Informasi Penyakit

Transfusi Darah

NASANDI
4 Januari 2024

Transfusi Darah

NASANDI
4 Januari 2024

Transfusi darah adalah suatu tindakan pemindahan darah atau suatu komponen darah dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien).


Penyebab Transfusi darah

Transfusi bisa diberikan untuk:

  • meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen
  • memperbaiki volume darah tubuh
  • memperbaiki kekebalan
  • memperbaiki masalah pembekuan

Gejala Transfusi darah

Jenis transfusi diberikan tergantung pada alasan dilakukannya transfusi, bisa diberikan darah lengkap atau komponen darah (misalnya sel darah merah, trombosit, faktor pembekuan, atau plasma segar yang dibekukan). Jika memungkinkan, akan lebih baik jika transfusi yang diberikan hanya terdiri dari komponen darah yang diperlukan oleh resipien. Memberikan komponen darah tertentu lebih aman dan tidak boros.

Sebelum darah atau komponen darah diberikan kepada resipien, darah telah diperiksa lebih dulu melalui proses penyaringan.

Teknik penyaringan darah sekarang ini sudah jauh lebih baik, sehingga transfusi lebih aman dibandingkan sebelumnya. Tetapi tetap masih bisa ditemukan adanya risiko untuk resipien, seperti reaksi alergi dan infeksi.

Kemungkinan untuk terkena AIDS atau hepatitis melalui transfusi sudah lebih kecil, tetapi risiko ini harus tetap diwaspadai sehingga sebaiknya transfusi hanya dilakukan jika sudah tidak ada pilihan lain.


Diagnosis Transfusi darah

Pengambilan dan Penggolongan Darah

Sebelum menyumbangkan darah, seorang penyumbang darah (donor) terlebih dahulu akan diperiksa keadaan kesehatannya. Denyut nadi, tekanan darah dan suhu tubuhnya akan diukur, dan contoh darahnya akan diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya anemia.

Pendonor juga akan ditanya apakah pernah atau sedang menderita keadaan tertentu yang menyebabkan darah mereka tidak memenuhi syarat untuk disumbangkan, misalnya hepatitis, penyakit jantung, kanker (kecuali bentuk tertentu misalnya kanker kulit yang terlokalisasi), asma berat, malaria, kelainan perdarahan, AIDS dan kemungkinan tercemar oleh HIV.

Adanya hepatitis, kehamilan, pembedahan mayor yang baru saja dijalani, tekanan darah tinggi yang tidak terkendali, tekanan darah rendah, anemia atau pemakaian obat tertentu menyebabkan pendonor untuk sementara waktu tidak memenuhi syarat untuk menyumbangkan darahnya.

Biasanya seorang donor tidak diperbolehkan menyumbangkan darahnya lebih dari 1 kali setiap 2 bulan.

Jika seseorang telah memenuhi syarat untuk menyumbangkan darahnya, maka pengambilan darah akan dilakukan. Proses donor darah aman dilakukan. Keseluruhan proses membutuhkan waktu sekitar 1 jam, pengambilan darahnya sendiri hanya membutuhkan waktu kira-kira 10 menit. Biasanya akan ada sedikit rasa nyeri pada saat jarum dimasukkan, tetapi setelah itu rasa nyeri akan hilang.

Sejumlah kecil contoh darah dari pendonor diperiksa untuk melihat ada tidaknya penyakit infeksi seperti AIDS, hepatitis dan sifilis.

Transfusi darah yang tidak cocok antara donor dengan resipien bisa berbahaya. Untuk itu darah yang disumbangkan, secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya; apakah golongan A, B, AB atau O dan Rh-positif atau Rh-negatif.

Sebagai tindakan pencegahan berikutnya, sebelum memulai transfusi, pemeriksa mencampurkan setetes darah donor dengan darah resipien untuk memastikan keduanya cocok: teknik ini disebut cross-matching.

Transfusi Autolog

Transfusi autolog adalah transfusi darah yang paling aman, dimana donor juga berlaku sebagai resipien sehingga menghilangkan resiko terjadi ketidakcocokan dan penyakit yang ditularkan melalui darah. Misalnya sebulan sebelum dilakukannya pembedahan, pasien bisa menyumbangkan beberapa unit darahnya untuk ditransfusikan jika diperlukan selama atau sesudah pembedahan.

Donor Terarah atau Calon Donor

Anggota keluarga atau teman dapat menyumbangkan darahnya secara khusus satu sama lain, jika golongan darah resipien dan darah donor serta faktor Rhnya cocok.

Pada beberapa resipien, dengan mengetahui siapa pendonornya akan menimbulkan perasaan tenang, meskipun darah dari anggota keluarga atau teman belum pasti lebih aman dibandingkan dengan darah dari orang yang tidak dikenal.


Penanganan Transfusi darah

Darah dan Komponen Darah

Seseorang yang membutuhkan sejumlah besar darah dalam waktu segera (misalnya karena perdarahan hebat), bisa menerima darah lengkap untuk membantu memperbaiki volume cairan dan sirkulasinya. Darah lengkap juga bisa diberikan jika komponen darah yang diperlukan tidak dapat diberikan secara terpisah. Komponen darah yang paling sering ditransfusikan adalah packed red blood cells (PRC), yang bisa memperbaiki kapasitas pengangkut oksigen dalam darah.

Jumlah trombosit yang terlalu sedikit (trombositopenia) bisa menyebabkan perdarahan spontan dan hebat. Transfusi trombosit bisa memperbaiki kemampuan pembekuan darah.

Faktor pembekuan darah adalah protein plasma yang secara normal bekerja dengan trombosit untuk membantu membekunya darah. Tanpa pembekuan, perdarahan karena suatu cedera tidak akan berhenti. Faktor pembekuan darah yang pekat bisa diberikan kepada penderita kelainan perdarahan bawaan, seperti hemofilia.

Plasma juga merupakan sumber faktor pembekuan darah. Plasma segar yang dibekukan bisa digunakan pada kelainan perdarahan, dimana tidak diketahui faktor pembekuan mana yang hilang atau jika tidak dapat diberikan faktor pembekuan darah yang pekat. Plasma segar yang dibekukan juga dapat digunakan pada perdarahan yang disebabkan oleh pembentukan protein faktor pembekuan yang tidak memadai, yang merupakan akibat dari kegagalan hati.

Plasma darah

Meskipun jarang, sel darah putih dapat ditransfusikan pada penderita yang jumlah sel darah putihnya sangat berkurang atau penderita yang sel darah putihnya tidak berfungsi secara normal untuk mencegah atau menangani infeksi yang mengancam nyawa.

Antibodi (imunoglobulin), yang merupakan komponen darah untuk melawan penyakit, juga kadang diberikan untuk membangun kekebalan pada orang-orang yang telah terpapar oleh penyakit infeksi atau pada orang yang kadar antibodinya rendah.


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya reaksi selama transfusi, dilakukan beberapa tindakan pencegahan. Setelah diperiksa ulang bahwa darah yang akan diberikan memang ditujukan untuk resipien yang akan menerima darah tersebut, petugas medis akan memberikan darah kepada resipien secara perlahan-lahan. Jika terjadi reaksi ketidakcocokan, maka transfusi harus dihentikan.

Sebagian besar transfusi berhasil dan aman; tetapi reaksi ringan kadang bisa terjadi, sedangkan reaksi yang berat dan fatal jarang terjadi. Reaksi yang paling sering terjadi adalah demam dan reaksi alergi (hipersensitivitas), yang terjadi sekitar 1-2% pada setiap transfusi.

Gejalanya bisa berupa: gatal-gatal, kemerahan, pembengkakan, pusing, demam, atau sakit kepala. Gejala yang jarang terjadi adalah kesulitan bernapas. Dan yang lebih jarang lagi adalah reaksi alergi yang cukup berat.

Walaupun telah dilakukan penggolongan darah dan cross-matching secara teliti, tetapi kesalahan masih mungkin terjadi sehingga sel darah merah yang didonorkan segera dihancurkan setelah ditransfusikan (reaksi hemolitik).

Biasanya reaksi ini awalnya dirasakan sebagai rasa tidak nyaman atau gelisah selama atau segera setelah dilakukannya transfusi. Kadang terjadi kesulitan bernapas, dada terasa sesak, kemerahan di wajah dan nyeri punggung yang hebat. Meskipun sangat jarang terjadi, reaksi ini bisa menjadi lebih hebat dan bahkan bisa berakibat fatal.

Resipien juga bisa mengalami kondisi kelebihan cairan. Yang paling peka akan hal ini adalah resipien dengan penyakit jantung, sehingga transfusi harus dilakukan lebih lambat dan dipantau secara ketat.


Referensi

Referensi:

  • S, Ravindra. Special Blood Donation Procedures. Merck Manual. 2012.
  • S, Ravindra. Blood Donation Process. Merck Manual. 2012.
Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa
Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa