Artikel

Medicastore

Informasi Penyakit

Penyakit Autoimun

BELLA PRICYLLA
9 Januari 2024
Penyakit Autoimun

Penyakit Autoimun

BELLA PRICYLLA
9 Januari 2024

Sistem kekebalan menghasilkan protein yang disebut antibodi, yang berfungsi sebagai pertahanan untuk melindungi tubuh dari paparan penyakit. Namun pada penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi sebagimana mestinya, yang mana sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan antara sel yang sehat dengan yang sakit.

Pada penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh menyerang bagian mana saja, sehingga dapat melemah fungsi tubuh bahkan dapat mengancam jiwa.


Penyebab Penyakit autoimun

Penyebab Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal:

  • Senyawa yang ada di tubuh yang normalnya berada pada area tertentu, yang tidak terjangkau oleh sistem kekebalan tubuh, tetapi dilepaskan ke dalam aliran darah. Misalnya, pukulan ke mata bisa membuat cairan di bola mata dilepaskan ke dalam aliran darah. Cairan ini merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali mata sebagai benda asing dan menyerangnya.
  • Senyawa normal di tubuh yang berubah, misalnya, oleh virus, obat, sinar matahari, atau radiasi. Misalnya, virus bisa menginfeksi dan mengubah sel-sel tubuh, sehingga merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerangnya.
  • Senyawa asing yang menyerupai senyawa tubuh alami dapat memasuki tubuh, sehingga sistem kekebalan tubuh dapat ikut menyerang senyawa tubuh yang mirip dengan bahan asing tersebut. Misalnya, bakteri penyebab sakit tenggorokan mempunyai antigen yang mirip dengan sel jantung manusia. Pada kasus yang jarang, sistem kekebalan tubuh dapat menyerang jantung sesudah mengalami sakit tenggorokan (reaksi ini bagian dari demam rematik).
  • Sel yang mengatur produksi antibodi, misalnya limfosit B, dapat rusak dan menghasilkan antibodi abnormal yang menyerang sel-sel tubuh.
Penyebab mengapa sesuatu dapat memicu terjadinya reaksi atau penyakit autoimun pada seseorang masih belum diketahui. Namun, terkadang hal ini berhubungan dengan faktor keturunan (herediter). Beberapa orang memiliki gen yang membuat mereka lebih rentan untuk terjadi penyakit autoimun. Pada orang-orang yang rentan, adanya faktor pemicu, seperti infeksi virus atau kerusakan jaringan, dapat menyebabkan timbulnya penyakit autoimun. Faktor hormonal juga dapat berperan, karena banyak penyakit autoimun lebih sering terjadi pada wanita. 

Gejala Penyakit autoimun

Gejala Penyakit Autoimun

Gejala penyakit autoimun bervariasi, tergantung dari beratnya gangguan dan bagian tubuh yang terkena. Penyakit autoimun dapat mengenai jaringan tertentu di seluruh tubuh, misalnya pembuluh darah, tulang rawan, atau kulit. Penyakit autoimun lainnya dapat mengenai organ tertentu, misalnya ginjal, paru-paru, jantung, atau otak.

Penyakit autoimun ini menyebabkan peradangan dan kerusakan pada jaringan yang terkena sehingga dapat timbul gejala-gejala, seperti rasa nyeri, deformitas sendi, kelemahan, jaundice, rasa gatal, kesulitan untuk bernapas, penimbunan cairan (edema), delirium, dan bahkan kematian.

Beberapa penyakit autoimun yang sering terjadi yaitu penyakit Graves, rheumatoid arthritis, Hashimoto thyroiditis, diabetes tipe I, SLE (Systemic Lypus Erythematosus), dan vaskulitis. Gangguan lain yang dipercaya juga merupakan penyakit autoimun yaitu glomerulonefritis, penyakit Addison, sindroma Sjogren, sklerosis sistemik progresif, dan beberapa kasus infertilitas.

Beberapa Penyakit Autoimun
Penyakit Jaringan yang terkena Akibat
Anemia hemolitik autoimun Sel darah merah Bisa terjadi anemia berat dan bahkan sampai mengancam nyawa. Timbul rasa lelah, lemas, dan seperti melayang. Dapat terjadi pembesaran limpa.
Pemfigus bulosa Kulit Lepuhan besar, dengan pembengkakan berwarna merah pada kulit di sekitarnya.
Sindroma Goodpasture Paru-paru dan ginjal

Napas pendek, batuk darah, rasa lelah, dan dapat terjadi pembengkakan. Prognosis baik jika pengobatan dimulai sebelum terjadi kerusakan berat pada ginjal atau paru-paru.

Penyakit Graves Kelenjar tiroid Kelenjar tiroid terstimulasi dan membesar, menyebabkan peningkatan kadar hormon tiroid. Gejala yang dapat ditemukan meliputi peningkatan denyut jantung, tremor, penurunan berat badan, tidak tahan panas, dan kecemasan. 
Dengan pengobatan, prognosis baik.
Tiroiditis Hashimoto Kelenjar tiroid

Terjadi peradangan dan kerusakan pada kelenjar tiroid, yang menyebabkan penurunan kadar hormon tiroid. Gejala-gejala yang dapat ditemukan meliputi peningkatan berat badan, kulit kasar, tidak tahan dingin, dan mengantuk. Pengobatan seumur hidup dengan pemberian hormon tiroid diperlukan dan biasanya akan mengurangi gejala secara sempurna.

Multiple sclerosis Otak dan saraf tulang belakang

Sel-sel saraf yang terkena menjadi rusak, sehingga tidak bisa meneruskan rangsangan seperti seharusnya. Gejala yang dapat ditemukan meliputi kelemahan, vertigo, gangguan penglihatan, kram otot, dan sulit menahan buang air. Gejala bervariasi dan dapat hilang timbul. Prognosis bervariasi.

Myasthenia gravis Hubungan antara saraf dan otot (neuromuscular junction)
 Otot-otot, terutama otot mata, menjadi lemah dan mudah lelah, tetapi kelemahan bervariasi intensitasnya. Pola progresivitas penyakit bervariasi. Obat biasanya dapat mengendalikan gejala.
Pemfigus Kulit Lepuhan-lepuhan besar pada kulit.
Gangguan ini bisa mengancam nyawa.
Anemia pernisiosa Sel tertentu pada lambung Kerusakan pada sel-sel di permukaan lambung, sehingga penyerapan vitamin B12 menjadi terganggu. Vitamin B12 penting untuk pembentukan sel-sel darah merah dan pemeliharaan sel saraf. Akibatnya bisa terjadi anemia dan kerusakan saraf, yang menyebabkan kelemahan dan hilangnya sensasi. Risiko untuk terjadinya kanker lambung meningkat. Dengan pengobatan, prognosis baik.
Rheumatoid arthritis Sendi atau jaringan lain seperti jaringan paru-paru, saraf, kulit dan jantung Banyak gejala yang mungkin terjadi, meliputi demam, kelelahan, nyeri sendi, kekakuan sendi, deformitas sendi, napas pendek, hilangnya sensasi, kelemahan, ruam kulit, nyeri dada, dan pembengkakan di bawah kulit. Prognosis bervariasi
Systemic lupus erythematosus (lupus) Sendi, ginjal, kulit, paru-paru, jantung, otak dan sel-sel darah Meskipun terjadi peradangan pada sendi, tetapi tidak menyebabkan timbulnya deformitas. Gejala-gejala yang dapat ditemukan antara lain kelelahan, lemas, dan terasa ringan. Selain itu juga dapat terjadi gangguan pada ginjal, paru-paru, dan jantung, sehingga dapat ditemukan nyeri dada dan napas pendek. Ruam kulit juga dapat terbentuk. Prognosis bervariasi, tetapi sebagian besar penderita tetap beraktivitas meskipun sesekali gangguan timbul.
Diabetes mellitus tipe 1 Sel beta pankreas (yang memproduksi insulin) Gejala-gejala yang muncul meliputi rasa haus yang berlebihan, sering berkemih, dan peningkatan nafsu makan.
Pengobatan seumur hidup dengan insulin diperlukan, karena sel-sel pankreas yang ada tidak cukup untuk memproduks insulin yang cukup. Prognosis sangat bervariasi dan cenderung menjadi buruk jika penyakit berat untuk waktu yang lama.
Vaskulitis Pembuluh darah Vaskulitis bisa mengenai pembuluh-pembuluh darah di satu bagian tubuh, misalnya di kepala, kulit, ginjal, paru-paru atau usus, atau mengenai beberapa bagian tubuh. Gejala yang timbul bervariasi, antara lain ruam kulit, nyeri perut, penurunan berat badan, kesulitan untuk bernapas, batuk, nyeri dada, sakit kepala, hilangnya penglihatan, dan gejala dari kerusakan saraf atau gagal ginjal, tergantung dari bagian tubuh yang terkena. Prognosis tergantung dari penyebab dan berapa banyak jaringan yang mengalami kerusakan. Biasanya prognosis lebih baik dengan pengobatan.

Kapan harus ke dokter?

Segeralah konsultasikan diri anda ke dokter, jika anda mengalami keluhan yang menetap dan membuat anda khawatir.


Diagnosis Penyakit autoimun

Diagnosis Penyakit Autoimun

Dibutuhkan beberapa pemeriksaan dan waktu untuk memastikan penyakit autoimun. Pemeriksaan yang dapat dilakukan, seperti:

Pemeriksaan Darah. Pemeriksaan darah dilakukan untuk menilai status antibodi penderita. Pemeriksaan darah yang dilakukan, seperti:

  • Tes antibodi antinuklear (ANA)
  • Hitung darah lengkap (CBC)
  • Laju sedimentasi eritrosit (ESR)
  • Panel metabolisme yang komprehensif
  • Protein C-reaktif (CRP)

Pemeriksaan Pencitraan. Pemeriksaan autoantibodi saja tidak cukup untuk memastikan penyakit autoimun. Dibutuhkan pemeriksaan lainnya seperti USG, Rontgen, CT Scan, atau MRI untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit autoimun.


Penanganan Penyakit autoimun

Pengobatan Penyakit Autoimun

Pengobatan antara lain berupa pengendalian reaksi autoimun dengan menekan sistem kekebalan tubuh. Namun, banyak obat yang digunakan untuk mengendalikan reaksi autoimun juga mengganggu kemampuan tubuh untuk melawan penyakit, terutama infeksi.

Obat-obat yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan), meliputi Azathioprine, Chlorambucil, Cyclophosphamide, Ciclosporin, Mikofenolat, dan Methotrexate. Obat-obat ini sering digunakan dan biasanya untuk jangka panjang. Namun, obat-obat ini tidak hanya menekan reaksi autoimun, tetapi juga kemampuan tubuh untuk bertahan terhadap substansi asing, termasuk mikroorganisme penyebab infeksi dan sel-sel kanker. Dengan demikian, risiko untuk terjadinya infeksi dan kanker meningkat.

Seringkali, kortikosteroid, diberikan untuk meredakan peradangan dan juga menekan sistem kekebalan tubuh. Kortikosteroid yang diberikan untuk jangka panjang memiliki banyak efek samping. Jika memungkinkan, kortikosteroid hanya digunakan untuk jangka pendek saja, yaitu ketika gangguan mulai terjadi atau ketika gejala-gejala yang ada memburuk. Namun terkadang kortikosteroid harus digunakan secara terus menerus.

Beberapa gangguan autoimun, seperti multipel sklerosis dan gangguan tiroid, juga diobati dengan obat-obat lain, disamping imunosupresan dan kortikosteroid. Pengobatan ini diberikan untuk meredakan gejala.

Obat-obat baru tertentu bekerja secara spesifik pada sel-sel darah putih. Sel-sel darah putih tidak hanya membantu tubuh dalam pertahanan terhadap infeksi, tetapi juga berperan dalam reaksi autoimun. 

Abatacept menghambat aktivasi dari suatu jenis sel darah putih (limfosit T) dan digunakan untuk penanganan rheumatoid arthritis.

Rituximab, pertama kali digunakan untuk mengobati kanker sel darah putih, yaitu dengan menurunkan jumlah sel-sel darah putih (limfosit B). Obat ini efektif untuk rheumatoid arthritis dan gangguan tertentu lainnya yang menyebabkan peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis), misalnya Wegener granulomatosis.

Obat-obat  lain yang bekerja pada sel darah putih sedang dikembangkan.

Penggantian plasma darah digunakan untuk mengobati gangguan autoimun. Darah akan diambil dan disaring untuk membuang protein-protein abnormal, seperti antibodi. Kemudian darah yang telah disaring akan dikembalikan pada pasien. 

Beberapa gangguan autoimun membaik dengan sendirinya, tanpa diketahui, seperti ketika gangguan ini dimulai. Tetapi kebanyakan gangguan autoimun bersifat kronis. Pengobatan seringkali diperlukan sepanjang hidup untuk mengendalikan gejala-gejala yang ada. Prognosis bervariasi tergantung dari gangguan yang terjadi. 


Komplikasi Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun merupakan suatu kondisi medis yang serius, sehingga dapat menimbulkan komplikasi, seperti:

  • Penyakit Jantung. Kondisi ini disebabkan oleh proses peradangan yang dapat mempengaruhi jantung sering terjadi pada lupus dan reumatoid arthritis.
  • Gangguan Mood. Nyeri dan kelelahan yang berkepanjangan pada penyakit autoimun dapat membuat penderita menjadi depresi dan gangguan kecemasan.
  • Neuropati. Penyakit autoimun seperti artritis reumatoid dan Sindrom Sjögren dapat menyebabkan kerusakan saraf atau neuropati. Hal ini dapat menimbulkan keluhan mati rasa dan kelemahan pada lengan atau kaki.
  • Trombosis Vena Dalam. Pada penyakit autoimun seperti Kolitis ulserativa dan penyakit Crohn, berisiko untuk mengalami pembekuan darah. Pembekuan darah ini membentuk gumpalan yang dapat menyumbat pembuluh terganntung pada bagian mana yang tersumbat.
  • Kerusakan organ. Penyakit autoimun dapat menyebabkan kerusakan organ tertentu, jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik.

Prognosis Penyakit Autoimun

Prognosis penyakit autoimun tergantung dari respon terapi, sejauh mana komplikasi telah terjadi, dan jenis penyakit autoimun yang dialami. Penyakit autoimun merupakan penyakit yang kronis, sehingga penyakit ini sering kali mengalami remisi.


Informasi Produk Terkait Penyakit Autoimun


Dokter Spesialis


Pencegahan Penyakit Autoimun

Terjadinya penyakit autoimun tidak dapat dicegah, tetapi melakukan hal berikut ini dapat membantu anda terhindar dari penyakit autoimun seperti:

  • Terapkan gaya hidup, seperti mengonsumsi makanan yang sehat dengan gizi seimbang
  • Tidak mengonsumsi makanan yang mengandung pengawet, tinggi garam, serta tinggi gula
  • Tidak merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol
  • Rutinlah untuk melakukan olahrga 2-3 kali seminggu
  • Tidur dan istrihatlah yang cukup
  • Menghindari paparan dengan zat kimia berbahaya

 


Referensi

Referensi:

  • Cleveland Clinic. Autoimmune Diseases. 2021
  • D, Peter J. Autoimmune Disorders. Merck Manual. 2012. 
  • www.niehs.nih.gov (Gambar Cover)
  • Very Well Health. Autoimmune Disease Types and Treatment. 2021

Diperbarui 8 Januari 2024