![]() |
Dokumentasi Humas FKUI |
Pada tanggal 11 Agustus 2006, Medicastore mengikuti EVALUATION WORKSHOP FEMALE CANCER PROGRAMME di FKUI, Salemba. Workshop ini diadakan selama 2 hari (11-12 Agustus 2006).
Indonesia dan Belanda mengadakan suatu studi kerjasama tentang kanker serviks (leher rahim) di bawah koordinasi Female Cancer Programme (FcP) dari Leiden University Medical Center (LUMC). Proyek demonstrasi pendeteksian kanker serviks dengan pendekatan “See & Treat” telah dimulai pada tanggal 1 Oktober 2004 lalu di tiga daerah yaitu Jakarta, Tasikmalaya, dan Bali bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, dan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Melalui pendekatan “See & Treat” adalah suatu deteksi & terapi yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran wanita akan risiko kanker serviks. Disamping itu, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan Perhimpunan Kesejahteraan Keluarga (PKK) secara tidak langsung juga ikut membantu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kanker serviks di Puskesmas dan fasilitas kesehatan lain.
Latar Belakang
Menurut Prof. Santoso, Ketua FcP di Indonesia, Kanker serviks disebabkan oleh virus HP (Human Papilloma Virus). Pada dasarnya virus ini dapat dibedakan menjadi dua jenis. Virus HP jenis pertama hanya menyebabkan radang biasa, namun, virus jenis kedua dapat menyebabkan suatu kanker yang ganas yang dapat berakibat pada kematian seseorang.
Infeksi yang diakibatkan oleh virus HP membutuhkan waktu 12 tahun sampai terbentuk kanker serviks. Bila sudah terjadi kanker akan sulit untuk mengobatinya agar kembali seperti sedia kala. Oleh sebab itu, suatu deteksi dini prakanker perlu dilakukan agar dapat diobati secara dini pula. Apalagi kasus kanker serviks di Indonesia relatif banyak & mematikan dengan perbandingan di antara 100.000 wanita terdapat 200 wanita yang menderita kanker serviks.
The Project
Suatu tim klinis yang bergerak (clinical mobile) mengunjungi daerah pedesaan di Jakarta, Tasikmalaya dan Bali, menyediakan pelayanan pendeteksian meliputi mengumpulkan data epidemiologis, pemeriksaan ginekologis, tes sitologis (pap smear) dan pengambilan sampel untuk studi HPV (Human Papilloma Virus) serta inspeksi visual setelah pengolesan asam asetat. Setelah pendeteksian, akan dilanjutkan dengan perawatan segera untuk kasus pra-kanker dengan operasi cryo. Kasus kanker ganas yang ditemukan langsung dikirim ke rumah sakit universitas untuk diagnosis lebih lanjut dan menjalani terapi.
Metode “See & Treat”
Metode pendekatan “See & Treat” , “See” di sini berarti mendeteksi dengan cara melihat serviks (leher rahim atau bagian luar vagina) setelah mengoleskan asam cuka. Cara deteksi yang cukup sederhana ini sudah dimulai sejak 5 tahun yang lalu tapi baru masuk ke Indonesia sekarang di bawah payung Female Cancer Programme (FcP). Meskipun sederhana, tapi pelaksanaan deteksi ini harus dilakukan oleh petugas yang terlatih.
Deteksi ini bertujuan melihat lesi yang merupakan gejala kanker serviks. Bila warna membran mukosa semakin merah (lebih merah dari warna awal) berarti hasilnya negatif, sedangkan bila warna membran mukosa menjadi putih (lingkaran putih) dalam kurun 1-3 menit maka hasilnya positif. Positif berarti pada serviks tersebut telah terdapat prakanker atau kanker serviks.
Bahkan, menurut Prof. DR. Dr. Ketut Suwiyoga, SpoG (K), salah satu dari tim klinis di Bali, hasil deteksi menggunakan asam cuka ini tidak kalah dengan pap smear. Meskipun untuk memastikan lesi yang terjadi masih dalam tahap prakanker atau sudah positif kanker perlu dilakukan tes laboratorium dengan teknik pap smear.
Sedangkan “Treat” berarti mengobati. Pengobatan tahap prakanker dapat dilakukan dengan teknik Cryotherapy yaitu teknik pembekuan daerah serviks yang mengalami prakanker. Cara ini bertujuan untuk mematikan sel kanker dan membuangnya. Untuk pengobatan kanker serviks dapat dilakukan dengan berbagai tindakan mulai dari bedah, radiasi, sampai pemberian obat anti kanker (kemoteraphy) tergantung dari tingkatan atau stadiumnya.
Program Asialink
Asialink adalah suatu program yang mendidik 180 pelajar dari seluruh Indonesia mengenai diagnosis dan terapi prakanker serviks. Baik peralatan dan pengajar didukung langsung dari LUMC. Bahkan sekarang sudah ada 3 doktor dari Indonesia yang disekolahkan ke Belanda untuk mendalami serviks. Dari program ini, diharapkan agar tenaga medis di Indonesia menjadi lebih mandiri menghadapi kasus kanker serviks yang terjadi di Indonesia.
Info lebih lanjut mengenai program asialink dapat menghubungi asialink.bali@gmail.com
Untuk undangan peliputan seminar kesehatan, silahkan kirim ke redaksi kami di fax. 021-7397069 atau redaksi@medicastore