Bekti-Medicastore.com
24-05-2013

Ada Keluhan Disfungsi Ereksi, Jangan Ragu Konsultasikan ke Dokter

Disfungsi ereksi didefinisikan sebagai kondisi dimana terdapat ketidak mampuan penis untuk mencapai & mempertahankan kondisi ereksi untuk melakukan hubungan seksual secara memuaskan. Jadi masalah di dalam kondisi disfungsi ereksi bisa berupa penis yang tidak bisa untuk ereksi sama sekali atau penis yang sudah bisa untuk ereksi tapi tidak bisa mempertahankan ereksinya tersebut untuk melakukan hubungan seksual yang memuaskan. Demikian yang dijelaskan oleh DR.dr.Nur Rasyid, SpU pada acara seminar media tentang disfungsi ereksi yang berlangsung kemarin, Rabu 22 Mei 2013.

Nara sumber & moderator dalam acara seminar media tentang disfungsi ereksi

Resiko untuk menderita DE ini juga akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia pria. Adanya penyakit-penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, atherosclerosis ataupun depresi berat bisa meningkatkan resiko untuk mengalami disfungsi ereksi (DE). Biasanya kondisi DE ini tidak diperhatikan oleh pasien, baru terdiagnosa setelah pasien berkonsultasi ke dokter mengenai masalah kesehatan yang dialaminya. Hal ini karena kebanyakan pasien masih merasa gengsi ataupun malu untuk berkonsultasi mengenai masalah seksualnya.

Padahal masalah kesehatan seksual penting juga untuk diperhatikan, karena bisa jadi mempengaruhi kehidupan perkawinan si pasien. Yang jadi masalah adalah bila pasien malah berkonsultasi dengan pihak yang tidak tepat, sehingga diberikan penanganan yang tidak tepat pula. Masih menurut dr. Nur Rasyid, banyak pasien yang datang kepadanya dengan kondisi alat kelamin yang sudah rusak akibat terperdaya iklan-iklan membesarkan penis. Banyak di antara pasien tersebut yang harus menjalani operasi beberapa kali untuk memperbaiki fungsi alat kelaminnya, tapi ada juga yang karena kerusakannya sudah cukup parah sehingga tidak bisa diperbaiki & tidak bisa berfungsi dengan normal kembali.

Sementara itu pada kesempatan yang sama, dr. Em Yunir, SpPD, KEMD menjelaskan bahwa pada saat melakukan evaluasi terhadap keluhan disfungsi ereksi (DE), maka dokter harus memikirkan adanya kemungkinan gangguan metabolik yang dialami oleh pasien. Hal ini karena sindrom metabolik dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya disfungsi ereksi (DE) karena penyakit ini dapat mengganggu produksi hormon testosteron dalam tubuh. Sedangkan kadar hormon testosteron yang normal dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan tingkat energi, menimbulkan mood serta dorongan seksual yang baik. Masih menurut dr. Yunir, “di RSCM tercatat sebanyak 40 % pria penyandang diabetes mengalami disfungsi ereksi (DE). Oleh karena itu, deteksi dini adanya disfungsi ereksi (DE) pada penyandang diabetes sangat dianjurkan, terutama pada usia produktif”.

Menurut dr. Nur Rasyid, pemeriksaan pasien untuk diagnosa disfungsi ereksi sendiri tidaklah rumit. Pasien yang datang berkonsultasi akan diberikan lembar kuis untuk mengetahui kondisi fungsi ereksinya, dari situ akan dibuat penilaian berdasarkan International Index of Erectile Function (IIEF). Fungsi dari kuis ini adalah untuk mengetahui jenis ereksi yang dialami, apakah masih normal atau sudah mengalami gangguan / disfungsi ereksi (DE) dengan tingkat ringan, sedang atau berat. Setelah itu biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, dimana dokter akan memeriksa apakah ada tanda-tanda kelainan pada organ seksual pasien & dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium sederhana untuk mengetahui kadar gula darah & kadar kolesterolnya,  bila diperlukan bisa juga dilakukan pemeriksaan kadar hormon testosteron dalam tubuh.

Untuk pengobatan disfungsi ereksi sendiri, menurut dr. Nur Rasyid pada pilihan pertama akan diberikan obat yang diminum, bisa Tadalafil, Sildenafil ataupun Vardenafil. Bila obat yang diminum tidak memberikan hasil yang memuaskan maka bisa diberikan obat lini kedua, yaitu obat yang disuntikkan ke penis ataupun dengan menggunakan alat vaccum. Bila ternyata masih belum memberikan hasil, maka pilihan terakhir adalah dengan memasang alat di dalam penis (prosthesis penis) atau yang disebut juga dengan penis buatan.

Terakhir dr. Yunir berpesan kepada pria yang mengalami diabetes untuk mengontrol gula darahnya secara teratur & bila mengalami gejala disfungsi ereksi (DE) segera mencari pengobatan dengan berkonsultasi ke dokter. Gaya hidup sehat seperti pengaturan pola makan, tidak merokok & aktif secara fisik juga bisa membantu memperkecil resiko mengalami disfungsi ereksi (DE).

Suplemen kesehatan pria