Informasi Penyakit

Atelektasis

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024
Atelektasis

Atelektasis

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Atelektasis adalah suatu keadaan di mana seluruh atau sebagian paru menjadi tidak terisi udara dan mengkerut (kolaps).


Penyebab Atelektasis

Penyebab Atelektasis

Penyebab utama terjadinya atelektasis adalah sumbatan pada salah satu bronkus. Bronkus adalah 2 cabang utama dari trakea yang langsung menuju ke paru-paru. Selain itu, sumbatan juga bisa terjadi pada saluran pernapasan yang lebih kecil.

Sumbatan pada saluran napas bisa disebabkan oleh:

  1. Sesuatu yang terdapat di dalam saluran napas, misalnya akumulasi lendir, tumor, bekuan darah, atau benda asing (seperti koin, sepotong makanan, atau mainan). Jalan napas juga bisa tersumbat jika mengalami penyempitan, misalnya akibat infeksi kronis.
  2. Sesuatu yang menekan saluran napas dari luar, misalnya tumor atau kelenjar getah bening yang membesar. Selain itu, sumbatan dari luar juga bisa terjadi jika rongga pleura terisi oleh sejumlah besar udara atau cairan

Setiap keadaan yang membuat seseorang tidak dapat bernapas dalam atau menekan kemampuan seseorang untuk batuk bisa menyebabkan atau berkontribusi untuk terjadinya atelektasis, misalnya :

  1. Pemakaian obat penenang dalam jumlah besar
  2. Rasa nyeri saat bernapas dalam, misalnya pasca operasi dada atau perut.
  3. Kondisi neurologis tertentu, imobilitas, kelainan bentuk dada, dan pembesaran perut, sehingga mengganggu pergerakan dinding dada dan membuat penderita tidak dapat bernapas dalam
  4. Tirah baring yang lama dengan sedikit perubahan posisi
  5. Penderita yang sangat gemuk

Gejala Atelektasis

Gejala Atelektasis

Atelektasis itu sendiri tidak menimbulkan gejala, kecuali terkadang sesak napas. Timbulnya sesak napas dan keparahannya tergantung dari seberapa cepat atelektasis terjadi dan seberapa luas paru-paru yang terkena. 

Gejala-gejala lain yang dapat terjadi:

  1. detak jantung yang cepat
  2. pernapasan yang cepat dan dangkal
  3. penderita tampak membiru, akibat rendahnya kadar oksigen dalam darah
  4. batuk
  5. demam ringan

Gejala-gejala yang muncul juga bisa menggambarkan gangguan yang menyebabkan terjadinya atelektasis, misalnya nyeri dada akibat cedera, atau gangguan yang terjadi akibat atelektasis (misalnya nyeri dada saat bernapas dalam akibat pneumonia).


Diagnosis Atelektasis

Diagnosis Atelektasis

Dugaan adanya atelektasis didasarkan dari gejala-gejala yang ada dan hasil pemeriksaan fisik. Diagnosis bisa dipastikan dengan melakukan pemeriksaan foto sinar-x dada. Terkadang bisa dilakukan CT scan dada, bronkoskopi, atau keduanya untuk menemukan penyebabnya.


Penanganan Atelektasis

Penanganan Atelektasis

Penanganan atelektasis adalah membuat penderita bisa bernapas dalam, menghilangkan sumbatan pada saluran napas, atau keduanya.

Terapi diberikan berdasarkan penyebabnya. Jika terdapat sumbatan, maka perlu dilakukan penanganan untuk mengatasinya, misalnya membersihkan jalan nafas dengan alat penghisap khusus atau pembedahan untuk mengatasi tumor.

Beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk membantu mengembangkan kembali paru-paru yang kolaps, antara lain:

  1. batuk
  2. menepuk-nepuk dada pada daerah yang kollaps untuk melepaskan lendir di dalam saluran napas
  3. berbaring pada sisi paru-paru yang sehat, sehingga paru-paru yang terkena bisa kembali mengembang
  4. latihan bernapas dalam
  5. memposisikan tubuh dengan kepala lebih rendah dari dada, sehingga lendir bisa keluar dari paru-paru dengan lebih baik

Setelah sumbatan hilang, secara bertahap biasanya paru-paru yang mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan kerusakan. Namun, jika atelektasis telah menetap selama beberapa bulan, maka paru-paru mungkin sulit untuk mengembang kembali.

Alat bantu napas bisa diberikan untuk kasus tertentu. Selain itu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, sehingga menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu diangkat.

Berbagai obat yang bisa digunakan pada gangguan paru tertentu, sesuai dengan kondisi masing-masing penderita:

  1. Bronkodilator. Obat ini sebaiknya tidak digunakan oleh orang dengan kondisi berikut: mempunyai penyakit jantung, diabetes, hipertiroid, kanker prostat, kecuali atas petunjuk dan pengawasan dari dokter. Contoh obat bronkodilator adalah Salbutamol, Salmeterol kemudian Aminophyllin dan Theophyllin.
  2. Obat untuk membantu mengencerkan lendir di dalam saluran napas seperti misalnya Bromhexine
  3. Antibiotik, bisa diberikan jika terdapat infeksi bakteri, tergantung dari jenis infeksi dan kondisi penderita. Contoh obat golongan penisilin adalah Amoxicillin, Ampicillin dan Cloxacillin. Sekitar 1 dari 15 orang mempunyai reaksi alergi setelah mengkonsumsi antibiotika golongan penisilin. Beberapa orang bahkan bisa mengalami reaksi alergi yang parah yang disebut dengan syok anafilaksis. Bila mempunyai alergi terhadap antibiotika sebaiknya beritahukan ke dokter saat berkonsultasi. Antibiotika lain ada adalah golongan makrolida, contoh obat golongan makrolida adalah Erythromycin, Spiramycin, Azythromycin dan Clarythromycin. Pilihan obat antibiotika dan dosis obat yang digunakan tergantung dari hasil pemeriksaan dokter mengenai kondisi yang dialami.

Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Pencegahan Atelektasis

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya atelektasis:

  1. Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernapas dalam, batuk secara teratur dan mulai bergerak secepat mungkin yang bisa dilakukan.
  2. Berhenti merokok
  3. Melakukan latihan khusus, termasuk mengubah posisi untuk meningkatkan pengeluaran lendir dari saluran napas.
  4. Penggunaan alat untuk membantu pernapasan pada orang-orang yang tidak dapat bernapas dalam

Referensi

Referensi:

  • C, Basak. Atelectasis. Merck Manual Home Health Handbook. 2013.
  • D, David C. Atelectasis. Medline Plus. 2012.
  • Mayo Clinic. Atelectasis. 2012.
  • NHS. Antibiotics. 2012
  • NHS. Bronchodilator. 2012
Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa
Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa