berkontraksi lebih efektif dan bekerja lebih baik.
Untuk menghindari kerusakan otot karena peregangan, hendaknya peregangan dilakukan setelah pemanasan atau setelah berolah raga, dan setiap gerakan peregangan ditahan selama 10 hitungan.
Berikut Gambar-Gambar Cara Pemanasan (Stretching) atau Warm-Up exercise:
"Berbagai gerakan pemanasan"
Sumber : https://apki.or.id/
Referensi
Referensi
- Hardianto Wibowo, dr. 1995. Pencegahan dan Petatalaksanaan Cedera Olahraga. Cetakan 1. EGC.
- Knight KL. Cryotherapy in Sport Injury Management.1995
- Peterson, L, Renstrom, P. 1996. Sport Injuries. CIBA.
- Santosa, Andy, A. 1994. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Jakarta: Akper Sint Carolus
- Sobotta. 2000. Atlas Anatomi Manusia. Jakarta: EGC
- Sutarmo, Setiaji. V. D. 1990. Buku Kuliah Anatomi Fisiologi. Jakarta: FKUI
Diperbarui 24 Agustus 2023