Bekti-Medicastore.com
22-03-2013

Menyandang Epilepsi Bukan Akhir Dari Dunia

Epilepsi merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pelepasan muatan listrik berlebihan dan berkala dari sekelompok sel di otak. Hal ini menyebabkan penyandang epilepsi (PE) menunjukkan gejala hanya pada saat serangan,  pada saat diluar serangan maka performa dari penyandang akan sama seperti keadaan kesehariannya. Inilah yang membuat penyakit ini unik, sehingga sering disalahartikan dengan kesurupan, kerasukan, kegilaan, dan lain sebagainya. Demikian penjelasan dari dr.Suryani Gunadharma,SpS (K) dalam acara seminar media untuk memperingati hari peduli penyandang epilepsi atau disebut juga dengan “World Purple Day 2013”, yang berlangsung tanggal 20 Maret 2013 kemarin di Hotel Gran Melia Jakarta.

 

Nara sumber dalam acara seminar media tentang “World Purple Day 2013”

 

Acara tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai penyakit epilepsi & juga untuk membantu mengurangi stigma negatif yang selama ini sering dilekatkan kepada para penyandang epilepsi. Epilepsi bukanlah penyakit menular, bahkan semua orang bisa beresiko terkena epilepsi baik sejak anak-anak hingga usia tua. Penyandang epilepsi juga dapat memiliki kualitas hidup yang sama seperti orang lain, asalkan penyakitnya tetap terkontrol dengan cara rutin mengkonsumsi obat sehingga bangkitan epilepsi tidak mudah timbul kembali.

Menurut dr.Suryo Dharmono, SpKJ (K), pasien penyandang epilepsi seringkali merasa putus asa ketika dokter mendiagnosanya dengan epilepsi. Hal ini karena di benak mereka, stigma negatif terhadap epilepsi masih melekat erat, seperti misalnya harus minum obat seumur hidup, takut tidak diterima bekerja, takut tidak bisa menikah & punya anak, takut tidak bisa berkatifitas dengan normal, dll. Hal ini membuat mereka merasa tidak ada harapan lagi dalam hidupnya karena tidak bisa lagi melakukan hal-hal yang mereka sukai & mereka inginkan.

Padahal sebenarnya penyandang epilepsi masih bisa melakukan hal yang sama seperti orang tanpa epilepsi lainnya. Mereka masih bisa bekerja, bisa menikah & punya anak, berolahraga, melakukan aktifitas yang mereka senangi, dll. Tetapi tentu saja ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian khusus untuk para penyandang epilepsi dalam melakukan aktifitasnya, seperti misalnya :

1. Berkendara

Dalam hal mengendarai kendaraan, orang yang baru terdiagnosa epilepsi memang disarankan untuk tidak mengendarai kendaaraan sendiri, karena dapat membahayakan dirinya & orang lain bila mengalami  serangan saat mengemudikan kendaraan. Bila serangan epilepsinya mulai terkontrol dengan obat & tidak menunjukkan kekambuhan selama beberapa waktu, maka hal tersebut bisa ditinjau kembali.

2. Hamil & menyusui

Bagi para penyandang epilepsi perempuan, terkadang ada ketakutan apakah masih bisa untuk hamil & mengasuh anak. Padahal sebenarnya  mereka masih bisa untuk hamil & menyusui bayinya, tetapi dengan syarat tetap mengkonsumsi obat epilepsi yang sudah disesuaikan dosisnya oleh dokter. Hal ini karena perubahan hormon yang sering terjadi pada saat kehamilan & menyusui dapat memicu terjadinya bangkitan epilepsi, oleh karena itu sangat penting untuk tetap mengkonsumsi obat epilepsi secara rutin untuk mencegah terjadinya bangkitan epilepsi yang dapat membahayakan nyawa sang ibu & janin dalam kandungan.

3. Mengasuh anak

Ibu penyandang epilepsi yang baru melahirkan anaknya seringkali dilarang untuk menggendong bayinya, karena takut bila tiba-tiba mengalami bangkitan epilepsi & dapat melempar bayi yang digendongnya. Hal ini terkadang bisa membuat ibu menjadi depresi, karena tidak bisa menggendong anaknya sendiri. Sebenarnya, ibu masih tetap dapat mengasuh anaknya termasuk dalam hal ini menggendongnya, tetapi disarankan untuk dilakukan dengan didampingi oleh orang lain. Sehingga bila sewaktu-waktu ibu mengalami bangkitan epilepsi, bayinya dapat diamankan oleh orang tersebut

4. Berolahraga

Banyak juga penyandang epilepsi yang khawatir karena tidak bisa melakukan aktifitas olahraga yang biasanya rutin dilakukan, seperti misalnya berlari, berenang, dll. Sama seperti sebelumnya, sebenarnya aktifitas tersebut masih bisa dilakukan, asalkan ada teman / orang lain yang mengawasi. Sehingga bila mengalami bangkitan epilepsi, maka kondisinya tidak akan membahayakan dirinya sendiri.

Yang ingin ditekankan adalah bahwa epilepsi merupakan penyakit yang bisa diobati. Dengan pengobatan secara rutin, maka sebagian besar (70 %) bangkitan epilepsi dapat teratasi. Bahkan menurut dr.Suryani Gunadharma,SpS (K), bila dalam waktu 2-5 tahun menjalani pengobatan epilepsi, pasien tidak mengalami bangkitan epilepsi kemudian didukung juga dengan hasil pemeriksaan fisik & EEG yang normal, maka pengobatan epilepsi bisa dihentikan.

Oleh karena itu perlu ditekankan untuk pentingnya berobat bagi pasien epilepsi, masyarakat yang memiliki anggota keluarga dengan penyakit epilepsi juga didorong untuk tidak mengucilkan atau bahkan menyembunyikan penyandang epilepsi dengan alasan aib, malu dll. Karena hal tersebut  malah akan menghambat kesembuhan si pasien epilepsi sendiri. Menyandang epilepsi bukanlah akhir dunia, pasien epilepsi masih dapat hidup normal seperti orang sehat lainnya.