Informasi Penyakit

Spondylolisthesis

VIDYA HARTIANSYAH
28 November 2023
Spondylolisthesis

Spondylolisthesis

VIDYA HARTIANSYAH
28 November 2023

Spondylolisthesis adalah suatu kondisi di mana satu atau beberapa ruas tulang belakang (vertebra) bergeser ke depan dari tulang di bawahnya atau di atasnya.

Umumnya pergeseran ruas tulang belakang ini terjadi di daerah tulang belakang lumbar yaitu pada tulang vertebra L4-L5 (vertebra Lumbal 4-5) dan atau L3-L4 (vertebra Lumbal 3-4). Namun pada vertebra lainpun, pergeseran ruas tulang belakang ini dapat terjadi. Pergeseran ruas tulang belakang dapat terjadi pada dua tingkat atau bahkan tiga tingkat secara bersamaan.

Tidak menutup kemungkinan, pergeseran ruas tulang belakang terjadi pada daerah leher, yang umumnya didahului adanya kelainan pada sendi facet berupa arthritis.


Penyebab Spondylolisthesis

Penyebab Spondylolisthesis

Setiap tingkat tulang belakang terdiri dari deretan tulang-tulang (vertebra) yang dipisahkan oleh bantalan empuk dan lembut (discus intervertebra).

Deretan tulang belakang distabilkan posisinya oleh sendi facet yang juga berfungsi menahan gerakan dari tulang belakang secara berlebihan. Hal ini yang memungkinkan tulang belakang menekuk ke depan (fleksi) dan belakang (ekstensi) tetapi tidak memungkinkan untuk melakukan banyak gerakan rotasi (memutar/berputar)

Akibat proses penuaan umum akan timbul keausan dan menyebabkan perubahan di tulang belakang (vertebra) dan diskus intervertebralis. Diskus kehilangan elastisitas menjadi kaku, dan mulai timbul tonjolan pada tulang vertebra, yang merupakan proses awal degenerasi.

Tulang, sendi, dan ligamen di tulang belakang menjadi lemah dan kurang mampu menahan tulang belakang sejajar, sendi facet, menjadi tidak kompeten dan ketika terlalu banyak fleksi, memungkinkan ruas-ruas tulang belakang meluncur/melesak keluar dari posisi sebenarnya atau mengalami pergeseran.

Penyebab lain pergeseran ruas tulang belakang karena adanya trauma langsung pada tulang belakang yang mengakibatkan fraktur atau akibat adanya masa tumor yang menyebabkan pendesakan pada struktur tulang vertebra, sehingga kehilangan kemampuannya dalam menjaga stabilitas dan posisi ruas-ruas tulang yang ada.

Faktor Risiko Spondylolisthesis

Pergeseran ruas tulang belakang ini umum terjadi pada orang di atas usia 50 tahun, dan jauh lebih banyak terjadi pada orang yang berusia >65 tahun.

Wanita jauh lebih sering dibandingkan pria dengan perbandingan 3:1.


Gejala Spondylolisthesis

Gejala Spondylolisthesis

Pada beberapa orang, pergeseran ruas tulang belakang tidak menimbulkan gejala sama sekali.

Gejala spondylolisthesis timbul apabila terjadi pendesakan atau penekanan pada saraf spinal.

  1. Beberapa pasien mungkin mengalami sakit punggung dan kaki yang berkisar dari yang ringan hingga berat. Nyeri punggung bawah dan/atau sakit kaki adalah gejala yang paling khas untuk pergeseran ruas tulang belakang di daerah pinggang (lumbal).
  2. Gejala spondylolisthesis yang paling umum di kaki termasuk perasaan kelemahan yang sering dikaitkan dengan berdiri terlalu lama atau berjalan.Gejala kaki bisa disertai dengan mati rasa, kesemutan, dan/atau nyeri yang sering dipengaruhi oleh postur.
  3. Timbul sakit siatik, rasa sakit di salah satu atau kedua kaki, atau perasaan lelah pada kaki bagiah bawah ketika berdiri untuk jangka waktu lama atau mencoba untuk berjalan jarak berapapun
  4. Umumnya, pada sakit punggung, membungkuk ke depan atau duduk sering mengurangi gejala, karena dalam posisi membungkuk atau duduk, celah antar tulang belakang lebih terbuka.Dalam posisi berdiri tegak atau berjalan, celah antar tulang belakang semakin menyempit akibat tekanan, sehingga semakin meningkatkan gejala.
  5. Pasien kadang merasakan otot hamstring (otot-otot di belakang paha) terasa tegang
  6. Fleksibilitas punggung bawah kadang menurun, dan kesulitan atau nyeri pada saat ekstensi (melengkungkan punggung ke belakang).

 


Diagnosis Spondylolisthesis

Diagnosis Spondylolisthesis

Pemeriksaan fisik; pasien diperiksa untuk gejala fisik, melalui berbagai gerakan, untuk mengetahui fleksibilitas, kelemahan otot atau gejala neurologis yang mungkin timbul akibat saraf yang terjepit.

Bila dari riwayat medis dan pemeriksaan fisik diduga terjadi pergeseran ruas tulang belakang (spondylolisthesis), maka akan dilakukan beberapa tes pencitraan untuk memastikannya.

Rontgen dilakukan untuk mengkonfirmasikan adanya pergeseran ruas tulang belakang dan/atau mengesampingkan kemungkinan penyebab lain dari gejala pasien. Tes ini memvisualisasikan tulang dan akan menunjukkan apakah vertebra yang dicurigai benar bergeser atau tidak, selain itu rontgen dapat menunjukkan perubahan penuaan, seperti kehilangan tinggi diskus, adanya taji tulang ataupun fraktur pada tulang vertebra.

Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat membuat gambar yang lebih baik untuk jaringan lunak, seperti otot, diskus, saraf, dan sumsum tulang belakang. Hal ini dapat menampilkan lebih detail dari pergeseran ruas tulang belakang dan apakah ada saraf yang terjepit.

Computed tomography (CT) scan lebih rinci dari rontgen dan dapat menampilkan penampang gambar tulang belakang.


Penanganan Spondylolisthesis

Penanganan pergeseran ruas tulang belakang (Spondylolisthesis)

Penanganan Non Bedah

Pengobatan Spondylolisthesis non-bedah tidak akan memperbaiki pergeseran ruas tulang belakang yang terjadi, namun banyak pasien melaporkan bahwa metode ini membantu meringankan gejala. 

Berbagai pilihan pengobatan non-bedah termasuk perawatan diri yang sederhana dapat membantu dalam kondisi ini, seperti:

  • penggunaan kompres dingin dan atau bantalan pemanas
  • konsumsi obat penghilang rasa sakit yang tepat, seperti ibuprofen atau acetaminophen,
  • memodifikasi kegiatan mereka sehingga mereka menghabiskan lebih banyak waktu duduk dan mengurangi waktu berdiri atau berjalan.

Kegiatan modifikasi lainnya meliputi:

  • Melakukan bedrest atau beristirahat satu sampai dua hari, dan tidak terlalu lama bedrest.
  • Menghindari berdiri atau berjalan untuk waktu yang lama
  • Menghindari kegiatan yang memerlukan menekuk ke belakang.
  • Menghindari latihan aktif, kecuali pada kasus yang ringan, namun pemilihan jenis aktivitas fisik harus sangat berhati-hati.
  • Olahraga dilakukan secara bertahap dengan latihan khusus untuk memperkuat dan meregangkan otot-otot punggung bawah dan otot perut, mempertahankan dan/atau meningkatkan jangkauan gerak dan fleksibilitas, yang pada gilirannya cenderung mengurangi rasa sakit serta membantu pasien mempertahankan kemampuan mereka untuk berfungsi dalam sehari-hari kegiatan.
  • Untuk pasien yang ingin lebih aktif, bersepeda stasioner adalah pilihan yang wajar, karena aktivitas di posisi duduk masih dapat ditoleransi.
  • Pilihan lain adalah terapi renang di kolam renang hangat, karena air dapat memberikan dukungan dan daya apung dan pasien diperbolehkan untuk latihan di posisi tertekuk ke depan.

Pada kasus-kasus dimana keluhan nyeri yang terjadi cukup hebat, suntikan steroid epidural dapat menjadi pilihan pengobatan yang wajar. Suntikan efektif dalam membantu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan fungsi pasien hingga 50% kasus.

Efektivitas dari suntikan epidural ini bervariasi, sebagai pereda nyeri dapat berlangsung satu minggu atau satu tahun.

Suntikan epidural intermiten dikombinasikan dengan modifikasi aktivitas, mungkin menjadi pilihan terbaik bagi beberapa pasien, yang telah gagal dengan perawatan non-bedah (untuk mengurangi gejala mereka), namun tindakan operasi justru dapat menimbulkan terlalu banyak risiko.

Penanganan Pembedahan (Operasi)

Tujuan dari operasi adalah untuk meluruskan kembali pergeseran tulang vertebra yang terjadi, sehingga mengurangi tekanan pada saraf dan menjaga stabilitas ruas-ruas tulang belakang.

Pembedahan untuk spondylolisthesis degeneratif jarang diperlukan, dan kebanyakan pasien dapat mengelola gejala mereka dengan pilihan non-bedah di atas.

Operasi juga diindikasikan jika pasien mengalami kerusakan neurologis yang progresif akibat pergeseran tulang vertebra yang cukup berat.

Beberapa risiko dan kemungkinan komplikasi setelah operasi, adalah:

Non union (nonfusion, atau arthrodesis) atau kegagalan proses penyembuhan, kegagalan hardware, timbul nyeri lanjutan, degenerasi segmen yang berdekatan, infeksi, perdarahan, kebocoran dural, kerusakan saraf akar dan semua risiko anestesi umum yang mungkin (misalnya pembekuan darah, emboli paru, pneumonia, serangan jantung atau stroke).

Kondisi yang meningkatkan risiko operasi termasuk:

Merokok (atau asupan nikotin), obesitas, fusi bertingkat, osteoporosis (pengeroposan tulang), diabetes, rheumatoid arthritis, atau sebelum gagal operasi punggung, pada pasien yang memiliki beberapa masalah medis, operasi bisa sangat berisiko.

Operasi dapat memakan waktu hingga satu tahun untuk sepenuhnya pulih. Biasanya, sebagian besar pasien dapat memulai sebagian besar kegiatan mereka setelah tiga bulan.


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Referensi

Diperbarui 21 Agustus 2023

Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa
Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa