Koma dan Stupor
Tingkat aktivitas otak yang normal bervariasi sepanjang hari. Aktivitas otak pada saat terjaga sangat berbeda dengan aktivitas otak ketika tertidur. Aktivitas otak ketika mengikuti ujian sangat berbeda dengan aktivitas otak ketika bersantai di pantai. Semua perbedaan tersebut merupakan keadaan yang normal. Aktivitas otak bisa berubah dengan cepat dari satu tingkat kesiagaan ke tingkat lainnya. Pada keadaan siaga yang abnormal (perubahan tingkat kesadaran), otak tidak mampu berubah dan berfungsi sebagaimana mestinya.
Salah satu bagian otak yang terletak jauh di dalam batang otak berfungsi untuk mengendalikan tingkat kesadaran dan secara ritmis merangsang otak untuk terjaga dan siaga. Dalam keadaan normal, kesadaran menerima masukan visual dari mata, suara dari telinga, sentuhan dari kulit dan masukan dari setiap organ sensorik lainnya untuk melengkapi tingkat kesiagaan yang tepat.
Jika sistem perangsangan atau hubungannya dengan bagian otak tidak bekerja sebagaimana mestinya, maka sensasi tidak lagi mempengaruhi tingkat rangsangan dan kesiagaan otak secara tepat. Jika hal ini terjadi, maka akan timbul gangguan kesadaran. Gangguan kesadaran ini bisa berlangsung singkat atau lama dan bisa bersifat ringan atau sama sekali tidak memberikan respons.
Penyebab Koma dan stupor
Penyebab Koma dan Stupor
Berbagai penyakit, cedera atau kelainan yang serius bisa mempengaruhi otak dan menyebabkan stupor atau koma. Penurunan kesadaran sekejap bisa terjadi, misalnya karena cedera kepala ringan, kejang atau berkurangnya aliran darah ke otak, seperti yang terjadi pada saat pingsan atau stroke.
Keadaan tidak sadar yang berlangsung lama bisa disebabkan oleh cedera kepala yang lebih berat, penyakit yang berat (misalnya ensefalitis), reaksi toksik dari obat tertentu atau pemakaian obat penenang atau zat lainnya secara sengaja.
Metabolisme tubuh yang mengatur kadar garam, gula dan bahan kimia lainnya dalam darah, juga bisa mempengaruhi fungsi otak.
Berbagai Keadaan yang Berhubungan dengan Gangguan Kesadaran
Keadaan | Akibat yang Mungkin Terjadi |
Stroke | Penderita bisa masuk ke dalam keadaan koma, segera setelah terjadinya stroke atau beberapa jam kemudian |
Cedera kepala, perdarahan otak | Penderita bisa masuk ke dalam keadaan koma segera atau beberapa jam kemudian Penyebab koma bisa berupa cedera langsung pada otak atau perdarahan di dalam tengkorak |
Infeksi (meningitis, ensefalitis, sepsis) |
Infeksi otak atau infeksi berat di luar otak bisa menyebabkan demam tinggi, adanya zat racun dalam darah dan tekanan darah rendah, yang bisa mempengaruhi fungsi otak dan menyebabkan koma |
Kekurangan oksigen | Hanya beberapa menit setelah kekurangan oksigen, otak bisa mengalami kerusakan menetap Kekurangan oksigen paling sering terjadi pada cardiac arrest akut dan agak sering terjadi pada penyakit paru yang berat |
Menghirup karbonmonoksida konsentrasi tinggi (misalnya dari asap mobil atau sistem pemanas ruangan) |
Karbonmonoksida menempel pada hemoglobin sel darah merah dan mempengaruhi kemampuan sel darah merah dalam mengangkut oksigen Keracunan karbonmonoksida yang berat dapat menyebabkan koma atau kerusakan otak menetap karena kekurangan oksigen |
Kejang epileptik | Jarang terjadi koma setelah kejang, tetapi kalaupun terjadi, biasanya berlangsung selama beberapa menit |
Efek toksik dari obat, obat terlarang atau alkohol | Keracunan alkohol bisa menyebabkan keadaan stupor atau koma, terutama jika kadar alkohol dalam darah lebih dari 0,2% Banyak obat-obatan, baik yang diresepkan maupun obat terlarang, yang bisa menyebabkan koma |
Gagal ginjal atau gagal hati | Koma merupakan pertanda buruk dari gagal hati Gagal ginjal jarang menyebabkan koma karena darah bisa dibersihkan melalui dialisis |
Kadar gula darah yang rendah atau tinggi | Kadar gula darah yang rendah (hipoglikemia) bisa menyebabkan koma. Segera diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yg permanen Kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) juga bisa menyebabkan koma, tetapi lebih jarang terjadi dan tidak seberat hipoglikemia |
Suhu tubuh yang rendah atau tinggi | Demam yang sangat tinggi (diatas 42o Celsius) bisa merusak otak dan menyebabkan koma Suhu dibawah 31°Celsius (hipotermia) bisa menyebabkan stupor atau koma |
Pingsan (sinkop) | Koma karena pingsan hanya berlangsung selama beberapa detik, kecuali ketika terjatuh penderita mengalami cedera kepala |
Kelainan psikis | Malingering (pura-pura sakit atau terluka), histeria dan kataton (keadaan skizofrenik dimana penderita tampak berada dalam keadaan stupor) bisa menyerupai keadaan kehilangan kesadaran |
Gejala Koma dan stupor
Gejala Koma dan Stupor
Beberapa istilah medis digunakan untuk menggambarkan tingkat kesadaran yang abnormal:
- Delirium dan status konfusional menunjukkan keadaan terjaga penuh tetapi terjadi kebingungan; penderita merasa bingung akan kejadian di masa lalu dan sekarang, agitasi dan seringkali tidak mampu mengartikan dan memahami secara tepat.
- Obtundasi adalah berkurangnya rangsangan.
- Hipersomnia merupakan tidur yang sangat lama dan sangat dalam, dimana penderita hanya dapat dibangunkan dengan rangsangan yang sangat kuat.
- Stupor adalah keadaan tidak responsif yang dalam, dimana penderita terbangun hanya jika diguncang secara berulang, dengan suara yang keras, dicubit, ditusuk dengan jarum atau dirangsang dengan rangsangan yang serupa.
- Koma adalah suatu keadaan seperti terbius atau tidur dalam, dimana penderita tidak dapat dibangunkan sama sekali. Dalam keadaan koma bahkan terjadi gangguan respon yang paling primitif (misalnya menghindari nyeri).
Diagnosis Koma dan stupor
Diagnosis Koma dan Stupor
Berbagai pemeriksaan yang bisa dilakukan antara lain:
- Pemeriksaan fisik, seperti:
- Pernapasan. Pernapasan Cheyne-Stokes merupakan pertanda dari adanya kerusakan otak; suatu pola pernapasan yang tidak biasa, di mana penderita bernapas sangat cepat, lalu lebih lambat dan kemudian tidak bernapas sama sekali selama beberapa detik.
- Tekanan darah dan denyut jantung
- Suhu tubuh. Suhu yang tinggi bisa merupakan pertanda adanya infeksi.
- Kulit. Pada kulit dicari tanda-tanda cedera, suntikan obat atau reaksi alergi; pada kulit kepala dicari tanda-tanda luka robek dan memar.
- Pemeriksaan neurologis/saraf
- Kekuatan motorik. Kelemahan menyeluruh di seluruh tubuh menunjukkan hilangnya aktivitas secara total di bagian penting tertentu dari sistem saraf pusat.
- Pemeriksaan darah, misalnya untuk mengukur kadar gula darah, sel darah merah, sel darah putih, elektrolit, atau alkohol (untuk keracunan).
- Pemeriksan air kemih
- Pemeriksaan pencitraan, misalnya CT scan atau MRI kepala
- Punksi lumbal untuk menilai cairan serebrospinal, bisa dilakukan jika diduga terdapat infeksi pada susunan saraf pusat.
Penanganan Koma dan stupor
Pengobatan Koma dan Stupor
Penderita perlu segera dirawat di unit perawatan intensif (ICU) dan dilakukan pemantauan denyut jantung, tekanan darah, suhu serta jumlah oksigen dalam darah secara ketat. Diberikan oksigen dan dipasang infus untuk memasukkan obat.
Jika koma sangat dalam, biasanya otak mengalami kerusakan sehingga tidak dapat menjalankan fungsi yang sangat penting, seperti bernapas. Oleh karena itu, untuk membantu pernapasan, bisa digunakan alat bantu napas.
Prognosis Koma dan Stupor
Kemungkinan penyembuhan dari koma yang dalam selama lebih dari beberapa jam sulit diramalkan. Jika penyebabnya adalah cedera kepala, bisa terjadi penyembuhan, bahkan jika koma berlangsung selama beberapa minggu (tetapi tidak lebih dari 3 bulan). Penyembuhan total setelah mengalami koma selama 1 bulan karena jantung berhenti atau karena kekurangan oksigen, jarang terjadi.
Kehilangan kesadaran yang paling berat adalah kematian otak. Pada keadaan ini otak secara permanen telah kehilangan seluruh fungsi vitalnya, termasuk kesadaran dan kemampuan mempertahankan pernapasan. Tanpa bantuan alat bantu napas dan obat-obatan, penderita akan segera meninggal. Dokter dapat menyatakan kematian otak dalam waktu 12 jam setelah berusaha memperbaiki semua kelainan medis, tetapi otak masih tidak memberikan respons, mata tidak bereaksi terhadap cahaya dan penderita tidak dapat bernapas jika tidak menggunakan alat bantu napas.
Dokter Spesialis
Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Referensi
Referensi:
- M, Kenneth. Stupor and Coma. Merck Manual Home Health Handbook. 2008.