Distonia
Distonia adalah kelainan gerakan dimana kontraksi otot yang terus menerus menyebabkan gerakan berputar dan berulang atau menyebabkan sikap tubuh yang abnormal. Gerakan tersebut tidak disadari dan kadang menimbulkan nyeri, bisa mengenai satu otot, sekelompok otot (misalnya otot lengan, tungkai atau leher) atau seluruh tubuh.
Penyebab Distonia
Penyebab Distonia
Para ahli berpendapat bahwa dystonia terjadi karena adanya kelainan di beberapa daerah di otak, tempat pengolahan beberapa pesan untuk memerintahkan kontraksi otot.
Distonia bisa disebabkan oleh:
- Cedera ketika lahir (terutama karena kekurangan oksigen)
- Infeksi tertentu
- Reaksi terhadap obat tertentu, logam berat atau keracunan karbon monoksida
- Trauma
- Stroke
Sekitar 50% kasus distonia tidak memiliki hubungan dengan penyakit maupun cedera, dan disebut distonia primer atau distonia idiopatik. Distonia primer disebabkan oleh adanya mutasi genetik, sehingga biasanya merupakan suatu distonia keturunan. Distonia juga bisa merupakan gejala dari penyakit lainnya, yang beberapa diantaranya juga bersifat diturunkan (misalnya penyakit Wilson).
Gejala Distonia
Gejala Distonia
Gejala awal adalah kemunduran dalam menulis (setelah menulis beberapa baris kalimat), kram kaki dan kecenderungan tertariknya satu kaki ke atas atau kecenderungan menyeret kaki setelah berjalan atau berlari pada jarak tertentu. Leher terputar atau tertarik diluar kesadaran penderita, terutama ketika penderita merasa lelah. Gejala lainnya adalah tremor dan kesulitan untuk berbicara atau mengeluarkan suara.
Gejala-gejala awalnya bisa sangat ringan dan baru dirasakan hanya setelah melakukan olahraga berat, stres atau kelelahan. Lama-lama gejala menjadi semakin jelas dan meluas sampai tak tertahankan.
Kapan Harus ke Dokter?
Gejala awal seringkali ringan, jarang, dan dikaitkan dengan aktivitas spesifik. Periksakan diri ke dokter bila ada kontraksi otot yang tidak bisa dikendalikan.
Diagnosis Distonia
Diagnosis Distonia
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang ada dan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan yang paling mungkin dilakukan bergantung pada gejala dan kondisi kesehatan masing-masing pasien.
Beberapa pemeriksaan yang dilakukan diantaranya:
- Pemeriksaan darah (untuk mendeteksi berbagai macam masalah, mulai dari gangguan sistem imu, keracunan, terutama logam seperti tembaga atau mangan)
- CT scan
- Electroencephalogram (EEG)
- Electromyogram (pemeriksaan konduksi saraf)
- Pemeriksaan genetik
- Magnetic resonance imaging (MRI)
- Positron emission tomography (PET) scan
- Punksi lumbal
Penanganan Distonia
Penanganan Distonia
Penanganan yang diberikan bisa berupa:
- Mengatasi atau menghilangkan penyebab distonia, jika penyebabnya diketahui.
- Suntikan botulinum toxin pada otot yang terlalu aktif, sehingga melemahkan kontraksi otot tersebut.
- Terapi fisik, bisa membantu sebagian penderita
- Pembedahan, dilakukan jika pemberian obat tidak berhasil atau efek sampingnya terlalu berat, misalnya untuk memotong atau mengangkat saraf dari otot yang terkena pada distonia fokal (antara lain disfonia spasmodik dan tortikolis).
Komplikasi Distonia
Komplikasi yang dapat terjadi bergantung pada jenis distonia, diantaranya:
- Disabilitas fisik yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari atau pekerjaan tertentu
- Gangguan penglihatan
- Masalah pada rahang, menelan atau bicara
- Nyeri dan kelelahan akibat otot yang terus menerus kontraksi
- Depresi, kecemasan dan menarik diri
Prognosis Distonia
Prognosis bergantung pada penyebabnya, kapan mulai muncul, dan bagian tubuh mana yang terpengaruh.
Secara umum, distonia primer cenderung memiliki prognosis yang kurang baik bila pertama kali muncul saat usia muda (karena dapat memburuk menjadi "luas"). Sedangkan distonia sekunder, prognosis bergantung pada penyebabnya. Bila kondisi penyebabnya dapat disembuhkan atau dapat kembali normal, prognosis distonia baik, begitu pula sebaliknya. Meskipun begitu, ada beberapa kondisi kronis di mana prognosis distonia baik dan masih mungkin sembuh.
Distonia primer adalah kondisi seumur hidup, yang dapat ditangani tetapi tidak dapat disembuhkan. Distonia sekunder dapat terjadi singkat, bergantung pada penyebabnya.
Dokter Spesialis
Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Pencegahan Distonia
Munculnya distonia tidak dapat diprediksi, sehingga tidak dapat dicegah. Distonia primer juga tidak dapat dikurangi risiko kejadiannya karena bisa saja genetik, atau terjadi karena sebab yang tidak diketahui.
Sebagian distonia sekunder bisa dicegah, atau dikurangi risikonya dengan cara:
- Makan makanan bergizi seimbang dan menjaga berat badan sehat.
- Mengobati infeksi hingga tuntas. Infeksi mata dan telinga memerlukan pengobatan cepat, bila tidak diatasi dengan cepat dan tepat, infeksi dapat menjalar ke otak dan dapat berbahaya. Infeksi otak dapat menyebabkan distonia.
- Menggunakan perlengkapan keamanan. Seperti helm, untuk menjaga kepala dari cedera.
- Menangani kondisi kesehatan dengan baik, misalnya diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, epilepsi, dll.
Referensi
Referensi:
- my.clevelandclinic.org. Dystonia. 2022.
- www.mayoclinic.org. Dystonia. 2025.