Scientific Medicastore
14-05-2007

Seminar Interaktif Lupus: Hormonkah yang bersalah?

ki-ka: Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD-KHOM; Prof. Dr. Ali Baziad, SpOG (K); Tiara Lestari


Minggu, 6 Mei 2007 lalu bertempat di Aula FKUI, Jakarta, Yayasan Lupus Indonesia (YLI) kembali mengadakan seminar interaktif sebagai bagian dari rangkaian kegiatan dalam menyambut Hari Lupus Sedunia yang jatuh pada tanggal 10 Mei.

Seminar interaktif kali ini mengundang dokter pemerhati Lupus seperti Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD-KHOM dan Prof. Dr. Ali Baziad, Sp.OG serta Ketua YLI yaitu Tiara Savitri sebagai pembicara.

Sekitar 80 peserta memadati Aula FKUI untuk mengikuti seminar interaktif yang dimulai pukul 09.30 dan berakhir pukul 12.00. Sebagian besar peserta merupakan keluarga dari Odapus (orang dengan Lupus) yang dapat diketahui dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan.

Prof. Zubairi mengawali seminar dengan memberikan informasi seputar penyakit Lupus. “Lupus merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan kekambuhan,” jelas Prof. Zubairi. Lupus disebabkan kombinasi gen yang cacat dan terutama faktor lingkungan.

Pada penyakit Lupus, sistem kekebalan tubuh/antibodi diproduksi secara berlebihan dan ditujukan untuk merusak sel-sel tubuh seperti ginjal atau kulit yang dianggap musuh. Namun organ yang diserang tidak selalu sama.

Lupus lebih sering menyerang wanita sebanyak 90% dibandingkan pria yang hanya 10%. Tidak tanggung-tanggung, Lupus menyerang wanita usia produktif yaitu 15-44 tahun. Faktor ras juga berpengaruh dimana ras Asia (Indonesia) memiliki kemungkinan 2 kali lebih banyak terhadap Lupus dibandingkan ras Amerika.

“Penyakit Lupus seperti fenomena gunung es karena lambat didiagnosa dan lambat diobati,” ungkap Prof Zubairi. Alasannya dokter belum terampil dalam mendiagnosa atau pasien datang terlambat untuk berobat.

Dalam seminar interaktif, para peserta dibolehkan bertanya sebanyak-banyaknya melalui moderator yang kemudian akan mengajukan ke narasumber. Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD-KHOM dan Prof. Dr. Ali Baziad, Sp.OG adalah dokter pemerhati Lupus yang sudah pasien Lupus.

Dulu, pada tahun 1972 dimana Lupus baru dikenal, angka kematiannya tinggi. Namun, sekarang dengan banyak perhatian terhadap Lupus baik pengenalan gejala dan pengobatan, angka kematiannya menurun sampai kurang dari 10%.

Kematian dini pada penderita Lupus bisa dicegah karena Lupus bisa diobati. Odapus bisa bekerja normal meskipun perlu ke dokter dan minum obat sacara teratur. Sebagian lagi dari Odapus dapat lepas obat. Penyebab kematian pada Odapus adalah gagal ginjal dan stroke.

Hormonkah yang bersalah?

Sampai saat ini masih belum diketahui mengapa lebih banyak wanita yang mengidap Lupus. Apakah karena pengaruh hormon estrogen pada wanita? “Belum ada bukti yang menunjukkan bahwa hormon yang bersalah, masih dalam tahap penelitian,” ungkap Prof. Dr. Ali Baziad, Sp.OG.

Lupus dapat mengganggu kehamilan sehingga terjadi keguguran, gangguan perkembanganjanin atau bayi lahir mati. Sebaliknya kehamilan dapat memperburuk gejala Lupus. Akan tetapi bukan berarti penderita Lupus tidak boleh hamil. Penderita Lupus boleh hamil kecuali mereka yang sakit berat di ginjal, otak, paru-paru dan jantung.

Syaratnya penderita dalam kondisi remisi, yaitu keluhan fisik sudah teratasi dan tidak muncul selama 3-6 bulan. Misalnya sendi tidak terasa nyeri, rambut tidak rontok lagi dan pemeriksaan laboratorium mrnunjukkan antiDSDNA membaik, kadar C3 dan C4 normal.

Penderita Lupus yang pernah mengalami keguguran perlu mewaspadai adanya sindrom antibodi antifosfolipid (APS) yaitu terbentuknya antibodi abnormal yang menyebabkan tromboemboli atau bekuan dalam sirkulasi darah yang menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi organ tubuh. Jika terjadi pada plasenta, pasokan darah dan nutrisi pada janin akan terganggu dan terjadi keguguran.

Para dokter pemerhati Lupus menyarankan agar Odapus yang ingin hamil sebaiknya menemui Prof. Dr. Zubairi atau dokter spesialis hematologi dahulu untuk penilaian kondisi Lupus. Jika kondisi Odapus memungkinkan untuk hamil kemudian Prof. Dr. Ali Baziad sebagai spesialis obstetri dan ginekologi akan mengawasi proses kehamilannya.

Obat Alternatif Untuk Lupus

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang terdiri dari varietas tanaman obat di berbagai daerah yang dimanfaatkan secara turun temurun dari nenek moyang. Obat-obatan dari tanaman (herbal) tersebut kemudian diproduksi dalam skala kecil kemudian dipasarkan baik dalam negeri maupun luar negeri.

Tanaman herbal tersebut kemudian mengklaim dapat menyembuhkan berbagai penyakit-penyakit yang mematikan seperti kanker, AIDS maupun Lupus. Namun, Prof. Dr. Zubairi menjelaskan bahwa tanaman herbal hanya boleh digunakan sebagai terapi alternatif dan bukan sebagai pengganti obat.

Prof. Dr. Zubairi menceritakan kisah seorang pasien yang menggantikan obat kankernya dengan tanaman herbal. Akhirnya malah kematian yang diperolehnya.

Tanaman herbal belum didukung oleh penelitian seperti uji keamanan, efektivitas maupun kualitas melalui uji klinis terhadap manusia seperti obat sehingga khasiatnya belum terjamin. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter anda jika mengkonsumsi tanaman herbal disamping pengobatan.

Keakraban dalam Lupus

Seminar interaktif ini berjalan dengan harmonis karena banyak dari peserta yang sudah saling kenal. Banyak dari peserta yang sudah tergabung dalam YLI dan melakukan kegiatan bersama. Bahkan para dokter pemerhati pun mau ikut forum bertemu para Odapus yang diselenggarakan oleh YLI.

Penyakit Lupus merupakan penyakit menahun yang dapat menyebabkan depresi bagi penderita dan keluarga. YLI rutin mengadakan forum sharing bersama Odapus dan keluarga lainnya sehingga menjaga semangat dalam menjalani hidup dengan Lupus.

Untuk undangan liputan seminar dan kegiatan lain kirim ke redaksi kami di fax. 021-7397069 atau redaksi@medicastore.