Scientific medicastore
25-07-2007

Seminar Sehari PERWATUSI: OSTEOPOROSIS RISK FACTORS

Angka harapan hidup yang semakin tinggi menyebabkan peningkatan jumlah penduduk lansia di masa depan. Lalu, apa jadinya kalau kualitas hidup mereka habis digerogoti oleh penyakit osteoporosis?

Sabtu, 21 Juli 2006 di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (PERWATUSI) menyelenggarakan seminar sehari bertemakan Osteoporosis Risk Factors, faktor risiko dan bahaya serangan keropos tulang yang mengakibatkan patah tulang.

Ada kabar baik dan juga kabar buruk yang dilaporkan oleh PBB. Kabar baik menurut PBB, berkat pencapaian dalam dunia medis serta faktor lainnya, jumlah penduduk berusia lanjut (lansia) di seluruh dunia akan mengalami peningkatan sebesar 319,6% sepanjang rentang tahun 2000-2050.

Jumlah lansia di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015.

Kabar buruknya adalah dengan semakin banyaknya lansia, maka akan timbul epidemi penyakit osteoporosis. Bertambahnya usia akan meningkatkan risiko keropos tulang, terutama terhadap wanita yang menopause.

osteoporosis
ki-ka: dr. Sonya Rusma; Prof. Ichramsjah A Rachman, Sp.OG; Prof. Errol U Hutagalung, SpBT, SPOT; dr. Suryo Dharmono, Sp.KJ.


“Risiko wanita terkena osteoporosis dua kali lebih besar dibandingkan pria karena hormon estrogen pada wanita mulai turun kadarnya pada usia 35 tahun,” ungkap Prof. Dr. Dr. Ichramsjah A. Rachman, Sp.OG (K), Ketua Persatuan Osteoporosis Indonesia (PEROSI).

“Pada saat hormon estrogen masih ada, fungsi proses pembentukan dan perusakan tulang berlangsung seimbang. Namun, setelah hormon estrogen tidak ada (menopause) tulang tetap dirusak tapi yang dibentuk tidak ada,” jelas Prof. Rachman.

Penyakit osteoporosis disebut juga sebagai silent disease karena penyakitnya berjalan lambat dan tidak menampakkan gejala. Biasanya, orang baru tahu kalau dirinya terkena osteoporosis jika sudah terjadi patah tulang osteoporosis.

Prof. Dr. Errol U. Hutagalung, SpBT, SpOT (K) mengatakan, “Ada tiga patah tulang yang sering terjadi yaitu patah tulang leher femur, patah tulang vertebra (tulang penggung) dan patah tulang gelang tangan (fraktur Colles). Dari semua patah tulang osteoporosis, yang paling memberikan masalah di bidang morbiditas, mortalitas, beban sosioekonomik dan kualitas hidup adalah patah tulang leher femur.”

Patah tulang leher femur terjadi pada bagian ujung tulang paha yang bersambung dengan tulang pinggul. Penderita patah tulang ini akan merasakan sakit yang hebat dan terancam tidak bisa berjalan kembali sampai dioperasi dan menjalani terapi.

Beban biaya pengobatan patah tulang femur paling besar dari semua patah tulang. Di Indonesia biaya pengobatan patah tulang femur antara 10-50 juta rupiah. Prof. Errol mengatakan bahwa sikap yang baik untuk menghindari masalah ini adalah pencegahan, jadi usahakan secara maksimal agar jangan sampai terjadi patah tulang pada penderita osteoporosis.

Banyak orang yang tidak menyadari bahwa osteoporosis bukan hanya mampu membuat “keropos” tulang secara fisiologis tapi juga mengakibatkan “keropos” jiwa. Kenyataan tersebut diungkapkan oleh dr. Suryo Dharmono, SpKJ yang mengambil spesialisi kesehatan jiwa khusus untuk usia lanjut (psikogeriatri) .

Beberapa penelitian membuktikan bahwa ada hubungan yang erat antara depresi dan osteoporosis baik secara biologis maupun psikologis. Dari aspek psikologis, ketidakmampuan penderita osteoporosis memilih coping mechanism yang rasional alam menghadapi keterbatasannya akan memicu timbulnya depresi.

“Peran keluarga, sahabat, handai tolan diperlukan untuk mencitakan dunia yang lebih luas bagi optimalisasi kapasitas fungsional yang tersisa pada penderita osteoporosis,” kata dr. Suryo. Selain itu, upaya advocacy pada kebijakan pemerintah agar berpihak pada populasi lanjut usia juga penting untuk dilakukan.

Diantara berbagai faktor risiko osteoporosis, ada risiko yang dapat diubah yaitu pola hidup seperti aktivitas fisik kurang, hidup tidak seimbang, sinar matahari kurang dan pola makan yang kurang sayur-sayuran hijau dan asupan kalsium yang kurang.

Susu itu bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan kalsium tubuh. Tidak heran bila makanan yang dianjurkan adalah 4 sehat dan 5 sempurna dengan susu. Prof. Dr. Waluyo Soerjodibroto, MSc, Ph. D, SpGK menyarankan untuk yang memiliki intoleransi laktosa (ketidakberadaan enzim pencernaan yaitu laktase dalam mencerna laktosa dari susu) bisa mengkonsumsi makanan yang kaya kalsium seperti ikan teri.

“Hindari kebiasaan buruk seperti kurang gerak, alkohol, merokok,” kata Prof. Waluyo. Penyakit osteoporosis juga disebabkan kurang gerak. dr. Ade Tobing, Sp.KO mengenalkan senam osteoporosis yang bermanfaat untuk mencegah dan mengobati osteoporosis.

senam osteoporosis
Peragaan senam osteoporosis oleh anggota PERWATUSI yang dibimbing oleh dr. Ade Tobing, Sp.KO


“Latihan jasmani yang baik, benar, terukur dan teratur dapat menyehatkan dan menguatkan tulang,” ungkap dr. Ade Tobing. Umumnya senam ini dilakukan 3 kali seminggu yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu.

Dari sebanyak 38% pasien yang datang untuk memeriksakan densitas tulang mereka di Makmal Terpadu FKUI Jakarta ternyata terdeteksi menderita osteoporosis sebanyak 14,7%, sedangkan di Surabaya sebanyak 26% pasien dinyatakan positif osteoporosis.

Ketua Umum PERWATUSI, Alwiesma I.A. Rachman menyatakan bahwa upaya untuk mengatasi osteoporosis adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi. “pasalnya osteoporosis adalah suatu penyakit degeneratif yang sebenarnya dapat dicegah dengan memperhatiakn kecukupan kalsium, cukup terkena paparan matahari, hindari alkohol, hindari merokok dan minum kopi.”

Saat ini PEROSI bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam melakukan penelitian untuk memproduksi bone densitometer buatan dalam negeri. Diharapkan alat produksi sendiri ini bisa diperoleh dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan alat buatan luar negeri yang harganya selangit.

Klik di sini untuk info lebih lanjut tentang osteoporosis.

Untuk undangan liputan seminar dan kegiatan lain kirim ke redaksi kami di fax. 021-7397069 atau redaksi@medicastore.