Artikel

Medicastore

Informasi Penyakit

Masalah Pelatihan Buang Air (Toilet Training) Pada Anak

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024
Masalah Pelatihan Buang Air (Toilet Training) Pada Anak

Masalah Pelatihan Buang Air (Toilet Training) Pada Anak

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Pelatihan buang air (toilet training) pada anak dilakukan dengan cara mengenali kesiapan anak untuk mulai latihan dan pelaksanaan tahap demi tahap menggunakan toilet, yaitu berupa : penjelasan mengenai cara buang air di toilet, membuka celana, buang air pada tempatnya, membersihkan dan mengeringkan penis, vulva maupun anusnya sendiri, memakai celana kembali, menyiram toilet, dan mencuci tangan.

Sebagian besar anak bisa dilatih untuk mengendalikan buang air besar antara usia 2-3 tahun dan dilatih untuk mengendalikan buang air kecil antara usia 3-4 tahun. Pada usia 5 tahun, anak rata-rata sudah bisa pergi ke toilet sendiri.

Kunci keberhasilan latihan buang air (toilet training) pada anak adalah pengenalan tanda-tanda kesiapan anak untuk mulai latihan (biasanya saat anak berusia antara 18-24 bulan).

Tanda-tanda bahwa anak siap untuk memulai toilet training antara lain:

  • Pakaian dalam anak tetap bersih selama beberapa jam
  • Anak ingin pakaian dalamnya diganti jika basah
  • Anak menunjukkan ketertarikan untuk duduk di kursi toilet (jamban atau kakus) atau potty chair (pispot khusus untuk anak-anak) dan memperlihatkan tanda-tanda persiapan untuk buang air kecil atau buang air besar
  • Anak bisa mengembalikan sesuatu pada tempatnya dan bisa mengikuti petunjuk/aturan lisan yang sederhana

Pelatihan cara buang air di toilet (toilet training) pada anak harus sama antara semua orang yang mengajari, sehingga anak tidak bingung.

Metode toilet training yang paling banyak digunakan adalah metode timing. Saat anak tampaknya sudah siap untuk mulai toilet training, orang tua perlu mejelaskan terlebih dahulu tentang apa yang akan dipelajarinya. Gunakan kata-kata yang sudah dimengerti oleh anak.

Anak kemudian diajari untuk menggunakan toilet secara bertahap. Pertama-tama anak diperkenalkan dengan kursi toilet atau potty chair, anak kemudian diminta untuk duduk sebentar diatasnya dalam keadaan berpakaian lengkap. Setelah itu, anak dilatih untuk melepaskan celananya sendiri, lalu duduk diatas potty chair selama tidak lebih dari 5-10 menit dan kemudian memakai celananya kembali.

Tujuan dari latihan ini dijelaskan berulang kali dan dipertegas dengan meletakkan popok yang kotor atau basah di dalam potty chair. Hal tersebut dilakukan agar anak mengerti bahwa sekarang sudah saatnya anak untuk melakukan buang air besar/kecil di tempatnya, yaitu di potty chair atau kloset, bukan di pakaian dalam ataupun popok.

Setelah anak bisa menghubungkan fungsi toilet dengan buang air (besar/kecil), anak kemudian didorong untuk latihan menggunakan toilet atau potty chair setiap kali anak merasa ingin buang air (besar/kecil). Anak juga harus diajarkan bagaimana cara membersihkan alat kelaminnya, menyiram toilet, dan mencuci tangan setelah buang air.

Metode pelatihan lainnya bisa menggunakan boneka sebagai alat bantu. Anak yang sudah siap melakukan toilet training diajarkan bagaimana cara menggunakan toilet dengan memakai boneka sebagai model. Ibu memberikan pujian kepada boneka karena pakaian dalamnya kering dan telah berhasil melewati setiap proses toilet training. Anak kemudian diminta untuk menirukan proses toilet training dengan bonekanya secara berulang-ulang, anak juga diajari untuk memuji bonekanya. Selanjutnya, anak menirukan apa yang telah dilakukan oleh bonekanya dan ibu memberikan pujian kepada anak.

Sumber : pauddikmasjateng.kemdikbud.go.id

Jika anak sudah bisa buang air (besar/kecil) di toilet, orang tua boleh memberikan pujian atau hadiah. Tetapi jika anak belum bisa melakukannya atau terkadang masih buang air (besar/kecil) di celana, anak sebaiknya tidak dimarahi ataupun dihukum karena cara ini tidak efektif untuk mengajari anak.

Anak yang menolak untuk duduk di potty chair harus tetap dicoba lagi, terutama setelah makan. Jika anak tetap menolak selama beberapa hari kemudian, maka toilet training sebaiknya ditunda setidaknya selama beberapa minggu. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memodifikasi perilaku anak dengan memberikan penghargaan (pujian atau hadiah) setiap kali anak mau melakukan toilet training.

Anak-anak yang sudah bisa menggunakan toilet dapat mengalami kemunduran jika sedang sakit, marah, atau merasa ingin diperhatikan, misalnya saat mendapat adik baru. Pada kondisi ini, orang tua disarankan untuk tidak memarahi atau memaksa anak. Berikan anak motivasi dan perhatian yang lebih terutama pada waktu-waktu di luar waktu latihan.


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Referensi

Referensi:

  • C, Rachel L. Toilet Training. The Merck Manual. 2012.

Diperbarui 28 Agustus 2023