Enny Sophia-medicastore.com
07-08-2009

Psoriasis dan Terapi Terkini

Psoriasis, penyakit inflamasi kulit yang bersifat kronis dan hilang timbul merupakan penyakit autoimun, di mana sel T, suatu sel kekebalan tubuh menjadi teraktivasi dan menghasilkan zat-zat mediator yang menyebabkan peradangan, proliferasi, dan diferesiansi abnormal sel-sel kulit. Gatal, perih, kulit serasa tertarik kencang, dan adanya perdarahan di kulit merupakan keluhan penyakit ini.

Bentuk Klinik Penyakit Psoriasis
Bentuk klinik penyakit psoriasis akan mempengaruhi pengobatan yang diberikan kepada pasien. Berikut merupakan bentuk kliniknya (utama):
  • Psoriasis gutata (erruptiva), merupakan psoriasis yang berdiameter kurang dari 1 cm. psoriasis dengan bentuk ini dapat sembuh secara spontan atau meluas menjadi psoriasis vulgaris.
  • Psoriasis vulgaris,tipe plak kronis, merupakan tipe psoriasis dengan diameter luka lebih dari 1 cm.
  • Psoriasis eritroderma, merupakan bentuk psoriasis yang merah dan luas. Umumnya terjadi gangguan regulasi suhu badan. Kehilangan cairan, dan kehilangan protein. Warna merah pada kulit disebabkan melebarnya pembuluh darah.
  • Psoriasis pustulosa, yaitu psoriasis yang berupa lenting kecil yang berisi nanah. Tipe psoriasis ini dapat terlokalisir maupun menyebar (generalisata).
  • Psoriasis artritis, yaitu psoriasis yang juga mempengaruhi sendi. Bentuk psoriasis ini perlu ditangani karena jika dibiarkan dapat menyebabkan kecacatan dan meningkatkan peluang terjadinya jantung koroner.
Psoriasis dikatakan parah bila luas luka psoriasis lebih dari 10%, yaitu sepuluh telapak tangan penderita (satu telapak tangan penderita dihitung sebagai 1%). Penyakit ini dapat menyebabkan kualitas hidup terganggu. Psoriasis merupakan penyakit yang sangat unik. Penyakit ini bersifat progresif dan dinamis. Setelah pasien diberikan obat dengan jangka waktu tertentu, akan terjadi resistensi (kebal) pada obat tersebut. Sehingga perlu dilakukan penggantian obat. Selain itu, semakin lama penyakit akan semakin parah bila tidak ditangani.

psoriasis dan terapi terkini
Prof Benny (kedua dari kiri) diantara tim Wyeth Indonesia

Penyakit Penyerta Psoriasis
Dahulu, psoriasis hanya dinyatakan sebagai penyakit kulit dan tidak memiliki konsekuensi serius. Namun, saat ini, hal tersebut dipatahkan dengan adanya perkembangan keilmuan.

“Psoriasis bukan hanya penyakit kulit, penyakit ini dapat mempengaruhi tubuh bagian dalam,” tutur Prof. Dr. Benny Effendi Wiryadi SpKK, Guru besar Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Psoriasis melibatkan peradangan kulit bersifat kronis dan residif. Bila psoriasis dibiarkan berlangsung lama dan tidak diobati dapat menimbulkan sindrom metabolik yang mengancam jiwa. Gangguan kolesterol, jantung, kenaikan tekanan darah merupakan beberapa penyakit penyerta psoriasis. Penyakit psoriasis makin lama cenderung makin luas (parah). Selain itu penderita juga memiliki risiko tinggi mendapat penyakit jantung koroner (risiko menderita sindrom metabolik). Oleh sebab itulah, penyakit psoriasis harus ditangani.

Pengobatan Psoriasis
Dalam pengobatan psoriasis, obat yang semula efektif suau saat menjadi tidak efektif, sehingga selalu dicari dan dikembangkan obat baru. Perkembangan penemuan obat anti psoriasis dimulai sejak sebelum tahun 1950 dengan tar/UVB, kemudian pada tahun 1950-an dengan kortikosteroid, metotreksat. Kortikosteroid merupakan obat yang dianggap paling hebat pada masa itu. Kemudian di tahun 1960 dengan PUVA, yaitu menggunakan psoralen, sejenis bahan kimia sintetik yang diturunkan dari sitrun, kemudian tubuh disinar dengan ultra violet A. Pada tahun 1980-an pengobatan psoriasis menggunakan retinoid (atretinat, asitretin). Di tahun 1990-an digunakan siklosporin, kalsipotriol topical, tazaroten topical. Pada tahun 2000-an digunakan takrolimus, pimekrolimus, dan agen biologik, penemuan terkini pengobatan psoriasis, seperti etanercept.

“Sering terjadi, obat yang semula efektif suatu saat menjadi tidak efektif dan pasien memerlukan obat baru.” Papar Prof Benny.

Pengobatan psoriasis tergantung pada bentuk klinis, luas/ keparahan penyakit, dan lokasi luka (apakah di kepala, wajah, telapak tangan, kaki, atau genitalia). Belum ada obat yg menyembuhkan psoriasis, jika ada hanya bersifat sementara.

“Penyakit bisa kambuh, obat hanya menghilangkan gejala. Jadi bisa dikatakan bersih dengan sementara” jelas Prof Benny. ”Bisa terjadi remisi, sembuh, namun dapat kambuh lagi. Sehingga perlu terapi pemeliharaan” lanjutnya.

Penatalaksanaan
  • Foto/Fotokemoterapi; dapat menggunakan bantuan sinar matahari, menggunakan sinar UVB (narrow band), PUVA
  • Pengobatan topikal: menggunakan preparat tar, antralin, analog vitamin D3, kortikosteroid, retinoid topikal, dan makrolaktam topikal
  • Pengobatan sistemik: menggunakan metotreksat, golongan retinoid, siklosporin, glukokortikoid sistemik, dan agen biologik

Terapi Biologik
Yaitu terapi yang menggunakan protein (agen biologic) dalam bentuk antibody monoclonal, protein fusi, sitokin rekombinan yang bekerja selektif pada elemen spesifik system imun.

4 strategi pengobatan menggunakan agen biologik:
  • Menghilangkan sel T yang patogen. Orang dengan psoriasis memiliki sel T yang sangat aktif dan patogenik, yaitu set T tidak normal dan bersifat menimbulkan penyakit. Sel T ini berjumlah banyak dan mengeluarkan bahan yang membuat kulit memerah, tebal, dan merangsang sel cepat membelah diri.
  • Menghambat aktivasi sel T.
  • Mengubah keseimbangan sitokin.
  • Menghambat sitokin.
Keunggulan pengobatan menggunakan agen biologik, yaitu tidak mempengaruhi sel-sel normal. Hanya mempengaruhi sel-sel patogen, contohnya yaitu etarnecept (anti TNF alfa). Dalam penggunaan terapi biologik, remisi (kesembuhan sementara) dapat bertahan panjang. Setelah beberapa bulan, obat digunakan kembali. Dengan pengobatan, khususnya pengobatan biologik, risiko keparahan penyakit semakin berkurang, dan menekan gejala penyakit sehingga tidak mengganggu kualitas hidup penderita.