Scientific Medicastore
01-10-2007

Anda sering lupa? Bisa jadi Anda terkena Demensia Alzheimer

ki-ka: dr. Suryo Dharmono, SpKJ (K); dr Samino, SpS (K).



Demensia atau pikun adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional sehingga mengakibakan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.

Demensia dapat disebabkan oleh pelbagai hal antara lain penyakit-penyakit yang menyangkut kesehatan umum seperti penyakit jantung, paru, ginjal, gangguan darah, infeksi, gangguan nutrisi, berbagai keadaan keracunan serta kelainan otak primer seperti stroke, infeksi dan proses degenerasi.

Demensia Alzheimer merupakan salah satu bentuk kepikunan akibat degenerasi otak yang paling sering ditemukan dan paling ditakuti. Menurut perkiraan, saat ini terdapat 15 juta penderita demensia Alzheimer di seluruh dunia.

Pada usia di atas 65 tahun insidens demensia mencapai 15%, jumlah ini akan meningkat dua kali setiap kenaikan umur 5 tahun. Penyakit ini merupakan penyebab kematian keempat setelah kanker, penyakit jantung dan stroke di Amerika dan Eropa.

Dalam rangka merayakan Hari Alzheimers Sedunia tahun 2007 yang diperingati setiap tanggal 21 September, Asosiasi Alzheimers Indonesia mengadakan media edukasi di Hotel Mulia, 19 September 2007. Tema peringatan tahun ini adalah bertema no time to lose yang berarti tidak ada waktu yang terbuang percuma.

“Permasalahan lanjut usia bukan saja aspek medik belaka bagi individu penyandangnya, tetapi akan menjadi masalah masyarakat yang lebih kompleks dari aspek sosial, ekonomi, legal, dan hubungan intepesonal dalam aspek psikososial. Segala aspek permasalahan tersebut sudah barang tentu menjadikan amanah mulia bagi generasi penerus yang masih sehat dan berpotensi prima untuk mengatasi secara wajar dan seoptimal mungkin,” demikian dikatakan oleh dr. Samino, SpS (K), Ketua Asosiasi Alzheimer Indonesia.

Gejala dini demensia sering terlewatkan karena dianggap sebagai gejala umum usia lanjut yang wajar atau salah diagnosis. Kegagalan diagnosis ini demensia dapat menimbulkan penanganan yang tidak berguna dan pada hakikatnya akan menjadi beban tambahan pada penyandang dan keluarga.

“Salah satu faktor penyulit yang menyertai penderita demensia adalah munculnya perubahan perilaku dan mental emosional. Masalah ini justru yang sering membuat keluarga dan pengasuhnya lelah dan putus asa. Perubahan psikologik dapat terjadi pada sepanjang perjalanan demensia, mulai dari keadaan gangguan kecemasan dan depresi, sampai dengan perilaku kacau, agresif, impulsif yang sangat mengganggu,” ungkap dr. Suryo Dharmono, SpKJ (K), staf pengajar bagian pikiatri FKUI/RSCM.

“Penanganan dini dan benar pada sindroma perilaku ini akan menghindari penderita dari perlakuan salah oleh keluarga dan lingkungannya. Memberikan edukasi dan pelatihan kepada keluarga tentang cara mengatasi gangguan perilaku pada penderita demensia akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan mutu perawatan dan kualitas hidup penderita demensia dan keluarganya,”tambah dr. Suryo Dharmono, SpKJ (K).

Standard pengobatan yang direkomendasikan oleh American Academy of Neurology (AAN) untuk penyakit Alzheimers adalah asetilkolinesterase inhibitor. Manifestasi utama penyakit Alzheimers adalah menurunnya fungsi kognitif secara progresif, terutama fungsi memori.

Pada pasien penyakit demensia tipe Alzheimers, biasanya jumlah asetilkolin sudah sangat berkurang sehingga pemberian asetilkolinesterase inhibitor potensial untuk memperbaiki fungsi memori dan kognisi dengan meningkatkan jumlah asetilkolin di otak. Dengan demikian kualitas hidup penderita demensia dan keluarganya dapat ditingkatkan.

Untuk undangan liputan seminar dan kegiatan lain kirim ke redaksi kami di fax. 021-7397069 atau redaksi@medicastore.