Tennis Leg
Tennis leg merupakan salah satu cedera yang cukup sering terjadi di dunia olahraga.
Keluhan betis sakit tiba-tiba ini banyak diderita oleh pemain tenis, sehingga dikenal dengan istilah tennis leg. Namun demikian, atlet di bidang lain juga dapat mengalaminya. Keluhan betis sakit tiba-tiba, sering terjadi pada atlet dengan aktivitas berlari atau melompat dengan kecepatan dan beban yang tinggi.
Betis dibentuk oleh 3 macam otot yaitu 2 otot gasctrocnemius (sebelah dalam dan luar) dan 1 otot soleus di mana ke 3 otot tersebut menyatu dan melekat pada bagian bawah kaki membentuk tendon achilles.
Anatomi Otot Betis
Betis sakit tiba-tiba, sering terjadi karena cedera pada otot gastrocnemius, namun otot soleus pun dapat mengalami cedera.
Penting untuk dapat membedakan lokasi cedera, sehingga pengobatan tennis leg yang dilakukan dan upaya pencegahan terjadinya cedera berulang dapat sesuai dan tepat sasaran.
Lokasi Nyeri Tennis Leg
Otot gastrocnemius merupakan otot yang terletak paling luar pada betis, sehingga rawan cedera, terutama pada atlet yang lebih tua. Otot lain yaitu otot soleus terletak lebih dalam posisinya, sehingga lebih jarang mengalami cedera. Fungsi kedua otot ini hampir sama.
Penyebab Tennis leg
Penyebab Tennis Leg
Penyebab tennis leg adalah akibat adanya peregangan yang berlebihan dan kontraksi yang kuat secara tiba-tiba pada otot betis sehingga menimbulkan robekan.
Tennis leg paling sering terjadi pada bagian kepala otot gastrocnemius. Otot gastrocnemius dianggap paling berisiko mengalami cedera karena otot ini melintasi 2 buah sendi yaitu sendi lutut dan sendi pergelangan kaki dan memiliki kepadatan dan ketebalan yang cukup tinggi.
Otot betis secara signifikan melebar saat pergelangan kaki atlet menekuk ke atas. Otot betis ini dapat mengalami robekan akibat gerakan yang memicu perubahan mendadak dengan kekuatan yang maksimal dan penuh paksaan. Robekan pada otot betis akan menyebabkan keluhan sakit betis yang tiba-tiba dan cukup hebat.
Faktor Risiko Tennis Leg
- Usia
Tennis leg atau keluhan betis sakit sering terjadi pada orang usia paruh baya dengan aktivitas yang sedang hingga tinggi, namun dilakukan secara tidak teratur (pada aktivitas/olahraga yang bersifat rekreasi).
Otot betis yang besar namun kurang lentur/fleksibel, ketika dipicu gerakan yang tiba-tiba dan dipaksakan, dapat menyebabkan timbulnya Tennis Leg.
- Kegiatan
Aktivitas fisik yang membutuhkan kecepatan dan gerakan tiba-tiba pada kaki merupakan faktor risiko tennis leg. Akibat regangan maksimal pada otot betis tersebut dapat terjadi robekan.
Terlebih apabila proses pemanasan yang dilakukan tidak memadai sehingga otot menjadi kurang lentur dan kurang terlatih.
- Cedera sebelumnya
Faktor risiko tennis leg atau keluhan betis sakit lainnya adalah adanya riwayat cedera pada otot betis sebelumnya yang mungkin telah sembuh namun menimbulkan jaringan parut (fibrosis). Otot dengan jaringan parut akan menyebabkan kekuatan dan kelenturannya berkurang, sehingga mudah mengalami cedera dan robekan kembali.
Gejala Tennis leg
Gejala Tennis Leg
- Betis sakit secara tiba-tiba. Keluhan ini umumnya dipicu oleh gerakan berlebihan dari otot betis tersebut.
- Adanya sensasi seperti sebuah pukulan hebat di daerah betis dan kadang terdengar bunyi "pok" di daerah betis.
- Pergelangan kaki sulit digerakkan (gerakan menjadi terbatas)
- Gejala khas tennis leg (kondisi sakit berat), posisi kaki akan menekuk pasif (karena peregangan dari serat otot yang robek) serta pergelangan kaki sulit diluruskan.
- Bengkak yang memanjang mulai dari bawah lutut bagian belakang hingga pergelangan kaki.
- Memar sepanjang area yang membengkak
- Kondisi tendon Achilles umumnya baik, begitu pula kondisi pembuluh darah yang melewati area tersebut.
Diagnosis Tennis leg
Diagnosis Tennis Leg
Untuk memastikan kondisi tennis leg, selain pemeriksaan fisik, dokter umumnya akan melakukan pemeriksaan otot betis menggunakan ultrasonografi muskuloskeletal (USG MSK) untuk mengetahui secara pasti lokasi robekan otot.
Penggunaan USG MSK dilkukan mengingat terdapat 3 otot pembentuk betis yang mungkin mengalami robekan.
USG MSK ini sangat berguna untuk pemeriksaan awal tennis leg, saat terjadi nyeri parah dan bengkak hebat, dan berfungsi sebagai triase awal cedera betis.
Diagnosis pasti tennis leg harus segera ditegakkan agar proses terapi dapat ditentukan segera.
USG memiliki keuntungan dari segi biaya, portabilitas, kecepatan, ketepatan dan kemudahan penggunaan dibandingkan dengan pemeriksaan yang lain.
Penanganan Tennis leg
Pengobatan Tennis Leg
Diagnosis tennis leg yang akurat dan penanganan yang tepat dan dini, dapat mempengaruhi durasi dan jumlah kecacatan.
Penanganan tennis leg ditujukan untuk mengatasi dan membatasi perdarahan dan nyeri, serta mencegah komplikasi. Penanganan tennis leg yang tidak tepat dan lengkap, dapat memperpanjang masa pemulihan dan meningkatkan risiko terjadinya cedera berulang.
Pemulihan kekuatan dan fleksibilitas total otot betis pada tennis leg harus dicapai sebelum kembali melakukan aktivitas seperti pra-cedera.
-
Pertolongan Pertama Tennis Leg dengan metode RICE
Pertolongan pertama menggunakan metode RICE.
Metode RICE adalah suatu protokol penanganan cedera yang harus segera dilakukan pada setiap cedera agar kondisi tidak bertambah parah.
Langkah-langkah pertolongan pertama tennis leg mencakup:
- Mencegah dan membatasi pergerakan dan mengistirahatkan bagian yang cedera (Rest)
- Melakukan kompres dingin (Ice)
- Melakukan penekanan atau pembebatan (Compress)
- Meninggikan bagian yang cedera (Elevation)
-
Penggunaan obat-obatan anti radang dan pembengkakan
Sebaiknya dibatasi hanya untuk 24–72 jam pertama karena efek samping yang dapat timbul.
-
Penanganan Konservatif (non bedah)
Pengobatan tennis leg umumnya bersifat konservatif. Pengobatan konservatif tennis leg melalui proses rehabilitasi, dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi cederanya. Rangkaian pengobatan konservatif tennis leg atau betis sakit dilakukan setelah proses radang akut terlampaui.
Segera konsultasikan dengan dokter yang tepat untuk mendapatkan solusinya.
Dengan pemeriksaan USG, dokter akan memastikan lokasi robekan dan mulai menentukan program terapi konservatif yang meliputi:
- Penyedotan darah yang terkumpul di area otot betis yang robek dengan panduan USG.
- Balut tekan (pembebatan) dilakukan setelah darah dikeluarkan agar lapisan yang robek dan terpisah pada betis sakit dapat merekat kembali.
- Kinesiotaping pada betis sakit dapat membantu untuk merelaksasi otot gastrocnemius.
- Terapi fisik menggunakan alat stimulasi listrik, ultrasound dan pemanasan infra merah untuk membantu perangsangan saraf-saraf dan melancarkan aliran darah , dengan demikian oksigenasi jaringan yang cedera akan bertambah dan akan mempercepat proses penyembuhan.
- Terapi panas (infra merah) 2 minggu setelah terjadi robekan, dapat merangsang perbaikan jaringan yang robek.
- Penderita akan diberi latihan untuk melenturkan otot gastrocnemius dan soleus, disertai latihan untuk menguatkan otot soleus agar dapat mengimbangi otot gastrocnemius yang jauh lebih kuat.
- Latihan Peregangan dan Penguatan Otot Betis
-
Penanganan Bedah
Tindakan bedah dipertimbangkan pada kondisi
- Cedera terjadi pada stadium III dimana telah terjadi gangguan fungsi otot 50-100%
- Pada kasus-kasus lama (4-6 bulan) yang tidak berhasil dengan terapi konservatif
- Terjadi komplikasi berupa kontraktur (perlengketan/perlekatan) otot-otot yang mengalami cedera sehingga menyulitkan dan membatasai pergerakan otot dan menimbulkan rasa nyeri apabila otot dipaksakan untuk bergerak.
Dokter Spesialis
Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Pencegahan Tennis Leg
Beberapa upaya dibawah ini perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan tennis leg:
- Lakukan pemanasan lengkap sebelum memulai aktivitas olahraga. Latihan peregangan otot betis sangat diperlukan untuk mempersiapkan otot betis menerima beban besar dan tiba-tiba, yang sering terjadi selama aktivitas olahraga.
- Lakukan latihan peregangan dan penguatan otot betis secara bertahap dan teratur sehingga otot betis secara perlahan dapat beradaptasi dengan peningkatan beban.
- Gunakan sepatu olahraga yang benar-benar sesuai dengan insole yang baik, sehingga stabilitas kaki dapat terjaga dengan kenyamanan optimal.
- Lakukan pemijatan apabila otot betis terasa kaku dan tegang setiap kali setelah berolahraga. Namun pemijatan harus dihindari apabila telah terjadi cedera pada otot betis yang ditandai dengan timbulnya nyeri hebat yang tiba-tiba.
- Menjaga otot betis tetap kuat dengan istirahat yang cukup dalam setiap program latihan yang dijalani.
Referensi
Diperbarui 22 Agustus 2023