Informasi Penyakit

Dialisis; Hemodialisis dan Dialisis Peritoneal

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024
Dialisis; Hemodialisis dan Dialisis Peritoneal

Dialisis; Hemodialisis dan Dialisis Peritoneal

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Dialisis adalah proses buatan untuk membuang zat-zat sisa metabolik dan kelebihan cairan dari dalam tubuh. Dialisis dibutuhkan jika ginjal tidak berfungsi dengan baik.


Penyebab Dialisis; hemodialisis dan dialisis peritoneal

Ada sejumlah alasan mengapa dialisis perlu dilakukan, tetapi yang paling sering adalah ketidakmampuan ginjal untuk menyaring produk sisa dari dalam darah (gagal ginjal). Dialisis dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan:

  • Kelainan fungsi otak
  • Tertahannya cairan dalam tubuh 
  • Gangguan kadar garam atau keasaman dalam darah
  • Fungsi ginjal yang sangat menurun
  • Gagal jantung
  • Gejala-gejala lain yang berat, misalnya muntah-muntah dan penurunan berat badan

Dialisis bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisis dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.


Gejala Dialisis; hemodialisis dan dialisis peritoneal

Ada 2 jenis dialisis, yaitu hemodialisis dan dialisis peritoneal.

hemodialisis dan dialisis peritoneal

Hemodialisis dan Dialisis Peritoneal

Sumber gambar: www.nikkiso.com

Hemodialisis

Hemodialisis adalah suatu tindakan di mana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer. Hemodialisis memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan diantara arteri dan vena melalui pembedahan.

Pada hemodialisis, darah penderita mengalir melalui suatu selang yang dihubungkan ke pembuluh darah dan dipompa ke dalam dialyzer. Di dalam mesin dialyzer, limbah metabolik dan zat-zat racun di dalam darah disaring dan darah yang telah dicuci lalu dikembalikan ke dalam tubuh penderita.

Dialisis Peritoneal

Pada dialisis peritoneal, yang bertindak sebagai penyaring adalah peritoneum (selaput yang melapisi perut dan membungkus organ perut). 

Selaput ini memiliki permukaan yang luas dan kaya pembuluh darah. Zat-zat di dalam darah bisa dengan mudah keluar melalui peritoneum ke dalam rongga perut. Cairan khusus (dialysate) dimasukkan ke dalam rongga perut dan didiamkan untuk waktu tertentu, sehingga zat-zat sisa bisa perlahan-lahan keluar dari dalam darah. Kemudian cairan dialysate dikeluarkan dan diganti dengan cairan yang baru.

Dialisis peritoneal tidak boleh dilakukan pada penderita yang:

  • menderita infeksi dinding perut
  • memiliki hubungan abnormal antara dada dan perut
  • baru saja menjalani pencangkokkan pembuluh darah buatan di dalam perut
  • memiliki luka baru di perut

Komplikasi Dialisis

Pada tindakan dialisis, ada berbagai komplikasi yang bisa terjadi, misalnya:

Komplikasi Hemodialisis

Komplikasi Penyebab
Demam
  • Bakteri atau zat penyebab demam (pirogen) di dalam darah
  • Dialisat terlalu panas
Reaksi anafilaksis yg berakibat fatal
  • Alergi terhadap zat di dalam mesin
  • Tekanan darah rendah
Tekanan darah rendah Terlalu banyak cairan yg dibuang
Gangguan irama jantung Kadar kalium dan zat lainnya yang abnormal dalam darah
Emboli udara Udara memasuki darah di dalam mesin
Perdarahan usus, otak, mata atau perut Penggunaan heparin untuk mencegah pembekuan darah

 

Komplikasi Dialisis Peritoneal

  1. Infeksi, perdarahan, atau terbentuknya jaringan parut yang bisa menyebabkan sumbatan di usus
  2. Perforasi organ dalam pada saat memasukkan selang
  3. Kebocoran cairan di sekitar selang atau ke dalam dinding perut
  4. Sumbatan aliran cairan oleh bekuan darah
  5. Penurunan kadar protein (albumin)
  6. Hernia perut dan selangkangan
  7. Sembelit

Penanganan Dialisis; hemodialisis dan dialisis peritoneal

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan

  • Asupan makan

Orang-orang yang menjalani dialisis membutuhkan asupan makan khusus.

Orang-orang yang menjalani dialisis peritoneal, nafsu makan biasanya buruk, dan protein terbuang saat dilakukan dialisis. Oleh karena itu, asupan makan harus mengandung cukup protein, kira-kira 1 gram/kg BB. Asupan garam harus dibatasi, baik garam meja yang mengandung natrium dan juga garam yang mengandung kalium.

Untuk orang-orang yang menjalani hemodialisis, perlu dilakukan pembatasan untuk asupan natrium, kalium, fosfat, dan cairan. Penderita perlu menimbang berat badan setiap hari untuk memantau pertambahan berat badan. Berat badan yang bertambah terlalu banyak antara terapi hemodialisa menandakan bahwa penderita mengkonsumsi cairan terlalu banyak. Biasanya, asupan cairan yang terlalu banyak disebabkan oleh asupan natrium yang terlalu banyak, sehingga membuat penderita merasa haus.

(Informasi mengenai produk susu untuk pasien dengan penyakit ginjal dapat Anda lihat di halaman produk: Nephrisol)

  • Penanganan Medis Khusus

Berbagai penanganan yang mungkin diberikan pada orang-orang yang menjalani hemodialisis dan dialisis peritoneal akibat gagal ginjal antara lain:

  • Menurunkan risiko terjadinya penyakit arteri koroner. Orang-orang yang menjalani dialisa seringkali memiliki faktor risiko untuk mengalami penyakit arteri koroner, seperti tekanan darah tinggi, kadar lemak dalam darah yang tinggi, dan diabetes.
  • Mencegah komplikasi, karena orang-orang yang menjalani dialisa bisa mengalami pengerasan pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan aliran darah ke kulit menjadi berkurang.
  • Pertimbangan Psikososial

Orang-orang yang menjalani dialisis bisa merasa sangat tertekan, sehingga banyak juga yang menjadi depresi dan cemas. Konseling seringkali diperlukan untuk membantu pasien dialisis dan juga keluarganya.

 


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Referensi

Referensi:

  • https://www.niddk.nih.gov (Gambar cover)
  • M, James I. Dialysis. Merck Manual Home Health Handbook. 2013.
  • Mayo Clinic. Hemodialysis. 2013.
  • S, William C. Dialysis. Medicine Net. 2006.
Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa
Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa